Doa

Jangan Remehkan Kekuatan Doa

4 Mins read

Doa adalah sarana utama bagi seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Allah SWT. Dalam doa, seseorang mengungkapkan rasa syukur, harapan, ketakutan, dan kerendahan hati di hadapan Sang Pencipta. Sebagaimana ruh yang menghidupkan tubuh, doa menghidupkan ibadah dan membuatnya lebih bermakna. Tanpa doa, ibadah bisa menjadi ritual yang hampa dan kehilangan esensi spiritualnya.

Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (QS. Ghafir: 60). Ayat ini menunjukkan bahwa doa adalah bentuk penghambaan dan pengakuan atas kebergantungan manusia kepada Allah.

Setiap ibadah dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, mengandung unsur doa. Bahkan, shalat itu sendiri sering disebut sebagai “doa” karena di dalamnya terdapat banyak permohonan dan pujian kepada Allah. Doa menjadi ruh ibadah karena ia memberikan makna dan tujuan di balik setiap ritual ibadah.

Doa adalah inti dari hubungan spiritual antara hamba dan Tuhannya. Ia menghidupkan ibadah, memberikan makna, dan mengingatkan kita akan tujuan akhir dari segala ibadah, yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Tanpa doa, ibadah bisa menjadi ritual yang hampa dan kehilangan esensi spiritualnya. Oleh karena itu, sebagai Muslim, kita harus senantiasa memperbanyak doa dan menjadikannya sebagai bagian integral dari kehidupan kita.

Nasib doa-doa kita ada tiga, dikabulkan dengan segera, ditunda sesuai kesiapan kita di mata Allah, atau diganti dengan kenikmatan lain sesuai kebutuhan kita.

Doa yang Mustajab

Berikut ada satu hadis nabi terkait mustajabnya doa, yang patut kita ambil pelajaran agar lebih bijak dalam hidup.

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa orang yang teraniaya, (HR Baihaqi).

Baca Juga  Tarekat dan Tirakat dalam Tradisi Islam Indonesia

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi ini menyebutkan tiga jenis doa yang mustajab (dikabulkan), yaitu doa orang yang sedang berpuasa, doa musafir, dan doa orang yang teraniaya.

Secara tekstual, hadis ini menunjukkan bahwa ada tiga keadaan di mana doa seseorang memiliki peluang besar untuk dikabulkan oleh Allah SWT. Para ulama klasik menjelaskan bahwa ketiga keadaan ini memiliki keistimewaan tersendiri dalam pandangan Allah.

Pertama, doa orang yang berpuasa. Orang yang berpuasa sedang dalam keadaan dekat dengan Allah karena ia menahan diri dari hawa nafsu, makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Keikhlasan dan ketakwaannya membuat doanya lebih mudah dikabulkan.

Kedua, doa seorang musafir. Musafir (orang yang sedang dalam perjalanan) seringkali berada dalam kondisi lemah, butuh pertolongan, dan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Keadaan ini membuat doanya lebih tulus dan penuh harap.

Ketiga, doa orang yang teraniaya. Orang yang dizalimi berada dalam posisi yang lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk membela diri. Allah Maha Adil dan tidak membiarkan hamba-Nya yang teraniaya tanpa pertolongan. Doa mereka dijamin akan dikabulkan, meskipun mungkin tidak langsung terlihat. Coba kalau rakyat se Indonesia mendoakan para koruptor yang telah menjarah hak mereka, pasti mujarab.

Imam Nawawi dan Ibn Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa keistimewaan doa dalam tiga keadaan ini terkait dengan kelemahan dan ketulusan hati seseorang. Ketika seseorang merasa lemah dan bergantung sepenuhnya kepada Allah, doanya menjadi lebih ikhlas dan penuh harap, sehingga lebih mudah dikabulkan.

Sedangkan dari sudut pandang psikologi, ketiga keadaan ini memiliki kesamaan, yaitu keadaan emosional yang intens yang membuat seseorang lebih fokus dan tulus dalam berdoa.

Baca Juga  Doa Agar Hujan Berhenti

Puasa menciptakan kondisi fisik dan mental yang lebih tenang dan terkendali. Lapar dan haus yang dialami selama puasa dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan membuat seseorang lebih khusyuk dalam berdoa.

Perjalanan seringkali menimbulkan kelelahan, ketidakpastian, dan rasa khawatir. Kondisi ini membuat seseorang lebih introspektif dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga doanya lebih tulus.

Ketidakberdayaan dan penderitaan yang dialami oleh orang yang teraniaya menciptakan emosi yang mendalam, seperti kesedihan, kemarahan, atau harapan. Emosi ini mendorong mereka untuk berdoa dengan penuh keyakinan dan kepasrahan.

Dalam perspektif psikologi positif dijelaskan bahwa dalam keadaan sulit, manusia cenderung mencari sumber kekuatan yang lebih tinggi (seperti Tuhan) untuk mendapatkan ketenangan dan solusi. Hal ini sejalan dengan konsep doa dalam Islam, di mana doa menjadi sarana untuk mengatasi kecemasan dan menemukan makna dalam penderitaan.

Dari perspektif sosiologi, hadis ini menggambarkan bagaimana Islam memberikan perhatian khusus kepada kelompok-kelompok yang rentan atau berada dalam situasi sulit. Puasa adalah ibadah yang melibatkan seluruh umat Islam, sehingga hadis ini mengajarkan pentingnya solidaritas sosial. Saat berpuasa, seseorang diajarkan untuk merasakan penderitaan orang lain, terutama yang kelaparan atau kekurangan.

Musafir seringkali berada jauh dari keluarga dan komunitasnya, sehingga mereka membutuhkan dukungan sosial dan spiritual. Hadis ini mengajarkan umat Islam untuk peduli terhadap musafir dan memastikan mereka merasa aman dan nyaman.

Secara sosiologis, hadis ini juga mengajarkan umat Islam untuk membangun masyarakat yang peduli terhadap kelompok-kelompok rentan, seperti musafir dan orang yang teraniaya, serta menciptakan lingkungan yang mendukung ibadah seperti puasa. Hak ini menegaskan pentingnya keadilan sosial dalam Islam. Orang yang teraniaya seringkali tidak memiliki akses kepada kekuasaan atau sumber daya untuk membela diri. Doa mereka yang mustajab menjadi bentuk perlindungan dari Allah terhadap ketidakadilan.

Baca Juga  Doa Keluar Rumah dan Artinya

Yusuf Al-Qaradawi menekankan bahwa hadis ini mengajarkan umat Islam untuk selalu dekat dengan Allah dalam segala keadaan, terutama saat menghadapi kesulitan. Doa adalah senjata utama seorang Muslim, dan hadis ini mengingatkan kita bahwa Allah selalu mendengar doa hamba-Nya, terutama yang lemah dan membutuhkan.

Sementara itu, Quraish Shihab menjelaskan bahwa hadis ini mengajarkan pentingnya keikhlasan dan ketulusan dalam berdoa. Ketiga keadaan ini (puasa, musafir, dan teraniaya) adalah situasi di mana seseorang cenderung lebih tulus dan berserah diri kepada Allah. Karenanya jangan sampai kita suka meremehkan doa orang lain, terutama yang teraniaya. Sebagai umat Islam, kita harus berusaha menjadi penolong bagi mereka yang lemah dan tidak boleh menjadi penyebab penderitaan orang lain.

Hadis ini memiliki makna yang mendalam, baik secara spiritual, psikologis, maupun sosial. Dari sudut pandang tafsir, hadis ini menunjukkan keistimewaan doa dalam tiga keadaan tertentu. Secara psikologis, ketiga keadaan ini menciptakan kondisi emosional yang intens, yang membuat doa lebih tulus dan khusyuk. Dari perspektif sosiologi, hadis ini mengajarkan pentingnya solidaritas sosial dan keadilan. Pemikiran ulama kontemporer memperkuat relevansi hadis ini dalam konteks modern, dengan menekankan pentingnya keikhlasan, ketulusan, dan kepedulian terhadap sesama.

Secara holistik, kita dapat mengambil pelajaran untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, peduli terhadap sesama, dan tidak meremehkan kekuatan doa dalam menghadapi segala tantangan hidup.

Editor: Soleh

Avatar
27 posts

About author
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tulungagung, dan Wakil Dekan 1 Bidang Akademik dan Kelembagaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo
Articles
Related posts
Doa

Ini Doa Setelah Menunaikan Tarawih dan Witir

2 Mins read
Shalat Tarawih dan Witir merupakan ibadah malam yang menjadi bagian istimewa dari bulan Ramadan. Selain memperbanyak pahala, keduanya menjadi momen untuk menenangkan…
Doa

Baca Doa Ini Saat Iktikaf di Masjid

2 Mins read
Iktikaf merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan, khususnya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Ibadah ini dilakukan dengan menetap di masjid dan…
Doa

Doa yang Bisa Kamu Baca Ketika Malam Nuzulul Quran

2 Mins read
Nuzulul Quran merupakan momentum agung dalam sejarah Islam, di mana Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *