Tarikh

Jejak-jejak Khulafaurrasyidin (2): Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq

4 Mins read

Nabi Muhammad SAW wafat meninggalkan pengikut-pengikut setia yang banyak jumlahnya. Mereka adalah umat Islam generasi pertama yang mendapat pembinaan langsung dari sang nabi akhir zaman. Meskipun para sahabat berjumlah sangat banyak, tetapi dalam konteks kehidupan umat Islam di Madinah pasca wafat Nabi Muhammad SAW terdapat empat figur yang menonjol. Keempat sahabat tersebut telah dipercaya oleh para sahabat yang lain untuk menjalankan roda kepemimpinan umat Islam di Madinah. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.  

Abu Bakar menjalankan roda pemerintahan sejak tahun 632-634 M. Amir al-Mu’minin ini hanya memerintah kurang lebih dua tahun, tetapi kontribusinya cukup besar dalam kepemimpinan Khulafaurrasyidin.

Riwayat Hidup Singkat

Abu Bakar adalah putra Abu Quhafa—nama aslinya Usman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Sirah Ibnu Ishaq: 169-170). Namanya sendiri adalah panggilan (kunyah) yang berarti “Bapak si Upik.” Nama aslinya adalah Abdullah bin Usman yang lahir pada tahun 573 M (Sou’yb: 128). Dia mendapat julukan ash-shiddiq ketika Nabi Muhammad SAW mengkhabarkan peristiwa Isra dan Mi’raj kepada kaum Quraisy. Ketika semua tokoh Quraisy membantah kebenaran peristiwa tersebut, Abu Bakar langsung membenarkannya dengan yakni dan pasti. Sejak peristiwa itu, Abu Bakar mendapat julukan ash-shiddiq dari Nabi SAW.

Sebelum masuk Islam, Abu Bakar adalah seorang terpandang di kalangan suku Quraisy. Dalam lingkungan anggota Dar an-Nadwah—semacam lembaga permusyawaratan suku Quraisy—Abu Bakar menjabat sebagai al-Isynaq. Tugas al-Isynaq adalah mengadili dan memutuskan setiap perselisihan di antara orang-orang Quraisy serta menetapkan hukuman denda. Dengan demikian, jabatan Abu Bakar adalah sebagai hakim di kalangan suku Quraisy.

Baca Juga  Kisah Banjir di Masa Rasulullah SAW

Sebelum mengenal Islam, Abu Bakar telah menikah dengan Qatilah binti Sa’ad dan dikaruniai dua anak: Abdullah dan Asma. Abdullah bin Abi Bakar memeluk Islam dan hidup hingga masa kepemimpinan ayahnya. Asma binti Abi Bakar menikah dengan Zubair bin Awwam dan dikaruniai banyak anak. Salah seorang putra Asma binti Abi Bakar adalah Abdullah bin Zubair.

Khalifah kedua Khulafaurrasyidin ini menikah lagi dengan Ummu Ruman setelah istri pertama wafat. Dari pernikahan ini Abu Bakar dikaruniai dua anak: Abdurrahman dan Aisyah. Abdurrahman bin Abi Bakar hidup hingga masa kepemimpinan Khulafaurrasyidin. Aisyah binti Abi Bakar menikah dengan Nabi Muhammad SAW.

Setelah istri kedua wafat, Abu Bakar menikah lagi dengan janda Ja’far bin Abi Thalib yang bernama Asma binti ‘Amis. Dari perkawinan ini, ia dikaruniai seorang anak bernama Muhammad. Nama Muhammad bin Abi Bakar tercatat dalam peristiwa kudeta pada masa kepemimpinan Usman bin Affan. Selain menikah dengan Qatilah binti Sa’ad, Ummu Ruman, dan Asma binti ‘Amis, Abu Bakar juga tercatat pernah menikah dengan Habibah binti Zaid dari suku Khazraj. Dari perkawinan ini lahirlah seorang putri bernama Ummu Kaltsum.

Abu Bakar wafat pada 23  bulan Jumadil Akhir tahun 13 H (Agustus 634 M) dalam usia 63 tahun. Dia wafat bertepatan dengan menjelang pecah perang Yarmuk antara kaum Muslimin dan pasukan Bizantium.

Kepemimpinan

Pasca wafat Nabi Muhammad SAW, persoalan yang dihadapi umat Islam di Madinah semakin berat. Umat Islam yang tadinya terhimpun solid justru kembali menampakan sinyal-sinyal perpecahan. Umat Islam di Madinah mulai berselisih seputar kepemimpinan pasca Nabi SAW. Sebab, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah meninggalkan wasiat atau menunjuk siapa yang bakal memimpin umat Islam setelahnya (M. Abdul Karim, 2012: 79). Umat Islam yang mayoritas dari kaum Muhajir (Makkah) dan Anshar (Madinah) saling berebut hak atas kepemimpinan pasca Nabi saw. Kelompok yang disebutkan terakhir inilah yang pertama kali meminta hak atas kepemimpinan umat Islam.

Baca Juga  Sosok Pemimpin Teladan itu Bernama Abu Bakar

Kaum Muhajir sebagai warga pendatang dari Makkah pun menuntut hal serupa. Mereka berdalih bahwa hak kepemimpinan umat Islam berada di tangan mereka. Asumsi yang mendukung atas tuntutan Mereka lebih disebabkan karena Muhammad SAW secara pribadi berasal dari Makkah. Tetapi perdebatan panjang yang hampir saja memecah persatuan umat segera diatasi oleh beberapa tokoh dari dua kubu yang berseteru itu melalui proses pemilihan yang berjalan secara demokratis. Dalam perundingan yang sangat rawan dengan perpecahan itu, umat Islam dari dua pihak (Muhajirin dan Anshar) berhasil mengambil kata sepakat untuk figur pemimpin pengganti Rasulullah saw. Walaupun berjalan sangat alot, namun Abu Bakar secara aklamasi terpilih sebagai Amir al-Mu’minin.

Tidak mudah bagi Abu Bakar menjalankan kepemimpinan dalam kondisi umat Islam di ambang perpecahan. Dia memang berhasil menyakinkan para sahabat supaya tidak memisahkan diri dari Madinah, tetapi di beberapa daerah muncul gerakan-gerakan pembangkangan. Beberapa gerakan yang berusaha melepaskan diri dari otoritas Madinah seperti yang dilakukan oleh orang-orang di Bahrain, Oman, Mahra, Hadramaut, dan Yaman. Munculnya gerakan nabi palsu yang dipimpin Aswad al-Insa, Musailamah, dan Thulhah juga menjadi tantangan tersendiri dalam era kepemimpinan Abu Bakar. Walaupun kepemimpinannya lebih pada upaya penyatuan dan pembenahan internal umat Islam, tetapi pasukan umat Islam berhasil melakukan ekspansi militer menaklukkan kawasan-kawasan yang dikuasai imperium Persia dan Bizantium.    

Dalam masa pemerintahan yang hanya berjalan selama kurang lebih dua tahun, Abu Bakar telah berhasil menata persatuan umat Islam di Madinah pasca Rasulullah SAW. Kepemimpinan Abu Bakar juga menjadi model bagi kepemimpinan berikutnya dalam estafet Khulafaurrasyidin.   

Capaian

Sekalipun kepemimpinan Abu Bakar relatif singkat, tetapi pemikiran dan kepemimpinannya mampu menyatukan kembali umat Islam di Madinah yang hampir pecah. Gerakan riddat yang menolak membayar zakat berhasil dipadamkan. Gerakan Aswad al-Insa dan Musailamah juga berhasil diredam. Di antara buah pemikirannya yang sangat berpengaruh dalam sejarah umat Islam adalah: pertama, memulihkan kesatuan umat Islam di Madinah yang hampir terpecah. Dengan teknik diplomasi dan mengutamakan penyelesaian masalah dengan musyawarah, Abu Bakar mampu meyakinkan para sahabat yang tadinya bermaksud memisahkan diri dari Madinah.

Baca Juga  Ada Orang Komunis di Kepanitiaan Kongres Muhammadiyah 1924

Kedua, sambil mengatasi gejolak umat Islam di Madinah, Abu Bakar juga sempat mengirim pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid melakukan ekspansi menaklukkan Jerusalem dan kawasan-kawasan di bawah kekuasaan Bizantium (pada masa kekuasaan Kaisar Heraklius). Ketiga, upaya menumpas gerakan pembangkangan (riddat) yang dilakukan oleh orang-orang di Bahrain, Oman, Mahra, Hadramaut, dan Yaman adalah buah pemikiran Abu Bakar yang hendak menegakkan kekuasaan Islam. Keempat, gerakan nabi palsu yang dipimpin Aswad al-Insa, Musailamah, dan Thulhah menunjukkan ketegasan sikap Abu Bakar bahwa kenabian sudah berakhir pasca wafat Nabi saw. Tidak ada nabi setelah Nabi SAW. Kelima, upaya menaklukkan imperium Persia dan Romawi merupakan catatan prestasi besar ketika pasukan umat Islam di bawah kepemimpinan Usamah bin Zaid berhasil memenangkan pertempuran.

Editor: Yahya FR

Avatar
157 posts

About author
Pengkaji sejarah Muhammadiyah-Aisyiyah, Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *