Perspektif

Islam Turut Mewarnai Lokalitas Budaya di Afrika dan Cina

3 Mins read

Dalam buku Islam “Islam Tuhan Islam Manusia” karya Haidar Bagir menyebutkan bahwa budaya merupakan kebenaran, kebaikan dan keindahan serta dengan budaya itu terdapat kebenaran sesuai dengan fitrah manusia. Islam datang dengan mengemban misi “rahmatan lil ‘alamin”(rahmat bagi seluruh alam), dan juga Islam memiliki prinsip ajaran “shalih li kulli makan wa zaman” (sesuai dimanapun dan kapanpun).

Islam tidak merubah atau mengganti lokalitas budaya setempat saat ekspansi ke wilayah lain, akan tetapi Islam mewarnai dan menghiasi serta mengakulturasikan antara ajaran Islam dan budaya yang sudah ada.

Kita bisa lihat dari ajaran rumusan para ulama tentang kaidah-kaidah fiqih, salah satunya para ulama merumuskan suatu hukum di wilayah tertentu harus melihat lokalitas setempat, sebagaimana terdapat kaidah fiqih dikatakan العدات محكم “adat dapat dijadikan” bahkan dalam bidang ushul fiqih terdapat tema العرف (adat/kebiasaan). Oleh karena itu, Islam sangat berhati-hati dalam membuat hukum atau membuat kebijakan.

Dari persoalan di atas, penulis mencoba mendeskripsikan lokalitas budaya dari berbagai penjuru dunia terkhusus untuk wilayah Afrika dan China untuk melihat bagaimana bentuk budaya di wilayah tersebut. Hal ini menjadi menarik karena Islam menjadi sebuah penghias dengan variannya di negara tersebut.

Islam dan Lokalitas Budaya di Afrika

Masyarakat Afrika merupakan masyarakat multi agama. Saat ini terdapat beberapa kelompok yang mengalami kepunahan, seperti kelompok Khoikhoi, Nguni, San, dan kelompok asli lainnya yang diketahui memegang berbagai kepercayaan dan praktik agama (Warna-Warni Islam, 2022).

Dalam buku “Membebaskan yang Tertindas” karya Farid Esack seorang tokoh pergerakan yang menyerukan pembebasan masyarakat tertindas, menjelaskan bahwa pengaruh Afrika dipengaruhi oleh para pemukim Kristen Belanda, budak Muslim, dan beberapa pelarian politik Indonesia yang telah menambah bumbu masyarakat Afrika.

Baca Juga  Relasi Agama dan Negara Menurut Imam Al-Ghazali

Pada awalnya penyebaran Islam di Afrika, bersamaan dengan sejarah penyebaran Islam pada awal kejayaan Islam era Rasul, namun tidak begitu intens. Kemudian mendapatkan fokus ekspansi ketika zaman Khulafa ar-Rasyidin, Umar bin Khattab melakukan ekspansi ke Afrika, bahkan sampai ke Mesir (Dunia Islam di Afrika Timur, Elan Sumarna).

Kemudian sebagian besar daerah-daerah Afrika Utara dan Afrika Timur adalah wilayah kekuasaan muslim, bahkan Afrika memiliki peran penting dalam perekonomian umat Islam ketika negara Islam berada Baghdad sebagai pusat pemerintahan (Murdiyah, 2017).

Kebudayaan pembacaan Barzanji setiap peringatan maulid Nabi Muhammad masih terlaksana. Umat Islam Afrika memiliki budaya ketika melaksanakan ibadah puasa yaitu perempuan-perempuan Afrika menyiapkan hidangan berbuka puasa seperti samosa, pie, kari, dan halim (sejenis kaldu).

Varian hidangan itu hanya ada di bulan Ramadhan. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Afrika menjadikan Ramadhan sebagai bulan istimewa dibandingkan dengan bulan lainnya. Ketika malam takbiran, masyarakat Afrika Selatan juga merayakannya dengan mengumandangkan takbir.

Adapun adat pernikahan masyarakat Afrika adalah sang mempelai laki-laki terlebih dahulu harus mempersiapkan secara matang baik materiil dan nonmateriil, bahkan finansial menjadi titik berat yang harus dipersiapkan oleh laki-laki. Mempelai laki-laki diharuskan mempunyai rumah beserta peralatan rumah tangga terlebih dahulu sebelum ingin melaksanakan pernikahan.

Kemudian ada juga budaya unik di Afrika, yaitu orang yang memiliki nama selain Islam, maka harus diganti dengan nama Islam yang ke Arab-araban, apabila tidak dilaksanakan maka pernikahan mereka pun tidak akan terlaksana.

Islam dan Lokalitas Budaya di China

Kemudian beralih ke Cina, Nabi Muhammad telah bersabda اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ “Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri Cina”. Tentu ungkapan tersebut tidak seenaknya terucap. Ungkapan tersebut memiliki ungkapan yang sangat dalam. Cina merupakan sebuah wilayah yang telah mengalami peradaban lebih dari 1.500 tahun yang lalu dibandingkan dengan Islam.

Baca Juga  Bagaimana Terorisme Memanfaatkan Media Baru?

Masyarakat Cina telah mengetahui berbagai disiplin keilmuan. Mengenai sejarah masuknya Islam ke Cina, menyebutkan bahwa ajaran Islam pertama kali tiba dibawa oleh para sahabat Nabi yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethiopia).

Sahabat Nabi hijrah ke Ethiopia untuk menghindari kemarahan dari kaum Quraisy Jahiliyah. Mereka diantaranya adalah Ruqayyah, anak perempuan Nabi, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan sejumlah sahabat lainnya. Mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat dinasti kekuasaan Sui.

Kebudayaan Islam di Cina dapat dilihat dari tiga perayaan besar terpenting bagi umat Islam di Cina Idul-Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi Muhammad Saw. Sebagai contoh pada  saat lebaran hari Raya Idul Fitri, mereka merayakannya dengan berkumpul di lapangan besar. Disana mereka mendatangi bazaar, bernyanyi, dan berdansa.

Kemudian pakaian kaum laki-laki mengenakan jas dan kopiah/peci putih, sedangkan perempuan memakai baju hangat dengan kerudung setengah tertutup. Terdapat juga tradisi mengunjungi makam leluhur pada saat Idul Fitri di Cina. Makam dibersihkan, kemudian keluarga besar memanjatkan doa di sana.

Uraian di atas merupakan akulturasi antara ajaran Islam dengan budaya yang terdapat di wilayah tertentu. Islam membawa ajaran yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu. Pertautan antara ajaran  Islam dan budaya setempat merupakan khazanah keilmuan Islam yang harus terus dikembangkan oleh para cendekia muslim.

Proses kontekstualisasi ajaran Islam harus melihat sosio-geografis serta budaya setempat. Apabila tidak dilakukan maka, ajaran Islam tidak akan mengalami kemajuan bahkan akan dianggap sebagai ajaran kuno yang tak berguna saat ini.

Editor: Soleh

Roma Wijaya
12 posts

About author
Dosen STAI Syubbanul Wathon Magelang Minat Kajian Tafsir, Hadis, Sejarah, Pemikiran Islam, Gender
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds