Mungkin beberapa dari kita sudah mengenal mengenai Gus Baha. Kepakarannya dalam ilmu agama, terutama dalam ilmu Tafsir tak perlu diragukan lagi. Namun saat ini ada seseorang anak muda yang disebut-sebut kepakaran dan kedalaman ilmunya mirip seperti Gus Baha, bahkan disebut-sebut sebagai “Gus Bahanya Madura”, atau ada juga yang menyebutnya “Gus Baha versi Lebih Muda”. Ia adalah Lora Ismael.
Nama lengkapnya adalah adalah Ismael Al Kholilie. Ia merupakan keturunan kelima dari sang Maha Guru Syaikhona Kholil Bangkalan. Namun nama Al Kholilie di belakang nama ia dinisbatkan kepada kakeknya, yaitu Kiai Kholil Yasin yang merupakan cucu langsung dari Syaikhona Kholil Bangkalan.
Ismael Al Kholilie biasa disapa dengan sebutan Lora Ismael. Lora merupakan sebutan untuk Gus atau anak kiai dalam bahasa Madura. Ia lahir pada 17 November 1992 di kota Bangkalan dan terlahir di lingkungan pesantren Al-Falah Assalafi Al-Kholili. Ismael Al Kholilie mulai mendalami ilmu agama saat menginjak remaja.
Pesantren yang pernah disinggahinya untuk menuntu ilmu adalah Pesantren Daarul Falah Jepara asuhan Kiai Haji Taufiqul Hakim dan Pesantren Al-Anwar Rembang asuhan KH. Maimoen Zubair. Setelah lulus dari Pesantren Al-Anwar Rembang, ia melanjutkan pendidikannya ke Daarul Musthafa Tarim, Yaman, asuhan Habib Umar bin Hafidz.
Karantina Pesantren Az Zahir
Ia mengatakan bahwa sebelum berangkat ke Tarim, ia melaksanakan karantina terlebih dahulu di pesantren Az Zahir yang diasuh oleh Al Habib Hasan Al Muhdor. Lalu setelah selesai karantina, berangkatlah ia ke Tarim Hadramaut untuk menuntut ilmu di negerinya para Habaib.
Dinukil dari podcastnya di YouTube channel Three Tan Java yang berjudul “Mengenal Lebih Dekat Sosok Lora Ismael”, Ada kisah menarik saat ia akan pergi ke Tarim, Yaman. Saat sebelum pergi ke Tarim, ia sowan dan pamitterlebih dahulu kepada KH. Maimoen Zubair. Ia mengatakan bahwa biasanya santri yang akan pamit untuk belajar ke luar negeri seperti Yaman, Mekah, atau Mesir belum tentu ia izinkan.
Semisal ada santri yang akan belajar ke Mekah, namun mbah Moen arahkan untuk menikah, ada yang akan ke Yaman beliau arahkan ke Mekah. Lalu saat lora Ismael izin pamit ke Yaman, Qodarullah mbah Moen izinkan untuk belajar di Yaman. Lalu mbah Moen dawuh kepada lora Ismael,
العم يمن والحكمة يمنية
“Ilmu itu pusatnya di Yaman, dan hikmah (juga) berasal dari Yaman”
Saat tahun pertama di Tarim Lora Ismael pernah mendapatkan awail atau rangking kelas peringkat kedua. Jangan samakan ranking dua di sini dengan di Tarim sana. Di sana saingannya pelajar dari seluruh dunia. Dan masih banyak lagi prestasi yang sering ia dapatkan saat masih menjadi santri di Tarim.
Sudah tak perlu diragukan lagi kepakarannya dalam ilmu agama. Sudah menjadi santri selama bertahun-tahun, membuktkan bahwa sanad keilmuan lora Ismael jelas dan tersambung pada Rasulullah.
Pertama kali saya mengenal beliau adalah melalui salah satu tulisannya di Instagram yang menceritakan kisah Gus Baha saat ziarah ke makam Syaikh Kholil Bangkalan. Saat ini pengikut beliau di Instagram sudah mencapai 100 ribu lebih pengikut! Angka yang sangat banyak sekali.
Tulisan yang biasanya beliau tulis banyak sekali, namun tema tulisannya biasanya mengenai kisah-kisah para ulama, kisah mengenai Tarim, kalam-kalam hikmah, ataupun fiqh.
Dikenal Melalui Tulisan
Berbeda dengan Gus Baha yang dikenal melalui ceramahnya, lora Ismael lebih dikenal karena tulisan-tulisannya. Ia bercerita pertama kali menulis itu sebelum ke Yaman, ia sering menulis kalam-kalam hikmah di Facebook. Dan ternyata banyak mendapatkan respon saat itu. Namun sempat vacuum karena ia pergi ke Yaman dan fokus untuk menuntut ilmu di sana.
Saat pulang ia mulai membuat Facebook kembali dan mulai menulis lagi. Lalu ia mencoba membuat akun Instagram. Dan ternyata respon di Instagram pun sama baiknya seperti di Facebook. Tak butuh waktu lama, saat ini pengikutnya di Instagram hampir mencapai 100 ribu!
Tulisan yang ia tulis ini sungguh menggugah hati, apalagi saat ia menuliskan mengenai kisah-kisah para ulama. Tulisannya ini mengalir seolah-seolah kita melihat langsung kisah ulama yang yang ia tuliskan itu. Juga selain itu tulisannya renyah, ilmiah dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
Selain menulis kisah-kisah ulama atau kalam-kalam hikmah ulama, ia terkadang suka membuat Instastory QnA di Instagramnya. Biasanya pertanyaannya seputar masalah fiqh. Dan lagi-lagi ia menjawab beberapa pertanyaan dari netizen dengan jelas sehingga mudah dipahami bagi siapa pun yang membacanya.
Selain jelas, ia juga sering menukil dalil-dalil yang berkaitan dengan fiqh dari kitab-kitab fiqh klasik maupun kitab-kitab ushul fiqh.
Pun kisah mengenai Gus Baha pun tak luput ia kisahkan juga di akun sosial medianya. Biasanya jika mengisahkan mengenai Gus Baha, ia mengambil kisahnya dari pengalaman pribadinya saat bertemu langsung dengan Gus Baha.
Saat menuliskan berita yang saat ini sedang hangat pun ia memposisikan dirinya berada di tengah alias netral, tidak terlalu ke kanan dan ke kiri. Mencoba untuk menemukan titik temunya.
Urgensi Menulis
Kita butuh ulama-ulama muda seperti lora Ismael. Selain memiliki kepakaran dalam bidang agama, ia juga produktif sekali menulis di akun media sosialnya. Sehingga mudah untuk diakses semua kalangan.
Urgensi kita saat ini adalah menemukan sosok yang selain piawai berceramah, kita juga butuh sosok yang menuliskannya ke dalam sebuah tulisan. Seperti para ulama salaf jaman dahulu, banyak sekali menulis kitab hingga berjilid-jilid.
Jika ingin membaca tulisannya lora Ismael sangat mudah sekali ditemui di akun Instagram ataupun Facebooknya. Selain itu, saat ini ia juga sedang meluncurkan buku barunya yang berjudul “Catatan dari Tarim”.
Saya sudah membaca bukunya itu dan memang isinya ‘daging’ semua. Isinya menceritakan kisah-kisah saat ia di Tarim dulu. Tapi isi dari buku itu sebagian besar menceritakan kisah-kisah para ulama, terutama Habib Umar bin Hafidz.
Editor: Dhima Wahyu Sejati