Perspektif

Kewajiban Asasi untuk Menyudahi Oligarki

2 Mins read

Oleh: Rahmat Zuhair*

Zoon Politicon, begitulah sebutan bagi manusia. Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita karena pada dasarnya manusia yang satu tidak bisa hidup tanpa manusia lain. Sekalipun manusia tersebut menguasai seluruh alam semesta ataupun alat-alat kekuasaan lainnya. Kekuasaan tanpa orang orang di bawah yang menggerakan tentu tidak akan berjalan dengan baik. Bahkan tidak dapat dikatakan menjadi sebuah kekuasan bukan kalau tidak mengalami pergerakan ataupun memberikan efek tertentu kepada objek yang dikuasai.

Kehidupan Sosial

Dalam berkehidupan sosial seorang individu tidak dapat dikatakan hidup dalam peradaban sosial ketika tidak ada lawan ataupun kawan dalam bersosial. Menurut Paul Ernest, Sosial merupakan sejumlah manusia secara individu yang terlibat dalam berbagai kegiatan bersama.

Ketika kehidupan sosial dipandang sebagai kegiatan bersama maka kehidupan sosial dalam wilayah yang menawarkan sumberdaya yang melimpah akan menghasilkan sebuah masyarakat yang kapitalis karena pada fitrahnya disetiap jiwa-jiwa yang dilahirkan terdapat mental mental kapitalis, terdapat mental untuk lebih baik dan lebih berkuasa daripada manusia lainnya.

Seiring berjalannya waktu proses sosial yang terjadi menjadikan kehidupan sosial menjadi kompleks, sehingga menimbulkan sebuah pertahanan diri bagi orang orang yang merasa dirinya dirugikan sehingga menuntut yang namanya HAM (Hak Asasi Manusia). Pelaksanaan HAM pada saat ini menjadi bagian dari pembentukan mentalitas penuntut dalam masyarakat. Kebebasan dan penurutan terhadap nafsu menjadikan masyarakat keluar dari kategori zoon politicon yang baik.

Seperti di era sekarang sebagian masyarakat menjadikan HAM sebagai dalih dalam melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kultur Indonesia. Seperti tindakan LGBT dan tindakan lainnya yang menyelisihi nilai-nilai hidup.

Kewajiban Asasi

Dalam kehidupan sosial saling tolong menolong, satu rasa, satu nasib harus menjadi nilai nilai yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu untuk mematahkan mental kapitalis (menang sendiri, menuntut) yang pada saat ini konsep yang kita gunakan adalah Sosialisme-Islam. Karena pada dasarnya sosialisme Islam menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang lebih memperhatikan kewajiban asasi, dengan konsep ini lahir mental masyarakat yang selalu ingin berbagi dan selalu ingin sama rasa. Salah satu contohnya adalah Zakat, Sedekah, Konsep bermanfaat untuk orang lain lebih menguatkan sosialisme Islam.

Baca Juga  Negeri Demokrasi yang Penuh Persekusi

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289)

Begitulah konsep kesadaran dan ajakan untuk fokus terhadap kewajiban asasi kita sebagai manusia terhadap manusia lainnya bukan fokus terhadap pemenuhan hawa nafsu dengan dalih Hak Asasi.

Harus menjadi sebuah pembiasaan bagi bangsa Indonesia untuk lebih fokus pada kewajiban asasi daripada menuntut Hak Asasi. Ketika setiap orang fokus untuk memberi maka bisa kita bayangkan Indonesia akan lebih harmonis dalam kehidupan sosial dan segala ketimpangan baik itu dalam bidang sosial dan ekonomi akan lebih dapat ditekan ketimbang masyarakat fokus menuntut hak asasi.

Sebagai bangsa yang ingin memimpin dunia kedepannya Indonesia harus melakukan shifting paradigm dalam konteks pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan bersosial.

Menghancurkan Oligarki

Oligarki adalah salah satu produk dari paradigma kapitalis yang merupakan hasil dari iwa-jiwa yang menggunakan hak asasi sebagai dalih dalam pemenuhan hawa nafsu berjuang atas manusia lainnya. Semua masyarakat Indonesia pasti ingin sekali menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan beradab.

Tetapi apakah semua masyarakat yang “katanya” intelek tersebut membayar pajak atau zakat? atau melakukan CSR dengan sepenuh hati dan bukan merupakan upaya pembersihan dosa yang hanya bersifat formalitas? Biarlah hati kecil kita semua menjawabnya. Yang paling penting jangan sampai hati kecil kita semua menjadi orator dan pengkritik ulung yang menggetarkan hati kita sebab dari pembohongan dan pengkhianatan kita terhadapnya.

Hadirnya masyarakat sosialis yang memegang teguh paradigma kewajiban asasi akan menjadi jawaban bagi keterpurukan bangsa Indonesia saat ini dalam kurungan oligarki. Hadirnya masyarakat rendah hati dan saling berbagi dalam artian satu rasa akan memberikan warna baru dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sehingga mengeluarkan Indonesia dari Negara Ramah dan Negara Dermawan yang semu.

Maka dari itu tugas kita sebagai anak bangsa, mulai dari sekarang meng-upgrade fikiran dan paradigma kita. Agar menjadi fikiran berkemajuan yang berlandaskan iman, suara hati, dan right paradigm.

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds