Perspektif

Kenduri Jirat: Tradisi Syawal Masyarakat Aceh

2 Mins read

Selain merayakan hari kemenangan dan melaksanakan puasa sunah syawal. Umat Islam di Indonesia yang tersebar diberbagai pelosok nusantara, memiliki berbagai tradisi unik dalam menyambut bulan Syawal. Salah satunya adalah tradisi kenduri jirat yang dilakukan oleh masyarakat Aceh.

Aceh merupakan provinsi yang terkenal dengan sebutan Serambi Makkah ini memiliki salah satu tradisi yang dinamakan kenduri jirat. Kenduri jirat merupakan tradisi semacam ziarah kubur yang kebanyakan dilakukan oleh masyarakat Aceh Barat-Selatan dalam menyambut bulan Syawal.

Apa Itu Kenduri Jirat?

Kenduri jirat (jeurat dalam bahasa Aceh) yang berarti “kenduri kubur” memang agak berbeda dengan pelaksanaan ziarah kubur seperti biasanya.

Kenduri jirat merupakan sebuah ziarah kubur yang dilaksanakan secara serentak. Lalu dipimpin oleh pemuka agama atau ulama untuk melangsungkan doa. Biasanya kenduri jirat dipersiapkan oleh masyarakat Aceh jauh-jauh hari.

Kenduri jirat dibentuk dengan proses musyawarah dan mufakat antar warga desa terlebih dahulu. Sehingga warga desa dapat melakukan ziarah kubur atau kenduri jirat secara bersama-sama. Biasanya dimulai di hari ketujuh hingga belasan syawal.

Berbagai hidangan masakan yang didominasi oleh ikan dan daging dipersiapkan untuk menggelar tradisi kenduri jirat. Kegiatan kenduri jirat ini tentu dipersiapkan secara matang oleh perangkat desa setempat. Biasanya panitia agar proses pelaksanaannya dapat terlaksana dengan baik.

Pengertian tradisi dalam kamus Antropologi, karya Ariyono dan Aminuddin Siregar, 1985:4 berarti sama dengan adat istiadat. Kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan. Kemudian menjadi sebuah sistem atau peraturan.

Hal ini dapat memberikan pemahaman kepada kita, bahwasanya tradisi kenduri jirat ini juga merupakan sebuah kebiasaan. Tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam aspek.

Baca Juga  Tahlilan itu Bagian dari Tradisi, bukan Syariat Islam
***

Masyarakat Indonesia, khususnya Aceh yang menyukai aspek kebersamaan dan religiusitas yang tinggi menjadi salah satu alasan kenduri jirat tetap terpelihara.

Kenduri jirat tetap dilakukan oleh masyarakat untuk mendoakan para ahli kubur. Sekaligus pengingat kematian bagi orang yang berziarah. Selain itu, kenduri jirat juga berfungsi untuk memupuk rasa kebersamaan bagi masyarakat desa yang melaksanakannya.

Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya kepanitiaan dari warga desa setempat. Hingga memasak berbagai macam makanan untuk diberikan kepada anak-anak yatim, ulama hingga masyarakat yang juga melaksanakan kenduri di sekitar pemakaman.

Banyaknya perantau yang pulang kembali ke desanya untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan kenduri jirat, memperlihatkan bagaimana tradisi tersebut sangat berarti bagi masyarakat Aceh.

Kenduri jirat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, memiliki berbagai macam fungsi. Selain untuk mendoakan arwah para ahli kubur dan meningkatkan rasa kebersamaan antar masyarakat, juga berfungsi untuk melestarikan tradisi yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di masyarakat Aceh.

Hukum Kenduri Jirat

Dalam hal ini memang ada beberapa pendapat dari pemuka agama. Ada yang membolehkan dan ada melarang. Namun dengan berbagai macam pandangan tersebut, tidak menyulutkan semangat masyarakat untuk tetap melaksanakan tradisi yang sudah turun temurun.

Menurut Ja’far Subhani, dalam pandangan Islam, ziarah kubur termasuk ke dalam ibadah yang pada awalnya diharamkan yaitu di awal perkembangan Islam. Namun kemudian dianjurkan oleh agama.

Pengharaman ziarah kubur sebelumnya disebabkan oleh sahabat masih baru saja meninggalkan pola kepercayaan jahiliah. Salah satu bentuknya  seringkali meminta-minta kepada kuburan. Perbuatan tersebut tentulah merupakan perbuatan syirik. Termasuk kebiasaan mengkeramatkan kuburan serta melakukan berbagai ritual lainnya.

Namun ketika para sahabat sudah lebih kuat keimanannya, maka Rasulullah SAW pun membolehkan mereka berziarah kubur dengan tujuan agar seseorang selalu mengingat kematian.

Baca Juga  Lhoksuemawue Menyambut Syawal: Dari Tuet Budei Trieng Hingga Kue Timphan

Kenduri jirat yang dilaksanakan di Aceh merupakan sebuah tradisi yang telah lama dibuat oleh para ulama. Di dalamnya terdapat sedekah, silaturahim dan juga ziarah kubur. Mendoakan orang yang sudah meninggal dan ziarah kubur merupakan hal yang dianjurkan di dalam agama Islam.

Sehingga dapat dipahami bahwasanya kenduri jirat berfungsi meningkatkan aspek religiusitas sebagai seorang muslim dan aspek sosial kemasyarakatan.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
1 posts

About author
Syifa Ul Qalbi lahir di Tapaktuan, 02 September 1999. Mahasiswi semester 6 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds