Kesehatan Reproduksi Remaja Putri | Berdasarkan hasil wawancara di sebuah dusun di daerah Sleman, ditemukan masalah pengetahuan kesehatan reproduksi remaja kurang, kegiatan remaja kurang aktif, kebutuhan remaja untuk pengembangan diri kurang terfasilitasi dan kurang adanya kebersamaan di antara para remaja.
Diskusi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNISA Yogyakarta menawarkan solusi. Yaitu, penyuluhan tentang edukasi kesehatan reproduksi remaja yang melibatkan peran serta remaja putri. Tim terdiri dari Ibu Nurul Mahmudah, S.ST., M.Keb., (Ketua), Ibu Sri Lestari Linawati, S.S., M.S.I. (Anggota) dan Eti Widianti dan Desi Lenawati (mahasiswa Sarjana dan Profesi Bidan UNISA Yogyakarta).
Mengajak remaja putri di dusun tersebut untuk dialog. Mendengarkan apa yang mereka alami, apa yang mereka rasakan. Mengajak mereka mencari alternatif kegiatan positif, solutif, dan produktif. Hal ini penting dilakukan agar kesadaran tumbuh dari hati mereka sendiri.
Penyuluhan edukasi kesehatan reproduksi remaja putri tersebut diselenggarakan pada pertengahan April 2022 di sebuah musala . Remaja putri di sana cukup antusias mengikuti kegiatan ini. Hal ini terbukti dari kehadiran para peserta dan kesediaannya mengikuti kegiatan sejak awal hingga akhir.
Ibu RW di sana menyambut baik terselenggaranya kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja putri tersebut. Penyuluhan semacam ini sangat dibutuhkan oleh remaja putri. Bu RW juga menyampaikan terima kasih, baik kepada tim penyuluhan UNISA Yogyakarta, maupun kepada para remaja putri di sana yang telah berkenan mengikuti kegiatan.
Bapak H. Amir, BA., Ketua Takmir, merasa senang dan mendukung terselenggaranya kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja putri Kanoman.
Pengadaan Monitoring
Akhir Juni 2022, tim mengadakan monitoring. Beberapa remaja putri yang ditemui di rumahnya menunjukkan sikap baik, menjawab pertanyaan dengan baik dan wajah mimik muka penuh senyum dan semangat. Ibu atau Ayah mereka pun menerima tim dengan baik. Hal ini menunjukkan adanya keberterimaan mereka terhadap penyuluhan Kespro yang disampaikan.
Ditemui di rumahnya, Pak RW setempat menyampaikan senang dan bahagia atas terselenggaranya kegiatan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja putri tersebut.
Kehadiran kegiatan edukasi ini membuat remaja putri di sana merasa ada pihak yang mau mengerti, memahami, dan membantu memenuhi kebutuhan mereka akan informasi kesehatan reproduksi remaja.
Kegiatan-kegiatan positif, solutif, dan produktif untuk menyalurkan potensi dan pengembangan minat remaja perlu ditumbuhkembangkan. Baik oleh remaja putri, kalangan remaja, maupun stakeholder terkait.
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi (Kespro) merupakan keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem reproduksi.
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian, terutama di kalangan remaja. Setiap remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua, sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima. Sehingga, dapat menghasilkan generasi yang sehat dan berkualitas (Sariyani et al., 2020).
Masa remaja merupakan salah satu masa terjadinya perkembangan paling pesat dalam perjalanan hidup manusia. Rendahnya pengetahuan remaja tentang fungsi dan struktur alat-alat reproduksi, membuat remaja mudah terpengaruh oleh informasi-informasi yang tidak benar dan membahayakan kesehatan reproduksinya.
Pengetahuan mengenai fungsi dan struktur reproduksi akan mempengaruhi remaja dalam memperlakukan organ reproduksinya yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya.
Masa remaja merupakan salah satu masa terjadinya perkembangan paling pesat dalam perjalanan hidup manusia. Proses pematangan secara biologis umumnya mendahului kematangan psikososial pada remaja.
Perkembangan korteks pre-frontal yang bertanggung jawab terhadap fungsi eksekutif, pengambilan keputusan, organisasi, pengendalian impuls, dan perencanaan masa depan terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap kenikmatan dan pemrosesan ganjaran, respon emosional, dan pengaturan tidur.
Hal ini menyebabkan remaja cenderung tertarik untuk mengeksplorasi dan bereksperimen tanpa mempertimbangkan konsekuensinya (Sariyani et al., 2020).
Pemahaman dan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksualitas selama ini terbilang masih rendah dan tidak sedikit pula yang mengabaikannya. Hal ini dapat berimplikasi pada risiko seksual yang dihadapi oleh remaja.
Pemahaman terhadap seksualitas dan kesehatan reproduksi yang diberikan di lembaga pendidikan formal maupun informal cenderung memandang aspek kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja hanya sebatas pada fenomena biologis semata. Cenderung mengkonstruksikan seksualitas remaja sebagai hal yang tabu dan berbahaya dikontrol melalui wacana moral, dan agama.
***
Selain itu, agar lebih efektif, pemahaman terhadap seksualitas dan kesehatan reproduksi perlu dikontekstualisasikan berdasarkan realitas dan kondisi remaja. Diharapkan, hal ini dapat mengkonstruksikan seksualitas remaja secara positif sebagai makhluk seksual (sexual being) yang memiliki hak kesehatan reproduksi dan agar dapat bertanggungjawab terhadap kesehatan seksual dan reproduksinya (Susanti & Indraswari, 2020).
Rendahnya pengetahuan remaja tentang fungsi dan struktur alat-alat reproduksi membuat remaja mudah terpengaruh oleh informasi-informasi yang tidak benar dan membahayakan kesehatan reproduksinya.
Pengetahuan mengenai fungsi dan struktur reproduksi akan mempengaruhi remaja dalam memperlakukan organ reproduksinya yang akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya (Susanti & Indraswari, 2020).
Kurangnya kewaspadaan remaja terhadap masalah perilaku seksual dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. Sebagai resiko dari hal tersebut, maka memungkinkan remaja akan mengalami masalah perilaku seksual yang menyimpang (Widiyanto & Sari, 2013).
Kartono (1997), menyatakan bahwa penyimpangan terhadap seksual pada remaja dikarenakan terlalu dominannya pengaruh lingkungan dan media massa dalam menyebarkan informasi seksual bebas.
Sementara itu petugas kesehatan dan sekolah kurang membekali pengetahuan tentang seksual yang sebanding dengan apa yang diperoleh melalui internet. Pengaruh informasi tidak benar mudah didapatkan remaja yang dapat memberikan pengaruh buruk bila tidak diimbangi dengan informasi yang benar dan tepat tentang kesehatan reproduksi. Maka, remaja dengan mudah mengeksploitasi dan menyalurkan gejolak jiwa dalam dirinya sehingga mudah terjerumus dalam permasalahan seksualitasnya (Setiowati, 2014).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Moeliono (2004) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan reproduksi remaja adalah faktor internal antara lain pengetahuan, sikap, kepribadian remaja itu sendiri. Serta faktor eksternal yaitu lingkungan di mana remaja berada mempengaruhi kegiatan seksual remaja yang beresiko terhadap masalah kesehatan reproduksi.
Sumber informasi eksternal yang mudah mereka jangkau adalah teman-teman sebaya, bacaan-bacaan popular, VCD porno, akses internet, dan lain-lain. Sumber informasi eksternal ini tidak selalu benar, terbaik dan bermutu (Setiowati, 2014).
Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Sebab pada masa ini, remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial, dan seksual.
Perkembangan ini akan berlangsung mulai 12 tahun sampai 20 tahun. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar.
Kurangnya pemahaman ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru merugikan kelompok remaja dan keluarga.
Banyak cara untuk mencegah penyimpangan seksual diantaranya yaitu jauhi lingkungan yang mengajak melakukan penyimpangan seksual, bersikap tegas, katakan tidak pada perbuatan maksiat, pengendalian diri, jangan minum alkohol dan obat terlarang, membentengi diri dengan pengetahuan agama (Yarza et al., 2019).
Penutup
Terima kasih kepada LPPM UNISA Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyampaikan penyuluhan Kespro pada remaja putri.
Penyuluhan ini merupakan bukti kepedulian UNISA Yogyakarta pada kesehatan reproduksi remaja putri.
Pustaka
Sariyani, M. D., Ariyanti, K. S., Winangsih, R., & Pemayun, C. I. M. (2020). Edukasi Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Tabanan Tahun 2020. 8.
Setiowati, D. (2014). Efektivitas Pendidikan Kesehatan Reproduksi terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja di SMK Islam Wijaya Kusuma Jakarta Selatan. Jurnal Keperawatan Soedirman, 9, 8.
Susanti, A. I., & Indraswari, N. (2020). Literasi Informasi tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) 8.
Widiyanto, B., & Sari, A. M. (2013). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Pengetahuan tentang Perilaku Seksual 1(2), 7.
Yarza, H. N., Maesaroh, & Kartikawati, E. (2019). Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Mencegaf Penyimpangan Seksual Sarwahita, 16(01), 75–79. https://doi.org/10.21009/sarwahita.161.08
Reporter: Sri Lestari Linawati
Editor: Yahya FR