Mata air keteladanan Pak AR memang tidak ada habisnya. Sebagai tokoh Muhammadiyah, beliau telah memberikan teladan kepada masyarakat. Termasuk dalam konteks menjalin relasi harmonis dengan kelompok lain yang berbeda afiliasi organisasi keagamaan. Seperti kisah berikut ini, Pak AR harus beradaptasi dengan masyarakat yang menghendaki beliau memimpin acara Yasinan. Dituturkan oleh Syukriyanto AR dalam buku Anekdot dan Kenangan Lepas Tentang Pak AR (2005), berikut ini kisahnya.
Diundang Yasinan
Konon Pak AR muda pernah ditugaskan sebagai guru di sekolah Muhammadiyah di Ulak Paceh, Palembang. Pada waktu itu umur beliau kira-kira 18 tahun. Suatu hari, tokoh ulama setempat menyuruh Pak AR memimpin Yasinan di kampung. Orang Muhammadiyah yang memang tidak biasa Yasinan jelas gelagapan. Tapi bukan Pak AR kalau tidak kratif di tengah situasi mepet.
“Besuk malam Jum’at, guru saya undang untuk Yasinan,“ ajak Angku Ulama yang sangat dihormati di kampung itu.
Pak AR jelas merasa bingung, bagaimana sih Yasinan itu. Beliau memang tidak pernah diajari bagaimana cara Yasinan. Menjelang malam Jum’at, Pak AR sampai berpikir keras dan berandai-andai, bagaimana kalau tiba-tiba nanti diminta memimpin Yasinan?
Tepat pada malam Jum’at seperti dijanjikan, Pak AR berangkat menghadiri undangan ulama itu. Dugaan Pak AR pun benar, beliau diminta tampil memimpin Yasinan. Dalam kesempatan tersebut, Pak AR bertanya kepada para hadirin.
“Apakah bapak-bapak sudah sering ikut Yasinan?”
“Sudah guru,” jawab hadirin serentak.
Sambil berpikir untuk mengarahkan Yasinan agar menjadi model baru, Pak AR terus bertanya. “Selama ini, Yasinannya seperti apa?”
“Ya, seperti biasanya.”
“Jadi, bapak-bapak sudah bisa semua, sudah hafal semua?”
“Ya, sudah hafal.”
Nah, itulah jawaban yang sangat ditunggu-tunggu Pak AR. Beliau lantas mengajukan tawaran, “bagaimana kalau sekarang kita Yasinan model baru, supaya bapak-bapak punya pengetahuan lebih luas dan punya pengalaman lain? Apakah bapak-bapak setuju?”
“Setuju,” jawab mereka serempak.
Yasinan Gaya Baru
Karena peserta Yasinan sudah hafal surat Yasin, Pak AR mengajak mereka untuk memahami isinya. Dimulai dengan cara menerjemahkan ayat per ayat, Pak AR kemudian memberikan penjelasan kandungan makna ayat yang dimaksud.
“Sekarang, kita baca Surat Yasin satu ayat demi satu ayat. Dimulai dari ayat pertama, kemudian salah seorang mengartikan. Kalau tidak kesulitan, nanti saya bisa membantu.”
Jadilah Yasinan gaya baru ala Pak AR. Sekalipun malam itu hanya memperoleh dua atau tiga ayat, tetapi hadirin merasa puas. Bahkan hadirin meminta Pak AR melanjutkan mengisi acara Yasinan berikutnya.
“Kalau saya, sebagai orang muda, saya terserah saja pada hadirin sekalian. Tetapi yang paling penting tergantung pada al-Mukarom Angku Ulama.”
Di luar dugaan Pak AR, ulama itu menyetujuinya. Pak AR tidak serta merta minta mengisi rutin setiap malam Jum’at, tetapi supaya dilaksanakan berselang-seling. Misalnya, pada malam Jum’at gasal Yasinan model lama dipimpin Angku Ulama, dan malam Jum’at genap Yasinan model baru diisi oleh Pak AR. Tapi lama-lama Angku Ulama itu menyerahkan pimpinan Yasinan itu kepada Pak AR.
Maka jadilah Yasinan gaya baru ala Pak AR itu pengajian tafsir Al-Qur’an surat Yasin.
Editor: Arif