Tarikh

Pemilihan Khalifah Abu Bakar Sebagai Khalifah itu Objektif!

4 Mins read

Abu Bakar – Menyorot era Khulafaur Rasyidin sepeninggal Muhammad SAW, menjadi menarik untuk ditinjau ulang. Pentingnya menyorot hal tersebut bukan hanya berkaitan dengan kehormatan Individu melainkan juga kehormatan nasab ataupun Kabilah.

Serta, pilihan sahabat pada saat itu ialah yang tebaik. Pemilihan tersebut tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi umat Islam ke depan. Akan tetapi, juga menimbulkan dampak negatif yang menyebabkan perpecahan di sektor internal umat Islam.

Islam di Yastrib

Salah satu kota yang subur di antara banyak kota yang berada di jazirah Arab ialah Madinah. Kota Madinah menjadi salah satu tujuan hijrahnya Rasul pada tahun 622 M. Peristiwa hijrah ini pula yang menandai awal dari lahirnya tahun Islam. Madinah dulu dikenal dengan nama Yastrib menjadi tempat peletakan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat.

Jika di Mekkah umat Islam lebih defensif dan tertindas, di Madinah umat Islam mempunyai kedudukan yang baik dan lebih mandiri dari berbagai sudut pandang. Boleh dikatakan bahwa, Madinah merupakan langkah awal yang baik untuk kemudian Islam meyebar keseluruh penjuru bumi yakni ke berbagai benua di dunia.

Silang Pendapat Terkait Syarat dan Ketentuan Calon Pengganti Rasul SAW

Perbedaan pendapat telah terjadi sebelum Rasul wafat. Melihat kondisi Rasul yang semakin memburuk, para sahabat pun semakin bingung untuk menentukan siapa pengganti Rasul setelah beliau dikebumikan. Terdapat silang pendapat mengenai syarat-syarat sosok pemimpin Islam sepeninggal Muhammad SAW, antara lain:

Terdapat tiga silang pendapat terkait hal ini. Menurut Buya Hamka, penentuan siapa yang menjadi penerus khalifah ialah keluarga Rasul terdekat.

Pendapat ini terbagi menjadi dua, satu persukuan Rasul dan keluarga Rasul paling dekat. Pendapat kedua, yang dapat menjadi khalifah hanya dari kalangan Anshar. Pendapat ini muncul ketika Rasul telah wafat.

Baca Juga  Sosok Pemimpin Teladan itu Bernama Abu Bakar

Ketika itu para kepala suku kaum Anshar berkumpul di “balairung” untuk bermusyarah mengenai siapa yang akan menggantikan peran Rasul setelah beliau tiada. Terpilih Sa’ad ibn ‘Ubadah sebagai perwakilan terkuat dari kalangan Anshar.

Sedangkan pendapat ketiga, hanya orang-orang Quraisy. Alasannya ialah orang-orang Quraisy diakui oleh seluruh bangsa-bangsa Arab sebagai pemimpin, dan orang-orang Quraisy pula yang terpilih untuk menjaga kabbah secara turun temurun. Dan yang mendukung pendapat ketiga ini ialah sahabat-sahabat terdekat Rasul yakni Abu Bakar, Umar, Abu ‘Ubadah, dan sahabat lainnya.

Abu Bakar Asshidiq

Pertentangan pendapat diatas menjadi awal mulanya perbedaan pendapat yang berujung perpecahan di tengah-tengah umat Islam. Maka, terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah yang dibai’at oleh para sahabat yang hadir di balairung.

Adapun sahabat yang belum membai’at seperti Ali bin Abi Thalib juga membai’at Abu Bakar beberapa saat setelah rasul wafat.

Menurut Karen Amstrong dalam bukunya Islam; a Short History dia mengatakan bahwa pengangkatan khalifah pengganti Nabi ialah dengan Majority of Vote. Memang, ada beberapa pendapat yang meyakini bahwa Ali ialah kandidat kuat sebagai pengganti Nabi, namun bagi Karel dari sisi psikologi.

Ali masih terbilang muda sedangkan Abu Bakar telah layak menjadi penggantinya. Di samping itu, Abu Bakar memiliki kedekatan persahabatan yang lebih daripada sahabat-sahabat yang lain sehingga seringkali Abu Bakar ash-Shiddiq mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan Nabi termasuk beliau yang pertama mempercayai peristiwa Isra’ mi’raj.

Di samping itu, para pakar sejarah Islam berbeda pendapat mengenai perkenalan Abu Bakar dan Muhammad. Pendapat pertama, ia telah mengenal Muhammad sebelum Muhammad menjadi Rasul. Kedua, Abu Bakar mengenal Muhammad setelah beliau menjadi Rasul. Sebelumnya mereka berdua hanya berhubungan sebagai tetangga.

Baca Juga  Rabiul Awal: Bulan Kelahiran, Hijrah dan Wafatnya Nabi

Abu Bakar dikenal sebagai sahabat yang dekat dengan Rasul dan selalu siap membela Rasul dalam posisi yang sulit. Dia merupakan salah satu orang yang masuk Islam pertama kali.

Hal ini disebabkan karena sebelum Abu Bakar mengenal Muhammad, dia sudah dikenal sebagai seorang pemikir yang cerdas. Sebagai seorang pemikir, Abu Bakar mengkritisi orang-orang Quraisy bahwa penyembahan berhala merupakan suatu kebodohan. Sehingga setelah Muhammad mendakwahkan agama baru yaitu Islam, beliau langsung menjadi pengikutnya.

Dengan demikian, proses pengangkatan sahabat Abu Bakar ini tidaklah murni semata-mata Abu Bakar dari suku Quraisy dan kedekatan dengan Rasul, akan tetapi Abu Bakar merupakan sahabat yang mempunyai jalinan kuat dengan suku-suku yang lainnya, beliau orang yang cerdas, dan mampu mempercayai sesuatu yang mungkin tidak banyak orang percaya terhadap hal tersebut.

Umar Ibn Al-Khattab

Umar memiliki nama lengkap yakni Umar Ibn Khattab ibn Nufail ibn Abdil Uzza ibn Ribaah ibn Qarth ibn Razaah ibn Ady bin Ka’b. Umar berasal dari suku ‘Ady yang merupakan suku terpandang dan dihormati dalam rumpun suku Quraisy.

Pertanyaan terbesar mengapa Umar? Apa yang menyebabkan Umar layak untuk dijadikan tongkat estapet kepemimpinan setelah Abu Bakar? Memang terdapat beberapa faktor yang menyebabkan Umar layak menggantikan Abu Bakar dalam memimpin umat Islam waktu itu.

Pertama, terkait peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah di saat pembai’atan Abu Bakar. Kekhawatiran Abu Bakar tidak ingin kejadian di balairung tersebut terulang kembali dan menyebabkan umat Islam terpecah.

Kedua, kekhawatiran Abu Bakar terkait golongan Anshar dan Muhajirin.

Ketiga, umat Islam ketika itu baru selesai menangani orang-orang murtad dan para pembangkang.  Sementara itu, sebagian dari kaum muslimin ikut berperang melawan tentara Persia dan Romawi.

Baca Juga  Pernikahan Zaid dan Zainab Bukti Pembaruan Sosial Rasulullah

Untuk itu, berangkat dari kondisi politik yang sedemikian rumit akan merugikan umat Islam jika pemilihan khalifah menunggu seluruh umat berkumpul untuk membai’at. Alternatif bijak yang diambilnya cukup tepat yakni memilih Umar dengan persetujuan dan rekomendasi sebagian dari sahabat-sahabat besar yang ada di Madinah pada saat itu.

Berbeda dari Abu Bakar, umar terpilih karena diakui oleh beberapa kalangan dari sahbat-sahabat besar, yakni yang hadir menjenguk kahlifah. Tipikal seperti Umar dibutuhkan sebab ketakutan akan adanya perpecahan pada umat Islam. Dari sisi politik Umar berasal dari suku Quraisy yang merupakan rumpun bani ‘adiy.

Bani ‘adiy yang masuk dalam rumpun kabilah Quraisy dikenal sebagai sukunya orang-orang cerdas. Sebelum diangkat menjadi khalifah umar memiliki “track record” yang bagus dalam bidang politik. Beliau sering diutus menjadi duta dari suku ‘Adiy ke luar kawasan qabilah ataupun ke pusat pemerintahan.

Pemilihan yang Objektif

Secara gambaran besar sebagaimana dijelaskan di atas, pertama, pemilihan khalifah terbagi menjadi dalam dua kategori yakni secara langsung dan secara tidak langsung. Langsung artinya khalifah dipilih langsung oleh khalifah sebelumnya sedangkan tidak langsung ialah khalifah dipilih melalui utusan yang dipilih oleh khalifah sebelumnya ataupun tidak melalui khalifah sebelumnya.

Kemudian apa yang menjadi persepsi bahwa pemilihan khalifah itu hanya berdasarkan kesukuan menjadi batal, sebab ada beberapa hal lain yang perlu dipertimbangkan seperti aspek sifat, karakter, jaringan, serta pengaruhnya terhadap masyarakat Mekkah dan Madinah secara khusus dan pengaruhnya terhadap kaum muslimin secara umum walaupun aspek kesukuan tidak bisa dihilangkan.

Editor: Yahya FR

Iftahul Digarizki
8 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana UIN SUKA
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *