Akhlak

Jika Kita Toleran, Konflik Keagamaan Pasti Cepat Selesai

2 Mins read

Di era digital atau bahkan bisa disebut dengan era reformasi sekarang, mayoritas masyarakat Indonesia cenderung menjadi beban daripada modal bangsa. Hal ini dapat diketahui dari munculnya berbagai konflik yang memang sumbernya dari masyarakat yang heterogen, khususnya pada sisi spiritual-keagamaan.

Bahkan kita lihat terjadinya kenaikan angka kemiskinan di Negara kita. Hal ini bisa jadi karena kurangnya mengimplementasikan agama sebagai solusi dari berbagai konflik sosial. Maksudnya adalah, kurangnya pembahasan tentang tanggung jawab sosial terhadap umat beragama. Sehingga, terjadilah kemunduran atas rasa semangat kebersamaan yang sudah dibangun selama ini.

Maraknya Kasus Intoleransi

Fenomena intoleransi kini semakin melunjak yang ditandai dengan adanya peningkatan rasa benci dan saling curiga di antara sesama anak bangsa. Hegemoni mayoritas di atas minoritas semakin menebal yang menggantikan rasa kasih sayang, tenggang rasa, serta semangat dalam berbagi.

Pluralisme tidak berarti pernyataan bahwa semua agama sama, juga tidak berkaitan dengan pertanyaan mana yang benar dan mana yang baik. Akan tetapi, pluralisme adalah kesediaan menerima suatu kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, berbudaya, serta berkeyakinan agama yang berbeda.

Dalam menghadapi tantangan global, perlu adanya suatu kecakapan yang berkompetisi serta kerja keras yang dapat didukung oleh nilai-nilai keagamaan. Hal tersebut diharapkan mampu menumbuhkan semangat dan optimisme yang dapat meningkatkan kualitas hidup berbangsa secara menyeluruh.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa rasa kebersamaan semakin pudar dengan menguatnya ikatan primodial serta antitoleransi. Maka dari itu, sikap toleransi ini perlu dibina dan dikembangkan dalam kehidupan masyarakat yang plural atau majemuk.

Toleransi Keagamaan dalam Al-Qur’an

Mengenai pembahasan tentang bertoleransi, Al-Qur’an tidak menyebutkan secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan kajian-kajian mengenai penjelasan ayat-ayat tentang sikap toleransi yang mampu dijadikan sebagai pedoman dalam mewujudkan kerukunan hidup antar umat. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah pada (QS. Al-Kafirun: 6) yang berbunyi:

Baca Juga  Iman, Toleransi dan Kebangsaan: Belajar dari Kasman Singodimedjo

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”.

Kata ad-din di sini memiliki arti agama, atau balasan, atau kepatuhan. Sementara para ulama memahami kata tersebut dalam arti balasan, dengan alasan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak memiliki agama.

Mereka memahami ayat di atas dalam arti masing-masing kelompok akan menerima balasan yang sesuai. Bagi mereka, ada suatu balasan dan bagi Nabi juga demikian. Di dalam ayat tersebut terdapat kata lakum yang disebut pertama kali serta kata liya yang memang berfungsi untuk menggambarkan kekhususan. Maka dari itu, masing-masing agama biarlah berdiri sendiri dan tidak perlu dicampurbaurkan.

Ayat ini merupakan suatu pengakuan eksistensi secara timbal-balik antara pemeluk agama dan keyakinan. Sehingga, tercipta lah rasa saling memahami antar pemeluk ajaran keagamaan serta menjamin semua pihak meyakini apa yang memang dianggap benar dan baik tanpa harus ada suatu pemaksaan dari kehendak terhadap suatu ajaran agama.

Bebas Memilih Keyakinan Tanpa Paksaan

Ayat ini menjelaskan nilai-nilai toleransi antara ummat beragama di dunia. Artinya, semua kaum,baik dari kaum Muslim maupun dari kaum kafir, dijamin kebebasannya baik secara individu maupun kelompok untuk menjalankan praktik ritual ibadah masing-masing.

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa ad-din di sini bukan untuk dipaksakan. Akan tetapi hanya sebatas untuk disampaikan sebagai sebuah kebenaran yang harus diimani.

Jika hal ini diamalkan, maka akan terjaga suatu keseimbangan, keharmonisan, kerukunan, serta kedamaian antar umat beragama. Kekerasan atas nama Tuhan atau agama tidak akan terjadi.

Bangsa dan Negara ini perlu diselamatkan dengan kembali kepada nilai-nilai luhur yang pasti melekat pada sebagian besar orang. Permasalahannya tidak setiap orang atau kelompok mau mengakui pluralisme dan multikulturalisme.

Baca Juga  Empat Model Kekerasan Anak, Bagaimana Pandangan Islam?

Padahal, jika dengan saling mengenal, kelompok masyarakat yang plural dapat mengembangkan apresiasi, penghormatan, bahkan mampu kerjasama antara satu dengan yang lain.

Pluralisme sendiri tidak semata menunjuk pada suatu kenyataan tentang adanya kemajemukan. Akan tetapi yang dimaksud adalah keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut.

Pluralisme agama dan budaya dapat ditemukan di mana-mana yaitu di dalam masyarakat tertentu, di tempat bekerja, di tempat menempuh pendidikan, bahkan di tempat berbelanja.

Akan tetapi seseorang dapat dikatakan memiliki sifat tersebut jika ia mampu berinteraksi dengan positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan kata lain bahwa pluralisme agama merupakan tiap pemeluk agama yang dituntut untuk mengakui keberadaan dan persamaan dengan mewujudkan kerukunan dalam kebhinekaan.

Editor: Yahya FR

Avatar
5 posts

About author
Mahasiswa STIQSI
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds