Tarikh

Kisah Dua Remaja Muslim Melawan Abu Jahal

3 Mins read

Abu Jahal adalah musuh besar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, hidupnya hanya ingin memerangi nabi, targetnya membunuh nabi, dan hanya ingin memusuhi nabi. Dia adalah salah satu pemimpin besar di kota Mekkah, dia juga sangat membenci ajaran-ajaran yang di sampaikan nabi, sehingga apapun yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia berusaha untuk menggagalkannya.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari hadits shahih-nya, dari Abdurrahman bin ‘Auf, beliau berkisah tentang keberadaannya di Perang Badar. Beliau menceritakan ketika ia berada di Perang Badar harapannya di sebelah kiri dan kanannya ada orang-orang yang bertubuh kekar, kuat, gagah, dan perkasa. Karena yang beliau lawan ketika perang yakni orang-orang besar, hebat, dan kuat. Akan tetapi, Abdurrahman bin Auf didampingi oleh dua orang remaja kakak beradik, mereka bernama Mu’adz bin Afra berusia 16 tahun, dan ‘Auf bin Afra berusia 15 tahun.

Pada saat itu Mu’adz memegang tangan Abdurrahman dan berkata, “Wahai paman, di mana Abu Jahal?”, lalu Abdurrahman menjawab, “Kenapa kamu bertanya soal Abu Jahal?”. Mu’adz menjawab, “Saya pernah mendengar bahwasannya dia adalah orang yang pernah mencaci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku berjanji akan membunuhnya, apakah benar?”. Kemudian, belum sempat Abdurrahman menjawab, tiba-tiba ‘Auf bin Afra juga bertanya kepada Abudurrahman soal Abu Jahal, yang ditanyakan sama seperti pertanyaan Mu’adz.

Kemudian ‘Auf berkata lagi, “Aku tidak rela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dicaci, maka aku berjanji setelah aku keluar dari rumah, aku akan membunuhnya”. Akhirnya Abdurrahman bin ‘Auf membenarkan perkataan mereka, dan akan menunjukan jika beliau menemukan Abu Jahal.

Proses Penebasan Kepala Abu Jahal

Suara gemuruh perang terus berkecamuk, tiba-tiba Abdurrahman melihat Abu Jahal dari kejauhan. Abu jahal memakai pakaian perang yang lengkap. Dari atas kepala sampai ujung kakinya tertutup dengan baju besi yang terlihat hanya matanya saja. Adapun dengan kuda Abu Jahal, semua tertutup dan terlindungi dengan besi yang kuat. Pada saat itu, Abu Jahal duduk di atas kuda dan di kelilingi oleh 10 baris pasukan. Kata Abdurrahman, “Waktu saya melihatnya, saya mengakatakan itu Abu Jahal” dan pada saat itu Abdurrahman juga berkata “Demi Allah, Mu’adz bin Afra dan ‘Auf bin Afra seperti dua anak panah yang melesat lepas dari busurnya”.

Mu’adz dan ‘Auf pun langsung mengejar Abu Jahal, mereka melewati banyak pasukan yang melindungi Abu Jahal. Dengan keberanian yang mereka miliki dan juga demi membela Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka pun berhasil menembus pasukan dari Abu Jahal dan akhirnya keduanya menebas pedangnya kepada Abu Jahal. Sehingga Abu Jahal terluka dan jatuh dari kudanya. Kemudian Auf bin Afra dikeroyoki oleh pasukan Abu Jahal sehingga beliau mati syahid. Mu’adz bin Afra pun tidak tinggal diam, beliau melawan pasukan dari Abu Jahal dengan keahliannya dalam berperang. Mu’adz juga dikeroyoki sehingga tangan beliau mengenai tebasan pedang dari pasukan Abu Jahal, tangan Mu’adz pun sobek dan hampir putus.

Baca Juga  Meluruskan Makna Jihad

Kemudian Mu’adz yang berusia 16 tahun ini terluka dan sempat keluar dari medan perang, beliau membuka imamah­-nya untuk mengikat pada tangannya yang terluka. Mu’adz pun masuk lagi ke medan perang dan melanjutkan peperangan yang begitu sengit. Akhirnya Mu’adz pun merasa tidak nyaman dengan rasa sakit yang ada pada tangannya. Sehingga Mu’adz menginjak tangannya yang terluka tadi hingga putus, agar beliau bisa leluasa saat melawan musuh. Dengan semangat jihad yang beliau miliki, jiwa muda yang cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Mu’adz berperang dengan satu tangan saja.

Kematian Abu Jahal

Akhirnya di tengah peperangan Mu’adz bin Afra pun mati syahid. Sejatinya, tujuan awal kaum muslimin untuk berperang hanya ada dua, yakni antara menang dalam peperangan dan mati syahid. Para ulama bersepakat, bahawasannya kekalahan kaum musyrikin salah satunya peran dari dua remaja kakak beradik ini, yakni Mu’adz bin Afra dan ‘Auf bin Afra.

Setelah Abu Jahal terkena tebasan pedang oleh dua orang remaja kakak beradik tadi, Abu Jahal pun tergeletak di tanah dan merasa kesakitan. Tidak ada satu orang pun dari pasukan Abu Jahal yang bisa menyembuhkan lukanya. Pasukan dari Abu Jahal pun kelabakan dan pasrah, karena pimpinannya sudah terluka. Akhirnya Abu Jahal ditinggal sendirian tergeletak di tanah. Pada saat di waktu yang bersamaan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh pasukan kaum muslimin untuk mencari Abu Jahal, sehingga kaum muslimin pun bertebaran untuk mencari Abu Jahal.

Kemudian salah seorang sahabat menemukan keberadaan Abu Jahal, yakni Abdullah bin Mas’ud. Pada saat Abdullah bin Mas’ud masih tinggal di kota Mekkah, beliau bekerja menyewakan jasa nya untuk menjual bintang ternak. Salah satunya yang dimiliki oleh Abu Jahal. Kemudian  Abdullah bin Mas’ud  dimerdekakan, akhirnya beliau masuk Islam dan hijrah ke kota Madinah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

***

Dengan riwayat sejarah yang dimiliki Abdullah bin Mas’ud bersama Abu Jahal,  Abdullah pun mengenali bahwasannya yang tergeletak di tanah itu adalah Abu Jahal. Kemudian Abdullah pun datang mengahampiri dan berdiri di atas tubuh Abu Jahal. Pada saat itu Abu Jahal dengan keadaan yang kritis masih bisa mengeluarkan sifat sombongnya. Abu Jahal berkata, “Bukankah kamu yang pernah mengembalakan kambing-kambing kami? Sungguh kamu sedang berada di atas gunung yang kekar wahai Pengembala Kambing”. Menurut para ulama makna perkataan dari Abu Jahal tersebut adalah suatu bentuk kesombongan.

Baca Juga  Dinamisme Makna Jihad: Antara Makna Kombatif dan Non-Kombatif

Mendengar perkataan dari Abu Jahal tadi, Abdullah bin Mas’ud pun langsung memenggal kepala Abu Jahal. Setelah itu ia langsung membawanya ke hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa kepala Abu Jahal. Tibalah Abdullah di hadapan Rasulullah Saw, dan beliau sempat bertanya-tanya kepala siapa yang dibawa oleh Abdullah bin Mas’ud. Abdullah pun mengatakan bahwasannya itu adalah Abu Jahal. Kemudian Rasulullah Saw pun langsung bersujud dan setelah bangun dari sujudnya beliau bersabda, “Sungguh orang ini (Abu Jahal) adalah fir’aun nya umat ini”.

Editor: RF Wuland

Irvan Chaniago
1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Ahamd Dahlan yang menaruh minat pada Sejarah Keislaman
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *