Organisasi paramiliter Muhammadiyah, KOKAM yang merupakan singkatan dari Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah yang ada dan lahir di zaman peralihan dari orde lama ke orde baru, tepatnya pada 1 Oktober 1965. Setelah banyaknya penjelasan terkait pedoman, trilogi, dan lainnya, mungkin masih banyak yang bertanya untuk apa dan untungnya apa ketika menjadi seorang KOKAM. Pernah menjumpai ketika penulis melakukan rakor di akar rumput, terdapat pertanyaan yang keluar dari teman-teman ketika pada awal mengembalikan hadirnya KOKAM ditengah-tengah dakwah Muhammadiyah.
“Kalau saya ikut dan menjadi KOKAM, saya dapat apa? Seragam juga saya beli sendiri, semuanya saya mengeluarkan biaya sendiri. Lalu saya dapat apa?” Kurang lebih seperti itulah celetukan yang spontan keluar. Jika melihat tugas dan fungsinya seperti yang pernah diterbitkan oleh ibtimes.id juga, kurang lebih KOKAM adalah suatu gerakan dalam rangka menggembirakan dakwah, menjaga aset Muhammadiyah dan bangsa. Namun, ternyata ada sifat Altruitisme dalam diri KOKAM.
Faham Altruisme
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.
Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sebagai kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.
***
Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat dan etika, dan akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tetapi metode dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-perspektif berbeda terhadap altruisme. Berbagai penelitian terhadap altruisme tercetus terutama saat pembunuhan Kitty Genovese tahun 1964, (Vinciane Despret, Naissance d’une théorie éthologique – la danse du cratérope écaillé, Les Empêcheurs de penser en rond, 1996, p.38, Prancis) yang ditikam selama setengah jam, dengan beberapa saksi pasif yang menahan diri tidak menolongnya.
Istilah “altruisme” juga dapat merujuk pada suatu doktrin etis yang mengklaim bahwa individu-individu secara moral berkewajiban untuk dimanfaatkan bagi orang lain. Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam filosofis dan etika berpikir. Istilah ini awalnya diciptakan oleh pendiri sosiologi dan filsuf ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah menjadi topik utama bagi psikolog (terutama peneliti psikologi evolusioner), biologi evolusioner, dan etolog. Sementara ide-ide tentang altruisme dari satu bidang dapat memberikan dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus bidang-bidang ini menghasilkan perspektif yang berbeda pada altruisme. (Wikipedia)
KOKAM dan Sifat Altruisme
Dalam diri KOKAM terdapat sifat altruisme yaitu keinginan untuk mengabdikan dirinya pada hal yang luhur, terutama pada agama dan kemanusiaan. Adanya kerelaan (Ruhul Ikhlas) yang mendasari sifat tersebut, tanpa adanya keinginan mendapatkan finansial dari tugasnya. KOKAM mengorbankan banyak waktunya untuk hal yang lebih luhur. Jika melihat watak yang ada pada tubuhnya, KOKAM adalah gerakan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) sesuai dengan semboyan dan moto dari organisasi yang menaunginya, Pemuda Muhammadiyah.
Dalam Al Qur’an Allah berfirman,
ﻭَﻟِﻜُﻞٍّ ﻭِﺟْﻬَﺔٌ ﻫُﻮَ ﻣُﻮَﻟِّﻴﻬَﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﺒِﻘُﻮﺍْ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﺃَﻳْﻦَ ﻣَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍْ ﻳَﺄْﺕِ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺟَﻤِﻴﻌﺎً ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al- Baqarah : 148 )
Jika kita berbuat kebaikan, sudah pastilah yang menjadi dasar haruslah rasa ikhlas dengan tanpa mengharapkan imbalan kecuali ridha Allah SWT. Lawan dari altruisme adalah egoisme, keinginan untuk mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri dan tidak mempedulikan orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita.
Sifat Altruisme dalam Diri KOKAM
Adanya sifat altruisme dalam diri KOKAM adalah ajaran yang melekat di Muhammadiyah, yaitu Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah sifat orang Muhammadiyah yang sudah mendarah daging. Bagi Muhammadiyah sifat ini didasarkan pada Q.S Ali Imran Ayat 104 yang berbunyi,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Bagi KOKAM, dalam mengaplikasikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar mutlak dengan jalan organisasi, KOKAM adalah organisasi yang bertujuan untuk melaksanakan dakwah Islam. Kalimat Satu Komando bagi KOKAM berarti melaksanakan misi keislaman yang sesuai dengan jiwa Muhammadiyah. Satu Komando adalah perintah untuk mengadakan perbaikan dalam misi dakwah Islam, bukan perintah untuk melakukan kerusakan, walaupun dengan dalih mencegah kemunkaran.
Intinya, KOKAM mencegah kemungkaran dengan cara yang ma’ruf dengan tidak anarkis, sebagaimana ciri dari dakwah Muhammadiyah itu sendiri. Sebagaimana yang di contohkan oleh KH. Ahmad Dahlan, dalam mencegah perbuatan yang mungkar, haruslah dengan cara yang baik, dengan bukti dan kerja nyata. KH Ahmad Dahlan sendiri dalam mencegah kemungkaran dengan melakukan kerja-kerja kreatif dan inovatif sehingga kemungkaran dapat dibasmi dengan jalan yang sesuai dengan semangat Islam.
Adanya nilai perjuangan (Ruhul Jihad) dari KOKAM adalah kerja-kerja kreatif dan inovatif untuk kebaikan bersama. Dimana kesemuanya hanya berlandaskan pada keyakinan atau ketauhidan yang murni, demi untuk memberikan manfaat bagi umat dan bangsa Indonesia, serta menjaga aset Muhammadiyah pada khususnya. Semua itu tertuang dalam muqqodimah perjuangan KOKAM halaman 7 pada buku Peraturan dan Pedoman KOKAM 2020.
Gaji KOKAM
Mengingat celetukan teman yang spontan keluar pertanyaan yang pada intinya dapat apa ketika menjadi bagian dari KOKAM diatas, maka kita bisa kembali pada ciri perjuangan Muhammadiyah itu sendiri. Melihat sejarahnya, KH. Ahmad Dahlan pada waktu akan mendirikan Muhammadiyah juga ada seorang sahabat Kiai Dahlan yakni KH. Hisyam, beliau bertanya “Ketika kita menjadi pengurus Muhammadiyah, apakah kita mendapatkan upah Pak Kiai?”, kira-kira begitu ucapnya yang juga terdapat dialog tersebut pada film Sang Pencerah.
Di Muhammadiyah adalah dalam rangka bermanfaat dan memberi manfaat bagi umat dan juga masyarakat, hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah, kalimat itu yang hingga nanti akan menjadi pegangan warga persyarikatan tak terkecuali KOKAM. Bekerja dalam rangka melayani dan memberi manfaat bagi orang banyak adalah ciri khas Muhammadiyah, semua itu berdasar pada keyakinan dan pengamalan Al Qur’an.
Begitu pula KOKAM, akan memberi manfaat dan kebaikan pada semua. Adapun masalah gajinya, biar nanti Allah swt yang memberikan. Kebaikan yang kita tuai yang dilandasi dengan keikhlasan, pastinya akan mendapatkan balasan kelak di akhirat. Jadi kalau kita ikut KOKAM dengab niatan ikhlas, pasti dapat gaji, gaji atau upah KOKAM adalah pahala dari Allah swt.
Dalam Al Qur’an Allah berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Az Zalzalah: 7-8).
Dan ayat itulah yang menjadi dasar sifat altruisme pada diri KOKAM, karena itu KOKAM selalu mempunyai keinginan mengabdikan dirinya pada hal yang baik, terutama pada agama dan kemanusiaan dengan dasar ruhul ikhlas yang hanya mengharap ridha dari Allah semata, karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya.