Report

Islamofobia di Eropa dan Amerika: Diproduksi oleh para Politisi

2 Mins read

IBTimes.ID- Pengajian Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengangkat tema Islam dan Islamofobia di Eropa di acara webinar via Zoom Meeting, Jumat (11/11/2020). Acara tersebut mengahadirkan tiga narasumber, di antaranya H. Arief Oegroseno, PhD (Dubes RI untuk Jerman), Hj. Ai Fatimah Nur Fuad (Wakil Dekan I FAI UHAMKA), dan  Dr. H. Muhammad Najib, seorang pakar politik. Acara dibuka oleh Prof. Abdul Mu’ti.

Momentum 11/9 mengingatkan kita pada kejadian teror. Peristiwa 11/9 ini kemudian menjadi pemicu terjadinya ketegangan di Eropa dan Amerika. Umat Islam di Eropa mendapat perlakuan kasar. Sejak itu Islamofobia terjadi di beberapa negara Eropa.

Selain momentum itu, kejadian demo anti-Islam di Swedia dan Norwegia hingga terjadi pelecehan terhadap Al-Qur’an memicu reaksi dari Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.

“Peristiwa yang terjadi di Swedia dan Norwegia, saya kira sengaja dilakukan oleh orang tertentu yang berusaha membakar emosi umat Islam, dengan menodai kesucian Al-Qur’an,” kata Abdul Mu’ti.

Ia melanjutkan, jika ditarik pada perkembangan politik global, terdapat tiga poin menarik. Pertama, pasca 11/9. Islam itu seperti on the spot, muslim menjadi seorang yang tertuduh. Kedua, multikulturalisme. Para ilmuan barat mengkritik umat muslim, namun di sisi lain kepercayaan masyarakat dunia terhadap agama dan Islam secar khusus, malah semakin tinggi. Ketiga, Islam sebagai agama, berkembang pesat di Eropa yang dibawa oleh para imigran.

Satu hal mendasar, yang menjadi sebab kenapa nilai Islam dan Eropa terpisah, yaitu karena Eropa menganggap nilai yang mempengaruhi mereka ialah filsafat Yunani, sistem hukum Romawi, pemisahan dengan agama (enlightment), dan revolusi industri.

Mereka menganggap empat nilai tersebut yang mendasari peradaban Eropa, tentunya tanpa Islam di dalamnya, terbentuk. “Itulah kenapa secara pisikologi, Islam dinilai sebagai alien (sesuatu yang asaing)” kata Arief Oegroseno, Duta Besar RI untuk Jerman dalam pemaparannya mengenai Islamofobia.  

Baca Juga  Haedar Nashir: Pentingnya Membaca Ulang Ideologi Muhammadiyah

Kenapa Islamofobia Kuat di Eropa?

Pertama, pemahaman yang salah tentang Islam. Islam sering dikaitkan dengan Arab atau Timur Tengah. Sedangkan keadaan di Timur Tengah dianggap jauh dari nilai-nilai moderenitas, HAM, dan demokrasi. Padahal, jika dilihat lebih jauh jurtru Islam lebih dulu menganut nilai-nilai tersebut.

Kedua, trauma dengan Islam. Mereka menggangap Islam lebih sebagai ancaman dan berpotensi melakukan invasi dan serangan teroris.

Ketiga, faktor kebijakan ekonomi dan politik. Terjadi kecemburuan, semisal di Belgia pernah ditatapkan kebijakan untuk warga asing diberikan tunjuangan. Ini kemudian menimbulkan kecemburaan sosial dari warga setempat terhadap warga asing.

Sedangkan, beberapa negara yang menunjukkan angka Islamofobia, cukup tinggi. Di antaranya; Austria, Jerman, Perancis, dan Finlandi, terdapat kurang lebih seribu kasus. Bahkan di UK Inggris, mencapai angka tiga ribu. “Angka ini tidak akan reda, karena di Eropa sudah muncul kelompok-kelompok ekstrem kanan yang masuk di parlemen,” tutur Arief Oegroseno.

Terkait kepercayaan terhadap agama, sebagian sosiolog mengatakan bahwa modernisasi akan semakin kuat ketika ilmu pengetahuan sudah bisa menyelesaikan persoalan hidup. Dampaknya peran agama semakin ditinggalkan. Masyarakat industrial Eropa tidak lagi menganggap sakral agama. “Namun sebenarnya, kepercayaan masyarakat kepada Tuhan masih sangat tinggi,” kata Ai Fatimah Nur Fuad, Wakil Dekan I FAI UHAMKA.

Islamofobia diperparah dengan eksploitasi oleh para politisi di Eropa dan Amerika. “Saya suka menggunakan istilah para politisi ini terkena ‘rabun jauh’. Jadi logiknya (terbalik), target terhadap persoalan jangka pendek itu diraih dengan mengabaikan persoalan jangka panjang” kata pakar politik Muhammad Najib.

Contoh dapat ditemui di Amerika, Donald Trump memproduksi sentimen rasis untuk mendapat dukungan. Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, juga sering memproduksi narasi anti Islam dan Arab secara umum. Sentimen tersebut yang memperparah islamofobia di Eropa.

Baca Juga  Islamofobia dan Tren Ateisme Baru di Dunia

Reporter: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
1341 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…
Report

Hamim Ilyas: Islam Rahmatan Lil Alamin Tidak Sebatas Jargon

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, Islam Rahmatan Lil Alamin harusnya tidak sebatas jargon belaka,…