Di sebagian besar negara Eropa dan Amerika, Islam dipastikan mendapat tempat dan kebebasan. Setidaknya pengalaman saya di Inggris, Filnlandia, dan Belanda berbanding terbalik dengan negara demokrasi besar sekelas India yang masih menerapkan standar ganda tentang imigran muslim. Muslim Uighur di China juga mendapat perlakukan sangat buruk
Perlakuan Buruk pada Islam
Islam menjadi agama yang paling sering mendapat perlakuan buruk. Bahkan secara sosiologis Islam juga mengalami penindasan penjajahan fisik dan pembunuhan karakter. Kolonialisme dan imperialisme barat atas negara-negara Islam di Asia Afrika dan Timur-Tengah setidaknya telah membuat hubungan Islam dan Eropa Kristen terus memburuk.
Barat tetap saja arogan. Bahkan hingga paruh pertama abad 21 tak ada tanda-tanda itikad baik negara barat Kristen memperbaiki hubungan. Bahkan sebaliknya bentuk penindasan dan penjajahan terhadap negara-negara Islam kian buruk dan variatif. Artinya secara teologis Islam ditempatkan sebagai musuh bersama, yang diberi cap sebagai musuh kemanusian dan peradaban.
Samuel Huntington memberi batasan tegas tentang Tesis benturan peradaban. Islam digambarkan sebagai agresor. Benturan yang paling keras–menurut Huntington–akan terjadi antara kebudayaan Kristen Barat dengan kebudayaan Islam. Tesis tersebut secara tidak langsung memperkuat asumsi sebagian besar ilmuwan Barat yang melihat Islam sebagai aggression and hostility (agresi dan ancaman). Pendek kata, bagaimana Barat menciptakan stereotipe-stereotipe simplistis yang menunjukkan wajah buruk Islam–the rage of Islam.
Kezaliman Global
Bagi barat Kristen, Islam bukan saja kompetitor, tapi juga telah ditetapkan sebagai musuh baik secara politik bahkan secara akademis. Berbagai hasil penelitian dan riset selalu menunjukkan bahwa Islam adalah public enemy yang harus dihadapi secara bersama-sama. Ketakutan barat terhadap Islam adalah ketakutan global semua agama dan ideologi.
Islam mengalami kezaliman global dengan berbagai bukti fisik kasat mata. Kasus Israel dan Palestina. Invasi atas Irak, Libya, Aljazair, Afghanistan, Syuriah, dan negara-negara Islam lainnya. Barat Kristen memasang standar ganda dalam setiap penyelesaian konflik terutama yang bersangkutan dengan negara-negara Islam.
Inilah soal besarnya. Dan akan terus terawat membesar bila dibiarkan berlarut. Belum lagi dengan pekerjaan-pekerjaan dinas intelijen barat yang menggempur dan mengadu domba umat Islam dari dalam. Al Qaeda dan ISIS jelas pekerjaan intelijentanpa bantahan.
Terorisme dan Ideologi Agama
Terorisme dan radikalisasi bukan pure ideologis pemahaman keagamaan tapi juga bersangkut dengan soal kondisi sosial-politik yang mengitari. Kebanyakan gerakan radikal justru lahir dari sikap arogansi dan sikap hipokrit negara-negara Barat Kristen. Bahwa kemudian agama dibawa masuk lebih kepada soal justifikasi agar apa yang di lakukan mendapat pembenaran.
T.P. Thornton dalam Terror as a Weapon of Political Agitation (1964) mendefinisikan terorisme sebagai penggunaan teror sebagai tindakan simbolis yang dirancang untuk mempengaruhi kebijakan dan tingkah laku politik dengan cara-cara ekstra normal, khususnya dengan penggunaan kekerasan dan ancaman kekerasan.
Terorisme dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu enforcement terror yang dijalankan penguasa untuk menindas tantangan terhadap kekuasaan mereka, dan agitational terror, yakni teror yang dilakukan mengganggu tatanan dan melawan rezim yang mapan untuk kemudian menguasai tatanan politik tertentu.
***
Terorisme dan radikalisasi adalah isu global sebagai bentuk perlawanan atas kezaliman dunia barat Kristen dan kroninya terhadap Islam. Bagaimanapun kita mengutuk keras tindakan kekerasan mengatasnamakan agama atau keyakinan untuk melawan dengan cara yang tidak sportif.
Percayalah, sepanjang kezaliman dan sikap hipokrit negara-negara barat Kristen terhadap negara Islam tak berhenti, maka radikalisasi dan terorisme juga akan tetap berbanding lurus saling mengikuti.
Wallahu a’lam