Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti webinar yang diadakan oleh Institut Hasyim Muzadi (IHM) pada hari sabtu 18 November 2020. Tema yang diangkat pada webinar ini cukup menarik bagi saya, karena mengangkat tema terkait isu pilpres di Amerika. Tema webinarnya adalah “Pilpres Amerika Serikat, Pengaruhnya Terhadap Dunia Islam dan Indonesia”.
Narasumber pada webinar tersebut adalah; Dr Dino Pati Djalal selaku Wamen Luar Negeri ke 5 & Founder FPCI. Lalu ada Prof. Dr. Tirta N. Mursitama, PhD selaku pengamat hubungan internasional dari BINUS University. Lalu narasumber terakhir adalah dari Dr. Muhammad Shamsi Ali, Lc, M.A. selaku Imam of Jamaica Muslim Center, New York, USA sekaligus President Nusantara Foundation, USA.
Webinar ini dipimpin oleh MC Fikry Akrom selaku Mahasiswa Universitas Indonesia sekaligus Mahasantri Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Depok dan dimoderatori oleh Abid. A. Adonis yang merupakan mahasiswa dual master International Affairs, Sciences Po-London School of Economics (LSE).
Webinarnya dibuka dengan tahlil yang dipimpin oleh Ust Hilmi As Shiddiqy selaku ketua Yayasan Tahfidz Zawiyah Indonesia dan dilanjut dengan sambutan oleh KH. Yusron Shidqi, Lc, M.Ag. Selaku Direktur Eksekutif IHM. Setelah itu barulah dimulai diskusi-diskusi menarik dari para narasumber.
Korelasi Pilpres Amerika dengan Islam
Imam Shamsi Ali selaku salah satu narasumber di webinar tersebut menjelaskan bahwa pilpres Amerika saat ini bukan sekadar pertarungan antara Joe Biden dan Donald Trump. “Tapi, ini adalah pertarungan antara what American is all about, tentang Amerika dan non Amerika”. Imbuh Imam Shamsi Ali.
Menurut Imam Shamsi Ali bahwa apa yang telah ditampilkan oleh Donald Trump selama ini ini sesungguhnya sangat jauh dari Amerika yang kita kenal, apalagi dari perspektif seorang imigran seperti Imam Shamsi Ali.
Sebab, mereka ini adalah land of imigran. Pribumi Amerika itu Native Indians yang sudah berusaha dieliminir oleh orang-orang putih. Maka Donald Trump termasuk dari golongan imigran seperti Imam Shamsi Ali juga atau imigran lainnya.
Akan tetapi, Donald Trump berusaha untuk mengambil atau merendahkan nilai-nilai imigrasi di Amerika. Seperti beberapa waktu lalu anak-anak dipisahkan dari orang tuanya yang imigran dan orang tuanya dipaksa pulang ke negara mereka, sementara anak-anaknya harus diambil oleh negara karena setiap anak yang lahir di Amerika dianggap sebagai orang Amerika.
Lalu ada pula saat 2017 pelarangan orang Islam masuk Amerika. Hal ini pertanda bahwa Donald Trump anti Islam dan juga didukung oleh white supremecy yang rasis, anti islam, anti non white, dan lain lain.
American Values dan UnAmerican Values
Lanjut menurut Imam Shamsi Ali, bahwa sesungguhnya pertarungan Pilpres kali ini adalah pertarungan antara American Values dan UnAmerican Values. Bisa dilihat bagaimana karakter Donald Trump sekarang yang menolak kekalahan dari Biden. Ini menunjukan sifat Donald Trump sesungguhnya.
Aspek hubungan internasional menurut Imam Shamsi Ali, Donald Trump menjadikan Amerika terisolasi dari organisasi internasional. Ini menunjukan bahwa Donald Trump mengisolasi diri karena ia memiliki moto “American First” dan moto “Make American Greats Again” positifnya adalah menjadikan Amerika menjadi negara lebih hebat lagi. Namun, negatifnya ini berarti akan menjadikan “American Whites Again” itu merupakan bagian rasisme Donald Trump.
Menurut Imam Shamsi Ali, ini terlihat saat menjadi presiden salah satu target utamanya adalah menghapuskan segala kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Barack Obama. Ini menunjukan penghapusan kebijakan Barack Obama timbul sepadan karena didasari oleh sentimen ras, ingin menghapuskan segala sesuatu yang pernah dilakukan oleh Barack Obama untuk negara ini tidak boleh dicatat oleh sejarah sejarah Amerika.
Umat Islam Mendukung Joe Biden
Imam Shamsi Ali menjelaskan bahwa kemenangan Joe Biden adalah Kemenangan Amerika kembali. Umat islam 88% mendukung Joe Biden. Pertama, karena ia mempunya karakter seorang pemimpin. Ini berbeda dengan Donald Trump yang karakternya berbanding terbalik dengan Joe Biden. Kedua, karena ia memiliki pengalaman. Ketiga, dia dari democrat dan merangkul semua kalangan.
Menurut Imam Shamsi Ali tuduhan yang mengatakan Joe Biden akan terjadi lagi peperangan di Timur Tengah kurang beralasan. Padahal perang di Timur Tengah banyak terjadi dari kubu Republican bukan Democrat. Filsafah demokrat lebih lunak dalam peperangan, mengurangi dana perang. Berbeda dengan Republican yang menambah dana perang.
Donald Trump menarik pasukan karena ia adalah seorang pebisnis dan kalkulasinya adalah uang. Ada dua alasan Trump menarik pasukan dari Timur Tengah.
Alasan pertama, dana peperangan itu menghabiskan banyak uang. Contohnya saat terjadi resesi ekonomi pada zaman Bush karena ia bisa menghabiskan satu Milliar Dollar hanya untuk perang. Kedua, karena ia mendapat tekanan dari Putin karena perang Timur Tengah adalah perang pengaruh militer antara Amerika dan Rusia. Ketiga, menurut Imam Shamsi Ali, hubungan Indonesia dengan Amerika ke depan akan banyak ditentukan oleh bagaimana Indonesia menampilkan diri.
Menurut Imam Shamsi Ali sejak tragedi 9/11, Amerika dan dunia Barat memilik satu harapan ke Indonesia, yaitu terutama dalam hal Islam sebagai salah satu faktor penting dalam perdamaian.
Sebab, sejak 9/11 kepercayaan Barat ke Islam di Timur Tengah mulai terkikis dan berharap kepada Indonesia. ini bisa menjadi sebuah harapan dan tantangan untuk Indonesia ke depannya.
Setelah diskusi dan sesi tanya jawab selesai, acara webinar ini ditutup dengan doa oleh KH. Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D. selaku Kepala Yayasan Pesantren Al-Hikam Depok.