Bulan Ramadan telah berakhir dan digantikan dengan bulan Syawal. Kewajiban berpuasa Ramadan telah berakhir dan digantikan dengan anjuran untuk puasa enam hari di bulan Syawal. Sama dengan puasa Ramadan, puasa Syawal juga memiliki banyak keutamaan.
***
Dalam Islam, terdapat istilah tathawwu’ yang berarti tambahan (nafilah) dan segala tambahan yang baik. Dalam QS. al-Baqarah: 184 Allah berfirman,
فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ
Artinya: “Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan maka itu lebih baik baginya.”
Dengan demikian, tathawwu’ dapat diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan atas kemauan sendiri secara sukarela dan bukan merupakan suatu kewajiban. Salah satu contoh tathawwu’ adalah puasa sunah yang dibagi menjadi puasa sunah mutlak dan puasa sunah terbatas (muqayyad). Puasa sunah mutlak digunakan untuk menyebut puasa yang tidak memiliki batasan waktu. Sementara puasa sunah terbatas atau muqayyad, memiliki batasan waktu yang sudah ditentukan.
Puasa yang dilakukan Rasulullah semasa hidupnya adalah contoh pelaksanaan puasa sunah mutlak. Ketika Rasulullah banyak kesibukan, beliau akan mengurangi berpuasa dan menyibukkan diri dengan berjihad. Maka ketika memiliki waktu luang, Rasululullah akan berpuasa secara terus-menerus dan meluangkan sebagian waktunya untuk tidak berpuasa (al-Qahthani, 2011).
Puasa di bulan Syawal, yang dilaksanakan selama enam hari adalah contoh puasa sunah muqayyad. Nash yang dijadikan dalil para ulama—hadis ini juga dijadikan pedoman akan hukum sunah puasa Syawwal oleh penganut mazhab Imam Syafi’i, Ahmad, Dawud dan orang-orang yang sependapat dengan mereka—dalam menentukan hukum sunah pelaksanaan puasa enam hari di bulan Syawwal adalah hadis Nabi Saw yang terdapat dalam Sahih Muslim nomor 2750:
مَنْ صاَمَ رَمَضَانَ ثُمَّ أتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِياَمِ الدَّهْرِ
Artinya: “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka itu bagaikan puasa sepanjang tahun.”
Berhukum sunah, puasa Syawal tentu memiliki banyak keutamaan. Keutamaan-keutamaan puasa Syawwal yang dapat diketahui melalui hadis-hadis Nabi Saw di antaranya, yaitu:
Bagaikan Puasa Sepanjang Tahun
Masih berdasarkan hadis yang sama, yakni hadis nomor 2750 yang terdapat dalam Shahih Muslim dapat diketahui bahwasanya orang yang berpuasa selama enam hari di bulan Syawal diibaratkan seperti melaksanakan puasa sepanjang tahun.
Puasa sepanjang tahun itu disebabkan oleh ganjaran yang didapat bernilai sepuluh kali lipat. Jadi, puasa di bulan Ramadan yang dilaksanakan selama 30 hari sama dengan berpuasa selama sepuluh bulan, 30 hari dikalikan dengan sepuluh kebaikan. Sementara puasa enam hari di bulan Syawwal sama dengan berpuasa selama 2 bulan, enam hari dikalikan sepuluh kebaikan. Apabila keduanya dijumlahkan menjadi 360 hari. Maka, genap sudah pelaksanaan puasanya bagaikan berpuasa sepanjang tahun (al-Nawawi, 2014).
Penjelasan mengenai perhitungan di atas telah dijelaskan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis marfu’ yang terdapat dalam Sunan al-Nasa’i. Sebagaimana kutipan yang terdapat dalam Syarah Sahih Muslim oleh Imam al-Nawawi:
“Hal itu diibaratkan seperti puasa sepanjang tahun; karena satu kebaikan sama dengan sepuluh kali lipatnya, sehingga puasa di bulan Ramadan sama dengan menjadi sepuluh bulan (300 hari) dan enam hari sama dengan dua bulan (60 hari).”
Penyempurna Puasa Ramadan
Jika diperhatikan lagi, puasa di bulan Syawwal yang dilaksanakan selama enam hari adalah penyempurna puasa Ramadan. Hal ini jika dilihat melalui penjelasan para ulama mengenai keutamaan puasa Syawwal yang terdapat dalam hadis marfu’ yang terdapat dalam Sunan al-Nasa’i yang sudah disebutkan sebelumnya.
Hadis Tamim al-Dari yang terdapat dalam Sunan Abu Dawud pun menyebutkan yang demikian, bahwasanya amalan sunah merupakan penyempurna amalan wajib.
أَوَّلُ مَا يُحاَسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِياَمَةِ صَلاَتُهُ فَإِنْ كاَنَ أَتَمَّهاَ كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ لَمْ يَكُنْ أَتَمَّهاَ قَالَ اللّٰهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَتُكْمِلُوْنَ بِهاَ فَرِيْضَتَهُ ثُمَّ الزَّكاَةُ كَذٰلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْماَلُ عَلَى حِساَبِ ذٰلِكَ
Artinya: “Amalan yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Jika ia menyempurnakannya maka akan dicatat baginya sempurna. Namun, jika ia belum menyempurnakannya, Allah pun berfirman kepada para malaikat, ‘Lihatlah, apakah kalian dapati amalan sunah pada hamba-Ku, yang dengannya kalian sempurnakan amalan wajibnya.’ Demikian pula zakat. Kemudian semua amalan dihisab menurut cara yang demikian.” (al-Qahthani, 2011).
Perisai yang Kuat dari Neraka
Sebagai puasa sunah, keutamaan lain dari puasa Syawwal adalah menjadi perisai pelindung yang kuat dari neraka. Dalam salah satu hadisnya Nabi Saw bersabda:
… يَا كَعْبُ بْنُ عُجْرَةَ، الصَّلاَةُ بُرْهاَنٌ، وَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ حَصِيْنَةٌ …
Artinya: “Wahai Kaab bin Ujrah, salat itu bukti, dan puasa itu perisai yang kuat.”
Lebih jelas, dikatakan oleh Nabi Saw dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Jabir:
قَالَ رَبُّنَا: الصِّياَمُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهاَ العَبْدُ مِنَ النَّارِ، وَ هُوَ لِي وَ أَناَ أَجْزِي بِهِ
Artinya: “Rabb kita berfirman, ‘Puasa-puasa itu perisai yang dengannya seorang hamba terhalangi dari neraka, dan amalan tersebut untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya.”
Keutamaan-Keutamaan Lainnya
Keutamaan puasa Syawwal sebagai puasa yang hukum pelaksanaannya sunah sangat banyak. Bahkan, dalam al-Shaum fi al-Islam fi Dhau’il Kitab wa al-Sunah Bab Shiyamu al-Tathawwu’ oleh Dr. Sa’id al-Qahthani yang diterjemahkan menjadi Buku Pintar Puasa Sunah disebutkan sebanyak enam belas keutamaan. Beberapa di antaranya yang belum di bahas dalam tulisan ini adalah sebagai benteng pelindung dari neraka, perisai dari syahwat, dan amalan pertama yang memasukkan ke surga.
Keutamaan-keutamaan tersebut ditulis oleh al-Qahthani disertai dengan hadis yang hampir seluruhnya berstatus sahih. Terlebih lagi manfaat beserta hikmah yang terkandung dalam puasa sunah, berjumlah tak sedikit. Wal akhir, semoga tulisan yang minim sumber dan pengetahuan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya. Amin.
Editor: Yeni