NU dan Muhammadiyah pernah terlibat polemik dalam beberapa hal, terutama bagian furu’iyah. Misalnya jumlah rakaat salat Tarawih, Qunut Subuh, Tahlilan, dan lain-lain. Namun, pada perkembangannya, kedua organisasi ini saling menghargai pendapat masing-masing. Ada yang lebih penting dari itu, yaitu ukhuwah islamiyah.
Di dalam majalah Berita Nahdlatoel Oelama pada tahun 1930-an, NU mempertanyakan azimat seperti apa yang diharamkan majalah Adil, milik Muhammadiyah Solo. Bagi NU, azimat bisa jadi haram bisa jadi tidak, tergantung niat dan cara penggunanya.
NU mengemukakan argumen-argumen dari hadis Nabi, sahabat, dan ulama.
Meski demikian, hubungan ukhuwah islamiyah NU dan Muhammadiyah tetap terjaga. Bahkan hubungan ekonomi.
Entah dengan cara apa, Berita Nahdlatoel Oelama mengiklankan produk Muhammadiyah, yaitu almanak terbitan tahun 1941 yang terletak di bagian akhir majalah itu bersama iklan-iklan lain. Berikut iklan yang dimuat di Berita Nahdlatoel Olama No. 9 tahun ke-10 edisi 1 Maret 1941 M atau bertepatan dengan 3 Safar 1360 H, tanpa diketahui halamannya.
Hampir Habis
Almanak Muhammadiyah ke XVIII tahun 1360 H-1941/1942 M
Di dalam iklan itu dijelaskan bahwa almanak itu berguna bagi rakyat Indonesia: isinya sangat tepat dan aktual guna keperluan masyarakat kita bersama, misalnya:
1. Pedoman karang-mengarang
2. Ilmu tumbuh-tumbuhan
3. Perusahaan membuat cermin
4. Hal kerumahtanggaan
5. Pendidikan
6. Handenarbeid
7. Ilmu falsafah
8. Penolak sakit TBC
9. Kesusastraan Indonesia dan artikel-artikel lainnya yang penting-penting.
Kemudian iklan itu menambahkan keterangan sebagai berikut:
Di antara pengarang-pengarang ialah Dr. Aminuddin, Mr. A. Kasmat, H. S. D. Muntu, H Rasyidi B.A., HAMKA, T.M. Usman, Dir. Indusrtrieschool Medan, dan lainnya pengarang yang populer.
Harga tetap tidak naik:
Almanak buku dengan dinding F 0,85 15 ct. almanak dinding saja sudah habis.
Dapat dipesan pada: Depot buku Persatuan Jogja, Boekhandel Peneleh, depot buku Muhammadiyah Solo, dan pada cabang-cabang Muhammadiyah.