Inspiring

K.R.H Hadjid: Peletak Kajian Tafsir Al-Qur’an Pertama di Muhammadiyah

3 Mins read

Lahir di Kauman pada tahun 1897 M dengan nama kecil R. Hadjid. Sejak kecil, Hadjid diarahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu yang tinggi. Gairah menuntut ilmu yang besar mengantarkan Hadjid sebagai seorang ulama yang disegani di Muhammadiyah. Beliau merupakan murid termuda K.H Ahmad Dahlan serta salah satu perintis Majelis Tarjih pertama dan sekaligus menjadi ketua pertamanya.

Lahirnya Kitab Tafsir Pertama Muhammadiyah

Muhammadiyah pernah menulis kitab tafsir pertama yang yang disusun oleh lajnah tafsir yang disusun oleh beberapa ulama Muhammadiyah, yaitu K.R.H Hadjid, K.H.M. Mansoer, K.H.A. Badawi, Ki Bagus Hadikusumo, Prof Farid Makruf, KH. Aslam Zainudin, dan para ulama lainnya. Tafsir ini bernama Tafsir Al-Qoer’an Djoez ke Satoe, merupakan tafsir yang disusun pertama kali secara kelembagaan/kolektif di nusantara. Pada saat itu K.R.H ditunjuk sebagai ketua penyusun dalam pembuatan kitab tafsir tersebut.

Akar sejarah pembuatan tafsir Al-Qur’an sudah lama dipikirkan oleh Muhammadiyah sejak tahun 1923. Melalui pertemuan-pertemuan penting yang membahas anjuran membuat buku tafsir. Desakan ini karena permintaan dari cabang-cabang Muhammadiyah ketika itu, terhadap perlunya kitab tafsir Al-Qur’an untuk memahami hakikat ayat Al-Qur’an dan tidak hanya sekedar menghafal ayatnya.

Dengan adanya kitab tafsir, Muhammadiyah berharap mampu membawa pembacanya untuk menerapkan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan.

Pentingnya Penafsiran Al-Qur’an Bagi Umat Islam

K.R.H Hadjid menjelaskan beberapa hal dalam muqaddimah Tafsir Al-Qur’an Djoez ke Satoe. Saat ini telah banyak lahir kitab-kitab tafsir Al-Qur’an dengan segala macamnya. Namun menurutnya,  beberapa tafsir ada yang dekat kepada maksud Al-Qur’an, namun beberapa lainnya terjadi penyimpangan pada tafsir Al-Qur’an. Hal itu karena ingin menafsirkan ayat Al-Qur’an hanya untuk menguatkan mazhabnya ataupun kepentingan kelompoknya sendiri.

Baca Juga  Syekh Kemas Ahmad, Ulama Besar dari Palembang

Sampai ada pula yang sangat terlalu mengherankan. Ada orang yang mengutip ayat-ayat Al-Qur’an, lalu dibelokkan untuk menarik-narik kaum muslimin supaya menjadi kaum Nashara. Pun adapula orang menafsirkan Al-Qur’an hanya memilih ayat-ayat yang dihendaki sendiri, kemudian bermaksud menimbulkan perdebatan dan pencelaan belaka.

Kegelisahan tersebut yang menggerakan K.R.H Hadjid mengumpulkan para ulama untuk membuat sebuah kitab tafsir. Karena menurut dia, apabila para ulama menjadi satu untuk membuat kitab tafsir Al-Qur’an, maka menjadi tuntunan umat Islam dan sanggup juga untuk menolak kepada segala fitnah yang hendak merusak Islam.

Sebagaimana kutipan dalam tulisannya:

“Saya yakin dan percaya (K.H Hadjid), manakala para ulama telah bersatu sehati setujuan, pastilah akan menimbulkan satu kemanfaatan dan buah yang amat sangat besarnya kepada alam Islam seluruhnya. Mereka bersatu dengan ikhlas karena Allah, mengikut perjalanan Rasulullah, mujahadah kepada tuhan Allah, ridha mengorbakan fikiran, tenaga , harta dan rohnya kepada jalan Allah.”

Pelajaran K.H.R Hadjid Tentang Setengah daripada Maksud Al-Qur’an

Ada 3 hal yang menurut K.H.R Hadjid perlu dipahami umat Islam tentang tujuan Al-Qur’an diuturunkan :

Pertama, percaya kepada Allah. Al-Qur’an diturunkan ke muka bumi sebagai penengah kepercayaan tuhan antara kaum Yahudi dan Nashara. Kaum Yahudi mempersamakan Allah dengan manusia dan sifat-sifatnya. Sedangkan kaum Nasara menyamakan tuhan dengan patung-patung berhala yang mereka sembah sebagai Tuhan.

Setelah Al-Qur’an diturunkan, Al-Qur’an segera menetapkan bahwa Allah itu pasti ada, yang hanya satu zatnya, satu sifat dan pekerjaannya, serta tidak ada satupun yang dapat menyamainya. Dan manusia sebagai ciptaannya wajib tunduk kepada Allah sendiri.

Kedua, percaya kepada hari kemudian. Ada golongan manusia yang memercayai hari akhir itu ada, dan adapula yang tidak. Sedangkan golongan Nashara, mengakui adanya hari akhir. Namun mereka percaya akan ada orang yang menolong untuk menebus semua dosa mereka. Sebab itu, pekerjaan kaum Nashara ini tidak ada bedanya dengan kaum yang tidak mempercayai hari akhir.

Baca Juga  Agama Cinta dan Toleransi Menurut Fethullah Gulen

Al-Qur’an diturunkan untuk memberi kepastian bahwasanya hari akhir itu ada. Bahwa sesudah manusia itu mati akan ada hari pembalasan. Segala pekerjaan apapun juga, sekalipun pekerjaan itu sekecil-kecilnya, tetaplah akan menerima pembalasannya sendiri-sendiri. Dan disitu tidak ada seseorang yang bisa memikul dosa orang lain.

Ketiga, Amal Shalih (melakukan kebajikan). Ada golongan yang memercayai bahwa amal shalih itu pekerjaan yang menyusahkan jasmani dan melalaikan pekerjaan keduniaan. Dan ada pula golongan yang beranggapan bahwa pelajaran agama (amal shalih) itu hanya tipuan orang terdahulu saja.

Amal shalih sebenarnya dijelaskan menurut ajaran Al-Qur’an adalah perbuatan yang mulia. Yaitu perbuatan dan pekerjaan yang adil antara jasmani dan rohani, yang berfaedah (bermanfaat) bagi diri sendiri dan orang lain, menjaga kemuliaan i’tikad (kepercayaan), dan menjaga kesucian budi pekerti, menjauhi perbuatan yang melarati orang lain, kecuali menolak kemadaratan yang lebih besar.

Jadi melihat hal yang demikian, Allah menurunkan Al-Qur’an untuk memperbaiki segala kerusakan-kerusakan yang merajaela yaitu ditentang i’tikad (kepercayaan kepada Allah dan kepercayaan hari kemudian) serta amal shalih.

Editor: Yahya FR
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds