Perang Badar – Umat Islam memiliki sejarah panjang dari segi perkembangannya. Dahulu, agama ini hanya tersebar sebatas pada kota Mekah. Pada awalnya bahkan hanya memiliki pengikut yang bisa dihitung jari, berdakwah secara sembunyi-sembunyi karena ditakutkan akan mendapat penolakan dari kalangan Arab Quraisy saat itu.
Islam berkembang di tengah dua imperium besar yang saat itu sangat menghegemoni dunia. Romawi dan Persia adalah dua kerajaan besar yang kala itu menjadi adidaya layaknya Amerika dan China saat ini.
Namun, di tengah himpitan dua kerajaan besar ini, Islam mampu mempertahankan bahkan memperluas pengaruhnya hingga pada puncaknya pernah menguasai sepertiga dari daratan di bumi. Tentu hal ini tak lepas dari usaha-usaha kaum muslimin terdahulu yang sangat giat dan bersungguh-sungguh menegakkan agama Allah.
Perang besar yang pertama kali dilakukan kaum muslimin sesuai sejarah yang kita pelajari adalah perang Badar. Nama Badar ini disematkan karena saat itu lokasi perang ada di dekat sumur Badar. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah beberapa kali menyebutkan masalah perang Badar.
Dalam QA. Ali Imran ayat 123-124, Allah menceritakan adanya campur tangan Allah di dalammnya. Yang dalam hal ini berupa diutusnya ratusan malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam peperangan.
Perang Badar dan Upaya Meraih Kemenangan
Namun mirisnya, ada malpersepsi di kalangan kaum muslimin saat ini ketika dihadapkan dengan ayat tersebut. Yang pertama adalah golongan Jabariyah yang dalam hal ini bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan keilmuan di dunia. Berangkat dari ayat itu, ia berpikiran jika telah melaksanakan syariat sebagaimana mestinya, sudah pasti Allah akan membantunya dalam hal apapun.
Seringkali pembawaan ceramah yang dilakukan para dai ataupun mubalig seakan-akan memerintahkan umat hanya melaksanakan syariat Islam tanpa membaca realitas zaman serta perkembangannya. Hasilnya, sudah dipastikan tertutupnya pintu ijtihad dan kemandekan umat.
Padahal, dalam kisah perang Badar, banyak sekali usaha yang telah dilakukan kaum muslimin demi menyiasati kemenangan pada perang tersebut.
Siasat Kaum Muslimin
Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah bahwa Rasulullah beserta pasukannya yang berjumlah kurang lebih 300, orang melakukan berbagai strategi perang. Mulai dari spionase yang dilakukan oleh Abu Bakar dan juga Rasulullah sendiri terhadap pasukan Mekah, kemudian penghitungan pasukan musuh secara akurat yang banyak membantu dalam pengkonsepan taktik perang.
Sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil spionase, diketahuilah posisi pasukan Mekah yang pada akhirnya banyak membantu kaum muslim untuk menentukan tindakan. Sesuai dengan perintah Rasulullah, pada malam harinya, pasukan muslim dipaksa untuk tetap berjalan walaupun dalam kondisi hujan lebat. Nyatanya, hal ini justru menguntungkan kaum muslimin.
Kecerdasan nabi dalam menganalisa kondisi sangatlah luar biasa. Karena ketika hujan, pasir malah menjadi kempal sehingga lebih mudah diinjak dan dilalui. Sedangkan kaum musyrik yang tidak memiliki pengetahuan atas itu,lebih memilih berdiam hingga hujan selesai. Baju besi yang mereka gunakan rupanya turut menjadi penghalang perjalanan mereka di padang pasir.
Setelah sampai di dekat sumur Badar, salah seorang kaum muslimin yaitu al-Hubab bin al-Mundzir mengatakan bahwa tempat pemberhentian yang disarankan Rasulullah dirasa kurang tepat. Untuk itu, ia bertanya pada Rasul apakah perintah berhenti itu datang dari Allah atau menurut siasat Rasulullah sendiri.
Rasul pun menjawab bahwa itu adalah sarannya sendiri. Setelah itu, Hubab menyampaikan pendapatnya terkait tempat pemberhentian yang dirasa lebih efesien. Ia menyarankan untuk maju lebih dekat ke arah sumur serta menimbun sumur-sumur lain dan membuat satu kolam yang sudah didisi air didekat barisan kaum muslimin. Sehingga, kaum muslimin bisa minum dan mereka tidak bisa minum.
***
Di sinilah terlihat ketidakegoisan dalam diri Rasulullah, Rasul menjawab bahwa pendapat yang disampaikan Hubab adalah pendapat yang brilian sehingga rasul memerintahkan pasukan sebagaimana rencana Hubab tadi.
Selain itu, Utbah yang merupakan mata-mata yang ditugasi oleh kaum Quraisy, memaparkan bahwa kaum muslimin melaksanakan perang dengan alat seadanya yang dalam hal ini justru membuat pasukan Mekah takut.
Nyata sekali bahwa kaum muslimin memang sudah benar-benar siap untuk mati dan membela agama Allah. Di tengah hiruk pikuk ini, Utbah memilih untuk mundur dan banyak mempengaruhi mental pasukan Quraisy. Terjadilah perpecahan dalam internal kaum Quraisy yang mana hal itu justru menguntungkan kaum muslimin.
Sebelum perang kolosal pecah, kaum muslimin terlebih dahulu melakukan tanding satu lawan satu.Di pihak kaum muslimin, diwakili 3 orang yaitu Ubaidah, Ali, dan Hamzah. Ketiganya mampu menumbangkan masing-masing musuh mereka.
Bertambahlah kegeraman kaum Quraisy yang dalam hal ini mereka menyerang langsung secara membabi buta. Hal ini pun dimanfaatkan kaum muslim dengan taktik defensif. Di kala kaum Quraisy maju, kaum muslim mengeluarkan panahnya tanpa bergerak sedikitpun dan hasilnya justru banyak kaum kafir yang tumbang.
Di balik Kemenangan Ada Usaha Keras
Kenapa saya membatasi cerita sebelum kedatangan malaikat yang dikirimkan Allah terhadap umat Islam? Alasannya sederhana, agar pembaca sekalian mengetahui begitu besar usaha dan pengorbanan yang dilakukan umat Islam kala itu.
Memang tidak dapat dimungkiri bahwa umat Islam tidak akan berdaya melawan kaum kafir tanpa bantuan Allah. Namun di balik itu, umat Islam masih melakukan usaha-usaha yang bisa mereka lakukan dan tidak pasrah dengan hanya berdoa dengan harap dapat dipenuhi oleh Allah Swt.
Padahal, di antara kaum muslim, ada Rasululllah yang doanya sudah pasti mustajab. Namun Rasullullah tidak berpangku tangan terhadap kehendak Allah. Beliau masih melakukan usaha-usaha demi kemenangan Islam tanpa lupa untuk berdoa kepada Allah.
Poin penting yang harus kita garis bawahi adalah pertolongan Allah tidak akan datang dengan durasi doa kita yang berjam-jam pada sepertiga malam, melainkan doa itu diimbangi dengan usaha-usaha dalam rangka mewujudkan doa tersebut. Perang Uhud menjadi saksi bahwa keteledoran kaum muslim menjadi sumber kekalahan, nyatalah bahwa Al-Qur’an surat Ar-Rad ayat 11 benar bahwa apa yang Allah berikan sesuai dengan upaya yang dilakukan hambanya.
Editor: Yahya FR