Report

Investigasi: Kegiatan Bawah Tanah Eks HTI di UNESA Pasca Pembubaran

4 Mins read

Masuknya era reformasi pada tahun 1998 ternyata membuat organisasi masyarakat (Ormas) Islam semakin bangkit untuk muncul ke permukaan dengan lebih terbuka. Pada era ini, Ormas-ormas Islam bisa bergerak bebas serta berekspresi dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan. Dengan adanya kebebasam berekspresi dalam alam demokrasi, membuat ormas-ormas Islam tidak lagi sembunyi-sembunyi dalam menyuarakan ideologi-ideologinya, mereka dengan cepat memperluas jaringannya serta menambah massa dalam kelompoknya.

Hizbut Tahrir (HT) merupakan salah satu ormas Islam yang memanfaatkan kemunculannya setelah jatuhnya rezim Orde Baru. Munculnya HT di Indonesia dengan membawa ideologinya yaitu menegakkan kembali kekhilafahan di muka bumi ini. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Islam yang mayoritas, dengan begitu dapat menjadi peluang bagi HT untuk menambah massa dan mewujudkan ideologi yang dicita-citakannya.

***

Perkembangan HT di Indonesia terbilang cukup pesat, terlebih setelah HT menyelenggarakan konferensi internasional pada tanggal 28 Mei tahun 2000 di Stadion Tenis Indor, Senayan. Dalam hal ini, HT resmi mengadakan aktivitasnya secara terbuka di Indonesia, maka pergerakan ini dalam konteks Indonesia dikenal dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Ormas ini menekan pentingnya peran negara sebagai sarana penerapan syariat Islam. Di mana, syariat harus ditopang oleh kekuatan negara. Maka Ormas HTI mengusung ide pentingnya untuk mendirikan kembali kekhalifahan Islam.

Penyebaran-penyebaran ideologi HTI dilakukan dengan cara berdakwah melalui kajian-kajian yang diadakan seperti di kampus, masjid, instansi pemerintahan, dan sarana lainnya. Dengan begitu, banyak massa yang dapat ditarik untuk ikut bergabung menjadi anggota organisasi HTI. Semakin banyak massa yang bergabung, maka misi mereka untuk menegakkan kekhilafahan dapat segera terwujud.

Namun ternyata, lambat laun, pemerintah menyadari bahwa ideologi yang dibawa oleh HTI dianggap dapat membahayakan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Maka tahun 2017 pada masa rezim Presiden Joko Widodo Ormas HTI dibubarkan secara paksa dengan adanya pencabutan Surat Keterangan Badan Hukum HTI.

Baca Juga  Taqiyuddin An Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir, Penjual Ide Khilafah

Aktivitas HTI di UNESA

Secara hukum, memang HTI sudah dilarang untuk beraktivitas dalam menyuarakan ideologi-ideologinya. Namun ternyata, setelah dibubarkan, pergerakan ideologi HTI tidak terpendam begitu saja. Akan tetapi, justru pergerakannya semakin masif dalam menyebarkan ideologinya kepada masyarakat Indonesia.

Pasca dibubarkan, HTI secara diam-diam mengadakan kajian-kajian Islam di berbagai tempat untuk menyebarkan ideologinya sekaligus menarik anggota baru. Penyebaran ideologi HTI dilakukan salah satunya di dalam kampus, terutama di kampus-kampus yang umum, seperti di Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Paham HTI di kampus UNESA terpantau cukup pesat. Pasca pembubaran HTI, para kader eks-HTI yang merupakan mahasiswi-mahasiswi dari kampus UNESA sendiri, membentuk kelompok kajian Islam yang mereka beri nama komunitas Muslimah Mengaji UNESA. Nama tersebut tidak bersifat permanen. Kapan saja mereka dapat mengubah nama kajian dengan istilah lainnya untuk menutup identitas mereka sebagai simpatisan dari HTI.

Dari luar, komunitas yang didirikan oleh kader eks-HTI UNESA ini tampak seperti hanya kajian-kajian Islam pada umumnya yang diperuntukkan untuk mahasiswi-mahasisiwi yang ingin memperdalam ilmu agama.

Membnetuk Kajian-Kajian

Namun setelah saya telusuri, ternyata di beberapa kajiannya diisi oleh materi-materi yang di antaranya menjelaskan tentang kemunduran Islam, kemudian membahas permasalahan krisis di Indonesia, serta mengkritik terhadap upaya-upaya yang dilakukan pemerintah. Kemudian,  berakhir dengan mempromosikan kekhilafahan termasuk ingin merubah konsep NKRI menjadi sebuah negara khilafah.

Uniknya, kajian tersebut dikonsep dengan mengikuti trend kekinian,. Sehingga, banyak menarik minat mahasisiwi untuk bergabung mengikuti kajian tersebut. Mulai dari judul kajian yang mengikuti permasalahan terkini, tempat kajian yang tidak membosankan sebagaimana anak millennial zaman now yang sangat suka dengan tempat yang memiliki spot foto menarik.

Baca Juga  Meski Sudah Dibubarkan, Inilah Sejarah Masuknya HTI ke Indonesia

Kondisi suasana kajian yang dibuat sangat seru, dengan mengadakan games-games menarik juga pemberian dorrprize kepada beberapa peserta. Kemudian, para pengisi materi kajian yang merupakan seorang dosen maupun seorang Muslimah yang berintelektual. Sehingga,  membuat para mahasiswi semakin tertarik jika yang menyampaikan materi merupakan seorang tokoh yang berintelektual.  Dengan begitu, para peserta tidak akan mengira jika kajian yang mereka ikuti merupakan kumpulan dari kader-kader eks-HTI.

Cara Perekrutan Kader

Dalam merekrut dan menyebarkan ideologinya, para kader eks-HTI UNESA tidak hanya dengan mengadakan kajian-kajian saja, namun juga dengan menyebarakan buletin kepada para mahasisiwi, mengadakan Talk show, dan menyebarkan info-info tentang keislaman melalui akun-akun sosial media, seperti Instagram, Twitter, Facebook, WhatsApp, serta Youtube.

Menariknya, para kader eks-HTI UNESA agar bisa terus berdakwah untuk menyebarkan ideologi-ideologinya dan sekaligus melakukan rekrutmen kader baru. Mereka menggunakan beberapa teknik. Pertama, berkamuflase. Yaitu dengan tidak menggunakan nama yang mangandung unsur HTI, hal ini dikarenakan aktivitas HTI telah dilarang. Maka dari itu,  mereka menggunakan identitas yang menarik seperti komunitas Muslimah Mengaji.

Kedua, menunggangi trend hijrah yaitu dengan memanfaatkan orang-orang yang ingin berhijrah dan baru belajar ilmu agama. Dengan begitu, pengajakan mereka untuk mengikuti kajian Islam secara intensif dengan senang hati diikuti oleh kaum-kaum hijrah.

Ketiga, memanfaatkan momen hari-hari besar Islam, yaitu dengan mengadakan agenda kajian umum yang bertepatan dengan hari-hari besar Islam seperti Ramadhan, Maulid Nabi SAW, dan Isra’ Mi’raj. Maka melalui agenda kajian tersebut mereka dapat menyebarkan ideologinya sekaligus bisa menarik anggota baru.

***

Pasca HTI dibubarkan, para kader eks-HTI yang berada di UNESA tidak diam begitu saja, namun mereka yang terdiri dari mahasiswi bahkan dosen di beberapa kampus terus berjuang menyuarakan ideologi HT melalui berdakwah dalam kajian-kajian yang diadakan oleh mereka di kampus. Usaha tersebut ternyata tidak sia-sia, walaupun telah dibubarkan ternyata tidak sedikit yang mau bergabung dengan komunitas Muslimah mengaji UNESA.

Baca Juga  Mulai dari Indonesia, Inilah Enam Kunci Kebangkitan Kedua Umat Islam

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh salah seorang musrifah (panggilan untuk pembina kajian intensif dalam HTI) yang saya ikuti, bahwa justru ternyata lebih banyak mahasiswi yang bergabung setelah dibubarkan dibanding sebelum dibubarkannya HTI. Menurutnya, ini dikarenakan banyak orang yang semakin penasaran dengan apa itu khilafah sampai-sampai organisasi HTI harus dibubarkan. Karena rasa penasaran tersebut, menurut saya kemudian mahasiswi-mahasiswi UNESA terutama yang belum pernah memperdalam ilmu agama dengan sangat mudah langsung menerima doktrin yang disampaikan dan langsung mendukungnya.  

Dengan berupaya memberikan bukti dalil serta hadis, mereka mampu menarik beberapa orang untuk ikut bergabung. Sebenarnya tidak ada yang salah dari isi kajian yang mereka sampaikan, namun ideologi yang mereka sampaikan dapat merusak ideologi dari bangsa ini, yakni Pancasila dan kemudian bisa merusak keutuhan NKRI.

Maka dari itu, para mahasiswi perlu berhati-hati dalam mengikuti kajian-kajian keislaman yang berada di kamus, terutama bagi mahasiswi yang ingin memperdalam ilmu agama. Sampai kapan pun kader eks-HTI akan terus berdakwah, karena bagi mereka dakwah merupakan hal yang sangat penting, dengan begitu mereka dapat menyuarakan ideologinya demi tegaknya khilafah.

Editor: Yahya FR

Mona Gustiani
1 posts

About author
Alumni Prodi Akidah dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Report

Hamim Ilyas: Islam Merupakan Agama yang Fungsional

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyebut, Islam merupakan agama yang fungsional. Islam tidak terbatas pada…
Report

Haedar Nashir: Lazismu Harus menjadi Leading Sector Sinergi Kebajikan dan Inovasi Sosial

1 Mins read
IBTimes.ID – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir memberikan amanah sekaligus membuka agenda Rapat Kerja Nasional Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan…
Report

Hilman Latief: Lazismu Tetap Konsisten dengan Misi SDGs

1 Mins read
IBTimes.ID – Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hilman Latief mengatakan bahwa Lazismu sudah sejak lama dan bertahun-tahun terus konsisten dengan Sustainable Development…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds