IBTimes.ID, Bandung – MAARIF Institute kembali menggelar acara Jambore Pelajar Teladan Bangsa X 2023, sejak pertama kali digelar pada 2012. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari, 26 – 30 Desember 2023, di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP), Lembang, Bandung Jawa Barat.
Kegiatan yang bertujuan untuk membangun ketahanan komunitas berbasis sekolah, utamanya para pelajar yang berusia rata-rata 14 – 18 tahun ini diikuti oleh 104 peserta yang berasal dari 25 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, Papua Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
Dalam sambutan pembukaan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Muhadjir Effendy yang diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama, Prof. Warsito, mengingatkan para pelajar yang terpilih melalui seleksi ini untuk merawat kebinekaan, memperkuat nilai toleransi serta menjaga persatuan agar terhindar dari ancaman paham radikalisme dan ekstremisme yang membahayakan persatuan bangsa.
Sementara, Direktur Eksekutif Maarif Institute, Abd. Rohim Ghazali, mengatakan bahwa kegiatan jambore ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, inklusivisme dan kebinekaan serta mengarusutamakan nilai-nilai kebangsaan yang moderat, toleran dan inklusif di kalangan pelajar.
Lebih lanjut Rohim menambahkan bahwa Jambore Pelajar Teladan ini dimaksudkan untuk menanamkan kesadaran menjaga kebinekaan sejak dini kepada para pelajar yang kelak akan menjadi para pemimpin bangsa di masa mendatang.
Bentuk kegiatan jambore ini memadukan model kompilasi teori dan praktik di lapangan dengan harapan bisa memberikan konteks pada teks yang disajikan. Hadir sejumlah narasumber dalam kegiatan ini antara lain, Khelmy K. Pribadi (Project Coordinator Indonesia Knowledge Hub on CT/VE BNPT), Moh. Shofan (Direktur Program MAARIF Institute), Irfan Amalee (Executive Director Peace Generation), dan Ifa Hanifah (Tim Pengembang Jabar Masagi) dan yang lainnya.
Secara umum, para narasumber memberikan informasi dan pengetahuan yang benar tentang paham radikalisme kepada para peserta Jambore, serta menumbuhkan rasa semangat nasionalisme agar tidak mudah terhasut oleh pihak pihak yang akan mendoktrin generasi muda kita dengan hal-hal yang bertentangan dengan Pancasila dan ajaran Agama. Terlebih pelaku bom bunuh diri ini juga menyasar kalangan pelajar yang tidak jarang terkena pengaruh paham kelompok radikal.
“Terorisme adalah tindakan kejahatan yang bisa mengancam dan menghancurkan keutuhan suatu bangsa dan negara. Karena itu, pelajar harus mendapatkan pendidikan agama yang benar serta pendidikan budi pekerti dan beragam pendekatan yang tidak diwarnai dengan aksi kekerasan,” jelas Khelmy.
Sementara Shofan memperkenalkan sosok pemikiran Buya Syafii, sebagai Guru Bangsa, cendekiawan Muslim yang selama hidupnya tidak pernah absen mengingatkan bahwa pemeluk agama harus memahami agamanya dengan benar.
“Jika ajaran luhur agama tidak dipahami dengan benar, maka bencana bisa saja terjadi bila pemeluk agama kehilangan daya nalar, yakni menghakimi semua orang yang dinilai tidak sepaham dengan aliran pemikiran mereka, terlebih dengan menggunakan cara-cara digunakannya kekerasan, seperti aksi-aksi bom bunuh diri,” tutur Shofan.
Selama lima hari, para pelajar diajak untuk mengikuti sejumlah kegiatan, baik materi di ruangan seperti mengisi survey mengenai sosok Buya Syafii, memahami kebinekaan global, pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah oleh Itjen Kemendikbudristek, pemutaran dan diskusi film, dan membangun inklusi dan penerimaan perbedaan mulai dari alam bawah sadar yang disampaikan oleh Ifa Hanifah Misbach.
Selain itu peserta juga diajak berkegiatan di luar ruangan dengan melakukan kunjungan ke Museum POS Indonesia di Bandung, beraudiensi dengan pejabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin di kantor Gubernur, serta kunjungan lintas agama ke Gereja Paroki Santa Maria Fatima Lembang, Bandung, yang diketuai oleh Romo Aloysius Wahyu.
Sejumlah aktivitas dan kegiatan tersebut dimaksudkan agar para peserta Jambore mampu memperkuat nilai-nilai toleransi dengan melakukan perjumpaan dan dialog lintas agama, serta dapat mewarisi cita-cita dan pemikiran inklusif Buya Syafii, yang selama hidupnya tak pernah berhenti menyuarakan nilai-nilai toleransi, kemanusiaan dan keadilan sosial.
“Melalui kegiatan jambore 2023 ini, kami berharap para peserta mampu menangkap spirit gagasan Buya Syafii tentang toleransi dan kemanusiaan, mendapatkan wawasan pengetahuan dari para narasumber serta mendapatkan pengalaman berharga dari berbagai aktivitas selama kegiatan ini berlangsung, sehingga mereka mampu menjadi penggerak dan pelopor perubahan di daerahnya masing-masing,” jelas Deni Murdiani selaku penanggungjawab kegiatan jambore ini.
(Soleh)