Opini

Kekuatan Spiritual Wudhu: Tradisi, Tabarruk, dan Energi Batin Lelaki Muslim

4 Mins read

Dalam banyak tradisi keislaman, wudhu tidak berdiri sekadar sebagai syarat sah shalat, tetapi juga sebagai pintu masuk menuju keberkahan hidup. Para ulama menyebut wudhu sebagai nûr—cahaya yang menerangi jasad dan hati. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis sahih riwayat Muslim: “Umatku akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajah dan anggota tubuhnya karena bekas wudhu.” Hadis ini menunjukkan bahwa setiap tetesan air wudhu membawa makna spiritual yang dalam. Karena itulah muncul keyakinan di sebagian kalangan Muslim bahwa wudhu dapat menjadi obat jiwa, termasuk bagi pasangan yang mendambakan keturunan atau lelaki yang merasa lemah syahwat.

Sejumlah ulama tasawuf menjelaskan fungsi batin wudhu secara mendalam. Imam Al-Ghazali dalam Ihyā’ ‘Ulūm al-Dīn menulis bahwa wudhu menjadi sarana untuk “menghapus kekeruhan hati dan menenangkan gejolak jiwa.”

Sementara Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam Zād al-Ma‘ād menyebut wudhu sebagai riyādhah rūhiyyah yang membersihkan energi negatif seperti marah, stres, kecewa, dan perasaan rendah diri. Kondisi batin ini berpengaruh langsung terhadap kesehatan reproduksi dan vitalitas lelaki. Ketika wudhu mengembalikan ketenangan, seseorang menjadi lebih stabil, lebih yakin, dan lebih percaya diri.

Psikologi modern pun mengakui hal serupa: ritual spiritual yang dilakukan secara konsisten dapat mengurangi hormon stres, menyeimbangkan emosi, dan memperkuat kedekatan pasangan. Dalam konteks pasangan yang sulit memperoleh keturunan, banyak keluarga Muslim merasakan bahwa rutinitas ibadah, wudhu yang dijaga, serta ketenangan rumah tangga membuka jalan keberkahan yang selama ini tertutup.

Di pesantren dan kampung-kampung Muslim Nusantara, wudhu sering disebut the power lelaki saleh. Sebab lelaki yang hidupnya bersih, jiwanya tenang, dan hatinya dekat kepada Allah diyakini memiliki energi batin yang kuat. Dalam perspektif ulama Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari dalam Adab al-‘Ālim wa al-Muta‘allim, wudhu juga menjadi ḥirz (pelindung diri) dari kelemahan jiwa dan godaan syahwat yang tidak terarah. Dari sinilah lahir ungkapan bahwa wudhu dapat menjadi “penguat syahwat lemah” dalam makna spiritual. Bukan sekadar kekuatan fisik, tetapi kekuatan mental dan rasa percaya diri dalam membangun keharmonisan rumah tangga.

Baca Juga  Waspada dengan Jebakan Fake Review di Media Sosial

Bekasan Wudhu sebagai Tabarruk: Tradisi, Sugesti Spiritual, dan Kekuatan Lelaki

Dalam tradisi keagamaan masyarakat Muslim—terutama di Nusantara—dikenal kebiasaan tabarruk (mengharap berkah) melalui air bekas wudhu. Praktik ini bukan ibadah yang ditetapkan secara khusus dalam hadis, tetapi ia lahir sebagai budaya religius yang memaknai kesucian wudhu sebagai sumber ketenangan batin. Dasar umumnya merujuk pada hadis sahih dalam Shahih Bukhari, ketika para sahabat berebut sisa air wudhu Nabi SAW. Anas bin Malik berkata: “Para sahabat hampir saling berebut air bekas wudhu Rasulullah.”

Imam Ibn Hajar dalam Fath al-Bārī menjelaskan bahwa tabarruk diperbolehkan selama tidak diyakini sebagai ibadah baru, tetapi sebagai bentuk cinta kepada kesucian dan sebagai sarana doa. Inilah yang kemudian berkembang menjadi tradisi meminum atau mengusap bekas air wudhu seseorang yang dianggap saleh atau diri sendiri sebagai simbol permohonan keberkahan.

Dalam psikologi keagamaan, tindakan spiritual simbolik seperti ini disebut positive spiritual induction—yakni sugesti positif yang muncul dari keyakinan, ketulusan, dan doa. Para ulama seperti Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam Futūḥ al-Ghayb menjelaskan bahwa kekuatan spiritual lahir dari keyakinan dan ketenangan hati, bukan dari benda itu sendiri. Maka air wudhu tidak menjadi sumber kekuatan, tetapi menjadi medium doa yang memperkuat pengharapan kepada Allah.

Ketenangan batin terbukti meningkatkan keharmonisan suami-istri, memperbaiki hubungan emosional, serta mengurangi tekanan mental yang sering menjadi penghambat reproduksi. Pada sebagian masyarakat, meminum bekas air wudhu yang disertai shalawat dan bacaan surah Al-Kausar dijadikan simbol penyatuan doa untuk kekuatan lelaki dan permohonan keturunan. Dalam tafsir Taisīr al-Karīm karya Syaikh As-Sa‘di, surah Al-Kausar dijelaskan sebagai “simbol kelimpahan dan keturunan yang diberkahi Allah”.

