IBTimes.ID – Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjadi tuan rumah acara Grand Final Festival Film Pendek Moderasi Beragama 2023 dan Talk the Peace: Berbeda tapi Bersama berkolaborasi dengan Balai Litbang Kementerian Agama (Kemenag) dan Peace Generation Indonesia (PeaceGen), yang berlangsung pada Selasa, (24/10/12023) di Gedung Achmad Sanusi BPU, Bandung.
Acara ini dihadiri lebih dari 500 peserta yang terdiri dari 200 mahasiswa Kristen, 200 mahasiswa Muslim, anggota komunitas lintas agama dan penghayat kepercayaan, serta pemenang Lomba Festival Film Pendek Moderasi Beragama 2023 yang berasal dari kota dan kabupaten di Indonesia.
Kegiatan ini bertujuan memberikan kesadaran kepada peserta tentang pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan perguruan tinggi dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam era yang makin terbuka, kampus sebagai miniatur negara Indonesia yang heterogen memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi beragama dan perdamaian, sebagaimana yang disampaikan oleh Samidi, Kepala Balai Penelitian Litbang dan Pengembangan Agama Jakarta.
“Moderasi beragama ini merupakan arah kebijakan kita, itulah kenapa kami akan kerja sama dengan perguruan tinggi umum, salah satunya UPI. Mengingat Indonesia adalah negara yang kehidupan warga dan bangsanya tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai agama. Moderasi beragama sendiri adalah cara pikir dan sikap yang tidak berlebihan, artinya moderat. Ada 4 indikator moderasi beragama, di antaranya nilai-nilai kebangsaan, toleransi, kerukunan, dan adaptif terhadap budaya lokal”, ujar Samidi.
UPI menjadi tuan rumah acara ini berdasarkan sejumlah prestasi yang telah dicapai. Pertama, UPI berkolaborasi dengan PeaceGen melalui program Frosh, yaitu program yang membantu mahasiswa baru untuk belajar mengenai keterampilan sosio-emosional menggunakan media pembelajaran kreatif berbasis teknologi.
Melalui PeaceGen, sekitar 400 mahasiswa berhasil meningkatkan kemampuan abad 21 yang sangat krusial, yaitu berpikir kritis dan empati.
Kedua, UPI mendirikan Griya Moderasi Beragama dan Bela Negara, sebuah inisiatif yang secara khusus difokuskan pada penanaman nilai-nilai moderasi beragama di lingkungan kampus. Saat ini, UPI telah menerapkan kehidupan beragama yang moderat dengan menghadirkan dosen dari penghayat kepercayaan, Buddha, dan Hindu, seperti yang disampaikan Didi Sukyadi, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI dalam sambutannya.
“UPI sebagai salah satu perguruan tinggi umum yang terdiri dari 9 fakultas sudah menerapkan kehidupan beragama yang moderat. Salah satu cirinya ada mahasiswa penghayat kepercayaan, kita carikan dosennya. Kemudian mahasiswa beragama Buddha dan Hindu juga kita carikan dosennya”, jelas Didi Sukyadi.
Untuk pemenang Lomba Festival Film Pendek Moderasi Beragama 2023 ini terbagi menjadi 3 tingkat, yaitu mahasiswa, siswa, dan film favorit. Berikut adalah pemenangnya:
Tingkat Mahasiswa
- Juara 1 dengan judul film Weton dari Ma’had Aly Sunan Kalijogo Poncokusumo Malang, Jawa Timur.
- Juara 2 dengan judul film Tihu Iake dari Institut Agama Islam Negeri Ambon.
- Juara 3 dengan judul film Siem dari UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan, Jawa Tengah.
Tingkat Siswa
- Juara 1 dengan judul film Jakarta Charter dari SMA IT Plus Bazma Brilliant Dumai, Riau.
- Juara 2 dengan judul film Terka dari Pondok Pesantren Alquran dan Sains Nurani Bogor, Jawa Barat.
- Juara 3 dengan judul film Benang Merah Keluarga dari SMK Dr. Soetomo Cilacap, Jawa Tengah.
Film Favorit
- Favorit 1 dengan judul film Paradigma dari MAN 1 Lampung Utara.
- Favorit 2 dengan judul film Rukuh dari SMK Amal Bakti Lampung Selatan.
- Favorit 3 dengan judul film Shiloutte dari MAN 1 Palembang.
Pada kegiatan ini, Elisabeth Zebua, seorang peserta program pertukaran mahasiswa dari Universitas Negeri Medan ke UPI, menyatakan betapa krusialnya moderasi beragama dalam menjaga perdamaian, baik di Indonesia maupun di lingkungan kampus.
“Moderasi agama adalah jalan tengah atau bisa disimpulkan bahwa kita menghargai agama lain dengan seimbang dan tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain. Jadi, menurut aku moderasi agama ini sangat diperlukan, apalagi negara kita Indonesia yang sangat majemuk, ada agama Islam, Kristen, dan yang lainnya. Itu sangat harus dijunjung tinggi di tengah-tengah kehidupan kita, sebab tanpa adanya moderasi agama, mana mungkin kita dapat bersatu teguh. Jadi, kalau kita tidak menghargai satu agama dengan agama yang lain bagaimana kita akan rukun. Dalam agama saya, Kristen, juga diajarkan bahwa moderasi agama ini sangat perlu”, jelas Elisabeth Zebua.
(Yusuf)