IBTimes.ID – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua menyelenggarakan Pelatihan Baitul Arqam (BA) dan Pelatihan Instruktur (PI) pada 16‒21 Agustus 2023 di Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat Daya. Sebagai bentuk perhatian dan komitmen perkaderan di Indonesia Timur, kegiatan BA dan PI itu dikelola langsung oleh Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani Pimpinan Pusat Muhammadiyah antara lain; Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., M.P.A. (Ketua), Dr. Muthoharun Jinan, M.Ag. (Wakil Ketua), Moch Irfan Islami, M.M. (Wakil Ketua), Benni Setiawan, M.S.I. (Ketua Divisi), Dr. Islamiyatur Rohmah, S.Ag., M.S.I. (Ketua Divisi), dan Dr. Muhammad Ali, M.M. (Ketua Divisi).
BA dan PI digelar selama 6 hari di Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, Ketua Panitia Mukhlas Triyono (Wakil Rektor bagian Akademik) menyampaikan jumlah peserta bisa mencapai target 100 yang terdiri dari berbagai unsur baik dari unsur struktur Muhammadiyah dan Aisyiyah organisasi otonom Muhammadiyah (Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, IMM, IPM) dan dosen tenaga pendidik di Amal Usaha Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sorong Dr. Mu’awan menyerahkan peserta untuk dilatih pada Baitul Arqom dan Pelatihan Instruktur kepada Irfan Islami selaku MOT (Master of Training).
Bachtiar Dwi Kurniawan selaku ketua MPKSDI menyampaikan, bahwa bertauhid merujuk pada Alqur’an dan sunnah. Muhammadiyah hadir meneguhkan paham keislaman seperti yang Rasulullah ajarkan memurnikan ajaran, Muhammadiyah yang modern maju dengan sistem sosial baru, kemoderanan sholihun li kulli zaman wa makan (yakni memberikan solusi permasalahan pada zamannya), kompatibel dengan kemodernan. Menyikapi kehidupan muamalah duniawiyah dengan kreativitas inovasi dan lain sebagainya, namun secara aqidah dan ibadah tidak boleh asal kreatif, karena nanti akan menjadi bid’ah.
Muhammadiyah modern rasional objektif dan berwawasan. Hal ini yang membedakan dengan gerakan Islam yang lain. Teguh dan tegas, lurus dalam muamalah.
Muhammadiyah murni, modern dan moderat. Muhammadiyah tidak ekstrem kiri dan ekstrem kanan. Orang-orang Muhammadiyah moderat, tidak liberal dan radikal. Tidak ekstrem kanan dan extrem kiri. Muhammadiyah tegas tapi luas bergaul dengan siapapun.
Berislam menjadi lebih luas, Muhammadiyah di Sorong berkemajuan didorong dengan aktivis-aktivis Muhammadiyah yang handal, jika tidak maka tidak akan semaju sekarang.
Aktivis Muhammadiyah yang ada di Sorong bisa dikatakan minoritas, namun sangat berkontribusi untuk kemasyarakatan. Ideologi Muhammadiyah memberi rahmat bagi semuanya, tidak hanya rahmatan untuk Muhammadiyah saja namun Muhammadiyah untuk semua yakni tidak pandang bulu, tidak pandang latar belakang sosial agama semua dilayani oleh Muhammadiyah.
Tidak mungkin Muhammadiyah disini tidak akomodatif dengan orang yang punya latar belakang yang berbeda, dengan sentuhan kreatif maka penduduk Papua lebih maju.
Diaspora kader-kader Muhammadiyah kedepan harus mampu untuk meluaskan peran-peran profesionalnya di bidang pendidikan. Kader-kader Muhammadiyah sudah banyak dan banyak yang tinggal di persyarikatan. Di kehidupan politik ekonomi politik, ekonomi, sosial, budaya dan digital.
Aktivis aktor penggerak di berbagai lini kehidupan. MPKSDI mengkoordinasikan strategi diaspora di internal dan eksternal. Kader-kader Muhammadiyah harus ada yang menjadi ASN baik eselon 1, 2, atau 3, atase pendidikan, perdagangan, polisi, TNI, jaksa, hakim, dll. Mempersiapkan kader menjadi Akmil, Akpol disiapkan secara matang dilatih otak dan fisiknya.
Selanjutnya, internasionalisasi dengan program beasiswa pada mahasiswa asing, peran-peran Muhammadiyah, pintu masuknya dengan pendidikan dan sinergi menghebatkan Muhammadiyah di Timur.
(Islami/Azaki)