In-Depth

Islam dan Kristen: dari Kata Bersama ke Aksi Bersama

3 Mins read

-IBTimes-Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial – Universitas Muhammadiyah Surakarta (PSBPS UMS) menggelar Kolokium dengan konsep diskusi buku pada Jum’at (18/10/2019) siang di ruang rapat Badan Pembina Harian (BPH) UMS.

Buku yang didiskusikan pada acara tersebut berjudul “Dunia Barat dan Islam, Cahaya di Cakrawala” yang ditulis oleh Dr. Sudibyo Markus yang sekaliagus menjadi pemateri pada acara tersebut.

Pada umumnya, karya yang membahas hubungan Dunia Barat dan Islam, dibahas oleh sarjana Barat dengan sudut pandangnya masing-masing. Di Indonesia, kajian tentang masalah ini nyaris belum ada. Maka dari pada itu, menurut Paksi Hidayatulloh sebagai ketua panitia, karya Dr. Sudibyo Markus tersebut perlu diapresiasi melalui kegiatan diskusi buku tersebut.

Buku terbitan Gramedia yang menjadi bahan diskusi ini yang merupakan update dari buku “Konsili Vatikan II, Satu Pembaharuan Sikap Gereja Terhadap Islam” (Lembaga Penelitian & Pengembangan Agama, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pustaka Antara 1978)

Adapun pemateri pertama adalah sang penulis itu sendiri. Ia mengatakan bahwa buku yang ia tulis bukanlah hal yang baru, namun merupakan hazanah lama yang dituliskan ulang menggunakan potret sudut pandang yang positif.  Dalam bukunya, Ia berusaha menghubungkan empat rangkaian milestones atau tonggak sejarah penting untuk mengantar manusia kepada modernitas dan jalan yang semakin mendekatkan manusia, khususnya umat beragama kepada perdamaian.

***

Ia berkata bahwa umat beragama harus sanggup menjadikan diri mereka sebagai instrumen perdamaian. Empat milestones utama sejarah antar umat beragama tersebut secara berturut-turut terdiri atas: Perang Salib (1095-1297), Konsili Vatikan II (162-1965), Surat Terbuka “A Common Word Between Us and You” atau Kalimatun Sawa dari 138 Ulama dan Cendekiawan Muslim se dunia kepada Paus Benediktus XVI dan seluruh Petinggi Gereja se-dunia pada tanggal 13 Oktober 2007, serta Agenda for Humanity yang merupakan keputusan World Humanitarian Summit di Istanbul (23-24 Mei 2016).

Baca Juga  Empat Menteri Muhammadiyah: Ini Klarifikasi Haedar Nashir

Namun, Sudibyo Markus tak ingin hanya berhenti pada Common Word saja, ia menginginkan sesuatu yang lebih jauh dari pada itu. Ia menghendaki adanya satu sesi decission making antara barat dan Islam untuk menyelaraskan paham dan meningkatkan pengalaman interaksi. Seringnya intensitas interaksi akan berimplikasi pada terciptanya perdamaian.

Perdamaian masih akan sulit terwujud jikalau Barat dan Islam hanya berhenti pada dialog dan perjanjian saja. Ia menegaskan bahwasannya, dalam diktat-diktat sejarah manapun, tidak ada ceritanya Kristen itu membenci Islam ataupun sebaliknya. Namun. “pihak ketiga lah” yang membuatnya saling benci satu sama lain.

Sudibyo menstimulus para peserta diskusi untuk langsung menyelenggarakan praksis-praksis kerjasama lintas agama, budaya, ras, dan peradaban di akar rumput dan basis masa. Karena di sana lah sebenar-benarnya letak gejolak, fragmentasi, dan pergesekan yang sering terjadi. Maka praksis-praksis perdamaian di basis masa dan akar rumput harus segera dimasifkan dan digalakkan.

Pembicara kedua yaitu Sigit Widjayanta, selaku Ketua Badan Pertimbangan PELEKSI dan Dosen UKDW. Ia lebih banyak menyorot dan memberikan kesan terhadap konten buku yang ditulis oleh Sudibyo Markus.

***

Ia mengatakan bahwa penulis menggunakan paradigma positif-optimis dalam memaparkan fakta-fakta kesejarahan yang dituangkannya lewat tulisan dalam sebuah buku. Dengan menggunakan paradigma positif-optimis, pembaca akan merasakan hadirnya suasana empatik, kedamaian, ketenangan, dan ketentraman dalam setiap tulisan yang dituliskannya.

Ia mengatakan bahwa dengan membaca buku ini, pembaca akan terstimulus untuk bersegera menyelenggarakan praksis-praksis perdamaian antar berbagai elemen multikultural. Paradigma positif memberikan suasana dan nuansa pembacaan yang berbeda dari pada buku-buku yang pada umumnya.

Pemateri ketiga yaitu Abdul Fattah Santoso, selaku Staff Ahli Rektor UMS. Ia mengapresiasi karya monumental yang ditulis oleh Sudibyo Markus. Ia mencoba menggambarkan kerangka konseptual yang terpancar dari tulisan Sudibyo.

Baca Juga  Putra Yunahar Ilyas Terpilih Menjadi Ketua Umum DPD IMM DIY

Menurut Abdul Fattah, cerita sejarah yang tertuang dalam tulisan Sudibyo dipengaruhi oleh para Sejarahwan, diantaranya; Kuntowijoyo melalui konsep-konsep paralelisme sejarah, eskatologi sebagai landasan sejarah, dan Djoko Suryo melalui konsep kontekstualisasi sejarah. Mereka ialah para Sejarahwan nasional.

Selain Sejarahwan Nasional, kerangka konseptual Sejarah dari para Sejarahwan internasional juga mempengaruhinya, diantaranya ialah; Ibn Khaldun melalui konsep “siklus sejarah”, dan Marshall G.S. Hodgson, melalui konsep “Islam dalam kerangka sejarah dunia dan visi moralnya”, “Islam is not other”, “periodesasi baru sejarah Islam (608-945 M, 945-1500 M, dan 1500-kini)”.

Abdul Fattah berujar bahwa melalui buku ini mencoba untuk melupakan dendam sejarah antara barat Kristen dan Islam, membangun masa depan lebih baik bagi kemanusiaan. Hal itu diupayakan untuk menuju hubungan Barat dan Islam yang lebih baik di masa depan.

Selanjutnya, Abdul Fattah merefleksikan bahwa paparan tulisan dalambuku ini selaras dengan spirit Kuntowijoyo yang menjadikan “eskatalogi” sebagai sarana perubahan sejarah”. Ia menjadikan iman sebagai motivasi hidup. Selain itu, Buku ini juga telah mengikuti Hodgson. yiatu menjadikan “Islam dalam kerangka sejarah dunia dan visi moralnya”. Ia juga selaras dengan kerangka teologis peresensi yang menjadikan perbedaan sebagai modal membangun sejarah melalui dialog dan menghilangkan dendam. (Yahya)

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
In-DepthPerspektif

Soal Covid-19, Media Jangan Nakut-nakutin Masyarakat

1 Mins read
Virus Corona (Covid-19) yang diketahui bersama berasal dari Kota Wuhan, China, yang menyebar akhir tahun lalu, kini tak tanggung-tanggung menyebar ke-200 negara…
In-Depth

Tommy Apriando, Jurnalis dan Peneliti Isu HAM dan Lingkungan itu Telah Wafat

1 Mins read
IBTimes.ID — Kabar meninggal dunia Tommy Apriando telah beredar di grup Whatsapp dan media sosial pada pukul 12.46 WIB, Ahad, 2 Februari…
In-DepthNews

Benarkah Ahmad Khozinudin itu "Nasrudin Joha"? Berikut Klarifikasinya

3 Mins read
Hari ini, Minggu (12/1/2020), beredar klarifikasi atas nama Ahmad Khozinudin, SH, Ketua LBH Pelita Umat bertajuk ‘KLARIFIKASI STATUS HUKUM KETUA LBH PELITA…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds