Al-Quran memiliki keunikan sebagai salah satu kitab yang memiliki keistimewaan I’jaz, yang melemahkan dan meyakinkan para penentangnya. Allah Swt menjadikan al-Qur’an sebagai satu-satunya tanda kebesaran yang bersifat menantang. Berbeda dengan tanda-tanda kejadian lain, yang Allah Swt anugerahkan dengan beragam dan banyaknya. Allah Swt tidak menantang orang-orang musyrik dengan tanda-tanda tersebut, kecuali al-Qur’an.
Para pakar al-Qur’an sepakat bahwa I’jaz al-Qur’an adalah sebuah ilmu yang membahas tentang keistimewaan al-Qur’an yang menjadikan manusia tidak dapat menandinginya. Salah satu dari aspek al-Qur’an yang menjadikannya tak tertandingi adalah aspek kebahasaannya.
Tingkat kebahasaan yang tinggi dalam al-Qur’an membuat salah satu golongan ulama berpendapat bahwa aspek kemukjizatan al-Qur’an terdapat pada balaghah. Dimana al-Qur’an menggunakan gaya bahasa Arab yang berbeda dengan bahasa Arab pada umumnya. Oleh karena itu, I’jaz (keistimewaan) al-Qur’an dapat disebut sebagai fenomena dalam al-Qur’an yang membuat manusia tidak mampu meniru al-Qur’an atau bagian-bagiannya, baik dari segi konten maupun bentuknya.
Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan menggunakan susunan bahasa yang sangat tinggi nilai kesusastraannya, sehingga tidak ada yang mampu menandingi kebahasaan yang digunakan dalam al-Qur’an. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Q.S. Yusuf [12]: 2 yang berbunyi:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya(Kitab Suci) berupa Al-Qur’an berbahasa Arab agar kamu mengerti”.
Dalam tafsir as-Sa’di karya Syekh Abdurrahman disebutkan, ayat ini menjelaskan bahwa Allah menurunkan al-Qur’an dengan berbahasa Arab karena merupakan bahasa yang paling fasih dan mulia. Al-Qur’an menerangkan segala hal yang dibutuhkan oleh manusia yang berupa fakta fakta yang bermanfaat. Seluruh segi kejelasannya bertujuan agar manusia memahaminya.
Pun dari sekian banyak penyair yang terkenal pada masanya, tidak ada dari mereka yang mampu menandingi nilai kesusastraan al-Qur’an. Mereka justru menuduh nabi dan tidak mau percaya kepada Allah Swt. Oleh karenanya, untuk mengembalikan tuduhan-tuduhan mereka tersebut, Nabi Muhammad Saw mengajukan tantangan kepada mereka untuk membuat sebuah karya sastra yang dapat menyamai al-Qur’an, sekalipun itu hanya surat pendek.
Contohnya, Musailamah al-Kadzab salah satu orang yang berusaha menantang dan menandingi al-Qur’an pada masanya, ia berusaha menyamai al-Qur’an dengan berbagai karyanya. Di antara karya Musailamah al-Kadzab ialah sebuah tulisan yang bentuknya menyamai surat al-Fiil.
الفِيلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلُ، الفِيلُ حَيَوَانٌ لَهُ ذَنْبٌ وَ ثِيْلٌ، وَحُرُطُوُمٌ طَوِيْلٌ، إِنَّ ذَالِكَ مِنْ خَلْقِ رَبِّنَا لَقَلِيْلٌ
Artinya: “Gajah, apakah gajah itu? Tahukah kamu apakah gajah itu? Gajah adalah binatang yang ekornya kopat-kapit dan belalainya panjang. Sesungguhnya yang demikian itu ciptaan Tuhan yang sedikit sekali”.
Begitulah bunyi dari karya seorang Musailamah al-Kadzab yang berupaya menyamai al-Qur’an dengan kesombongannya. Namun hasil karyanya tersebut banyak dicemooh oleh masyarakat pada masa itu, sebab susunan bahasanya dan isi kandungannya yang dangkal. Tentu sangat berbeda dengan al-Qur’an, yang mampu menarik simpati dari masyarakat banyak.
Surat al-Fiil menceritakan sebuah kisah yang sangat bersejarah dalam Islam, dimana pada masa itu terjadi peperangan yang dipimpin oleh raja Abrahah dengan tujuan untuk menghancurkan ka’bah, sehingga tidak cukup jika hanya dikisahkan dengan karya yang ditulis oleh Musailamah al-Kadzab tersebut.
Sebanyak apapun orang-orang yang ingin menandingi al-Qur’an sama saja mereka hanya akan menghadapi sebuah keniscayaan. Sebagaimana telah Allah tegaskan juga dalam firmannya Q.S. Al-Isra’ [17]: 88 sebagai berikut:
قُل لَّئِنِ ٱجْتَمَعَتِ ٱلْإِنسُ وَٱلْجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأْتُوا۟ بِمِثْلِ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِۦ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya: “Katakanlah, “Sungguh, jika manusia dan Jin berkumpul untuk mendatangkan Yang serupa dengan Al-Qur’an ini, Mereka tidak akan dapat mendatang-Kan yang serupa dengannya, sekalipun Mereka membantu satu sama lainnya”.
Gaya bahasa al-Qur’an memang berlainan dengan gaya bahasa yang digunakan dalam hadis atau susunan bahasa arab yang lain, membuat tidak seorangpun yang mampu menandinginya. Sebab Allah telah menjamin pemeliharaan al-Qur’an dari cacat cela dan dari tangan-tangan usil yang ingin mencoba menambah atau menguranginya.
Dengan memahami i’jaz al-Qur’an, maka akan diketahui bahwa al-Qur’an benar benar merupakan mukjizat terbesar yang dianugerahkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, bukan hasil rekayasa manusia. Jadi, tidak akan ada seorangpun yang dapat menyelewengkan apalagi menghapuskan al-Qur’an. Wallahu a’lam.
Editor: Soleh