Baca Juga  Manfaat Gerakan Shalat Perspektif Kesehatan

Tata Cara Tabarruk Umum: Dua Siku, Hidung, Shalawat, dan Surah Al-Kausar

Perlu dipahami bahwa tata cara berikut tidak berdasar pada hukum sunnah tertentu, tetapi bagian dari tradisi tabarruk yang dipandang sebagai adat baik (‘urf ṣāliḥ). Prosesnya dilakukan sebagai simbol permohonan keberkahan, bukan sebagai ibadah wajib.Caranya digambarkan sebagai berikut:

Seseorang menyempurnakan wudhunya dengan penuh ketenangan sebagaimana dianjurkan Nabi. Dalam Sunan Abu Dawud disebutkan: “Sempurnakanlah wudhu, karena ia bagian dari iman.”

Setelah selesai, ia menghadap kiblat, lalu mengangkat kedua tangan untuk berdoa. Tiga titik bekas wudhu menjadi perhatian: siku kanan, siku kiri, dan pangkal hidung. Dengan lembut, ia menampung sisa air dari bagian tersebut ke telapak tangan, lalu menggabungkannya sebagai simbol penyatuan kesucian lahir dan batin.

Setelah itu dibacakan shalawat Nabi—karena shalawat merupakan pembuka pintu rahmat. Imam Nawawi dalam Al-Adzkār menjelaskan bahwa shalawat adalah doa yang paling cepat dikabulkan. Setelah shalawat, dibacakan surah Al-Kausar, surah yang maknanya berkaitan dengan limpahan rezeki dan keturunan. Setelah selesai, air itu diminum sambil membaca doa yang paling sederhana:

“Yā Allah, anugerahkan kekuatan jasmani dan ruhani, dan limpahkan keturunan yang baik.”

Bagi lelaki yang merasa lemah syahwat, praktik ini biasanya menjadi penguat mental dan peneguhan jiwa. Rasulullah SAW sendiri menganjurkan ketenangan ketika mengalami kelemahan fisik. Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan: “Sesungguhnya ketenangan adalah keberkahan dari Allah.” Ketenangan itulah yang sering hilang pada lelaki yang mengalami kecemasan. Sementara bagi pasangan suami-istri yang sedang menantikan anak, amalan ini dipandang sebagai pendamping doa yang memperkuat ikhtiar.

Di sejumlah pesantren, ada pula keyakinan bahwa berkah wudhu dapat menjadi sarana meredakan gangguan seperti asma atau sesak napas. Keyakinan ini merujuk pada konsep syifā’ bi al-du‘ā’ (pengobatan dengan doa) sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibn al-Qayyim dalam Al-Tibb al-Nabawī. Menurut beliau, doa—termasuk yang dibacakan setelah wudhu—dapat menjadi penopang kekuatan fisik karena menenangkan sistem saraf.

Baca Juga  Spirit Jihad Pro-Ekologis Muhammadiyah

Ritual sederhana ini memberikan ruang bagi seseorang untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia, mengambil napas panjang. Lalu menyadari bahwa ada Zat Yang Maha Menguatkan dan Maha Mengaruniakan keturunan. Air wudhu menjadi jembatan antara tubuh dan jiwa. Antara harapan dan doa, dan antara usaha dan takdir yang Allah susun dengan penuh hikmah. Lantas sudahkan meneledani rasulullah SAW dengan wudhu yang sempurna dan berdoa?

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Editor: Najih

Helmi Abu Bakar El-Langkawi
6 posts

About author
Dosen UNISAI Samalanga, Alumni MUDI Mesjid Raya Samalanga, Pengurus PW Ansor Aceh dan Mantan Ketua PC Ansor Pidie Jaya
Articles
Related posts
Opini

Haul ke-16 Gus Dur: Jalan Sunyi "Muhammadiyah Cabang Tebuireng"

3 Mins read
Hiruk-pikuk peringatan Haul ke-16 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) secara seremonial telah usai. Tenda-tenda di Pesantren Tebuireng yang ramai pada pertengahan Desember…
Opini

Riset: Bukan Generasi Stoberi, Gen Z adalah Agen Perubahan

6 Mins read
Menjelang tahun 2026, IDN Research Institute mengeluarkan hasil penelitian bertajuk Indonesia Millenial and Gen Z Report 2026. Dalam laporan tersebut, generasi Milenial…
Opini

Merawat Warisan Cinta: Haul ke-21 Abah Guru Sekumpul dan Aktualisasi Keteladanan Waliyullah

5 Mins read
Setiap kali bulan Rajab tiba, arah rindu jutaan manusia seakan memiliki satu tujuan yang sama: Sekumpul, Martapura, Kalimantan Selatan. Pada puncak haul…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *