Feature

Keistimewaan Muhammadiyah: Catatan Penting dari Buya Yunahar

2 Mins read

Oleh : Abu Bakar*

Sewaktu kuliah di Jogja, saya seringkali menyempatkan diri untuk hadir di kajian yang diisi oleh Buya Yunahar Ilyas. Ceramahnya datar tanpa ritme dan intonasi ala penceramah kenamaan yang ada di TV. Ceramahnya lebih sarat ilmu, saya terkadang sedih jika harus ketinggalan beberapa bagian dari yang disampaikannya.

Di antara beberapa kajiannya, yang cukup membuat saya tersentuh adalah ceramahnya saat Baitul Arqam Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Waktu itu saya diminta untuk menjadi salah satu fasilitator Baitul Arqam. Di antara beberapa pengisinya adalah buya Yunahar Ilyas selaku Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi tabligh, tarjih dan tajdid. Beliau menyampaikan tentang Khoshoishu Muhammadiyah atau dalam bahasa Indonesianya keistemewaan-keistimewaan Muhammadiyah.

Keistimewaan Muhammadiyah

Profesor Yunahar Ilyas atau yang kerap dipanggil Buya Yunahar di awal materi menyampaikan kepada para audiens: mengapa memilih Muhammadiyah? Mengapa bertahan di Muhammadiyah? Apa alasan anda menjadikan Muhammadiyah sebagai tempat untuk berdakwah? Apa keistemewaan Muhammadiyah? Apa yang membedakan Muhammadiyah dari organisasi atau gerakan Islam lainnya?

Lalu beliau menyampaikan lima keistemewaan Muhammadiyah. Menurut beliau kelima sandaran ini bisa dijadikan sandaran bagi kita mengapa kita memilih Muhammadiyah dan mengapa kita bertahan di Muhammadiyah.

Pertama, Muhammadiyah adalah gerakan Islam purifikasi atau gerakan pemurnian. Muhammadiyah di saat berdirinya membebaskan masyarakat dari takhayul, bid’ah, churofat (TBC) yang ada pada saat itu. KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah terinspirasi dengan ulama besar Ibnu Taimiyah. Kiai Dahlan banyak melakukan dakwah mengajak masyarakat untuk hijrah dari takhayul, bid’ah dan churofat. Takhayul dan churofat merupakan sumber dari masalah aqidah umat Islam sedangkan bid’ah merupakan sumber masalah ibadah umat Islam.

Kedua, Muhammadiyah tidak bermazhab tetapi tidak anti mazhab. Muhammadiyah tidak ingin terjebak dalam masalah taqlid buta terhadap ulama-ulama mazhab dan menjadikan pendapat-pendapat mereka sebagai sandaran dalam mengambil hukum. Muhammadiyah bermanhaj tarjih, artinya Muhammadiyah berijtihad dalam mencari dalil yang paling rojih dalam menentukan satu hukum permasalahan.

Baca Juga  Tuna Empati di Saat Pandemik

Bukanlah hal yang tabu di Muhammadiyah, ketika dalam satu masalah mengambil pendapat satu mazhab dan di masalah lain mengambil mazhab lainnya. Contohya dalam masalah qunut shubuh, Muhammadiyah mengambil pendapat mazhab Hanbali dan Maliki, tetapi dalam masalah duduk di takhiyat akhir pada sholat dua raka’at mengambil pendapat mazhab Syafi’i.

Moderasi, Tajdid, dan Amal Usaha

Ketiga, Muhammadiyah memiliki paham moderat (ummatan wasathan). Muhammadiyah tidak memihak pada kaum ibahiyah atau takfiriyah. Muhammadiyah tidak ibahiyah bermakna Muhammadiyah tidak mudah menghalalkan segala sesuatu. Contoh dalam masalah rokok Muhammadiyah mengambil beberapa dalil dalam Al-Quran maupun Assunnah serta meminta pandangan dari pakar kesehatan tentang bahaya rokok. Keputusan haram tentang masalah rokok tersebut membuktikan Muhammadiyah bukanlah tipe golongan ibahiyah.

Muhammadiyah juga tidak takfiriyah (mudah mengkafirkan) ataupun tabdi’iyah (mudah membid’ahkan). Dalam perkara seperti demokrasi, hukum Negara ataupun masalah lainnya Muhammadiyah berhati-hati dalam menentukan hukumnya.

Keempat, Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid atau pembaharuan. Muhammadiyah terinspirasi dengan ulama pembaharu seperti Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh Dan Rasyid Ridha. Kiai Dahlan merupakan pelopor dalam memperbaiki arah kiblat berdasarkan ilmu pengetahuan. Sikap pembaharuan Muhammadiyah masih kuat sampai sekarang seperti dalam masalah penentuan waktu sholat, awal Ramadhan dan awal Hari Raya.

Kelima, Muhammadiyah adalah gerakan amal usaha. Untuk keistimewaan yang kelima ini, Muhammadiyah telah membuktikan dirinya sebagai organisasi (Islam) terkaya di dunia. Dengan aset rumah sakit, sekolah, panti asuhan, hingga perguruan tinggi menjadi bukti bahwa gerakan Al-Ma’un ala Kiai Dahlan masih menjadi semangat anggota Muhammadiyah dalam mengembangkan amal usaha Muhammadiyah.

Selamat Jalan Buya Yunahar

Saya sangat terkesan dengan penyampaian Buya Yunahar Ilyas saat itu. Tentunya tulisan ini sangat jauh dengan apa yang disampaikan beliau. Ulasan tersebut pernah saya sampaikan di kajian perdana saya di Radio Surya Formosa PCIM Taiwan dan juga saat diminta ayah saya untuk berceramah di hadapan jamaah pengajiannya.

Baca Juga  Kelompok Khittah: Baju Gamis, Cingkrang dan Jidat Hitam

Selamat jalan Buya Yunahar. Selamat jalan ulama Besar Muhammadiyah. Semoga nasihat-nasihatmu kepada kami menjadi saksi bahwa Buya adalah pewaris para Nabi di hadapan penduduk akhirat.

*) Penulis merupakan Ketua Majelis Tabligh, Tarjih, Tajdid, dan Dakwah Khusus Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan. Alumnus Madrasah Muallimin Muhammadiyah yang saat ini sedang mengambil program doktoral di Dayeh University, Taiwan.

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Feature

Cerita Mudik Lebaran 2024 (3): Jalur Lintas Tengah Sumatera yang Tak Lagi Sepi

5 Mins read
Palembang, Ahad, 7 April 2024. Pukul 06.00 kami keluar dari Hotel Azza. Destinasi pertama adalah Jembatan Ampera. Malam sebelumnya kami kesini di…
Feature

Cerita Mudik Lebaran 2024 (2): Dahsyatnya Mudik Hari Raya Rute Jakarta-Palembang

5 Mins read
Tengah malam di Stasiun Pasar Senen Jakarta, Sabtu 06 April 2024. Tepat pukul 03.05 KA Jayakarta dari Jogja  dan dua penumpang Onti…
Feature

Cerita Mudik Lebaran 2024 (1): Kembali ke Titik Nadir

6 Mins read
Jogja, Rabu 03 April 2024. Pukul 14.00 sebuah mobil memulai perjalanan menuju tempat yang jauh, Kerinci-Sumatera. Sang sopir dilanda rindu kampung halaman. Meski…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *