Inspiring

Kiai Haji Ibrahim: Penerus Dahlan, Peneguh Dakwah Muhammadiyah

3 Mins read

Pada suatu hari, pendiri Muhamadiyah sakit keras. Badannya mulai mengurus dan lemah. Dokter yang merawatnya memberi anjuran agar ia tidak lagi memikirkan Muhamadiyah. Istrinya Siti Walidah pun berpesan serupa kepada Kiai  Dahlan. Dari bibirnya yang telah gemetar Dahlan pun berucap : “Aduhai, kalau tadi sore setan menjelma diri sebagai dokter dan melarangku memikirkan Muhamadiyah. Maka, setan ini juga memperalatan isteriku!

“Wahai Nyai, bertobatlah engkau kepada-Nya yang telah menjadikan engkau!” Hingga maut menjemput pun Dahlan masih memikirkan organisasi yang menjadi tempat berjuang menegakkan agama Islam.

Wasiat Dahlan pada Penerus Muhamadiyah

Dahlan pun sempat berwasiat mengenai siapa pengganti dirinya selepas ia wafat. Muncullah nama Kiai Haji Ibrahim. Djarnawi Hadikusuma (2010) melukiskan sosok Ibrahim sebagai seorang ulama yang tinggi ilmunya. Ibrahim adalah seorang hafidz Qur’an dan seorang qari’ yang baik. Semula Ibrahim bukanlah seorang pengurus besar dan sangat minim pengalaman keorganisasian. Sosoknya yang tenang, tegas, dan berwibawa membuat orang kagum padanya.

Kepemimpinan Kiai Ibrahim didukung oleh orang-orang yang hebat dalam kepengurusannya. Wakil ketua pada waktu itu dipegang oleh Haji Fakhruddin dan anggotanya adalah Kiai Haji Syuja’ dan Haji Hadjid.

Lustia Bekti Roayati (2009) mencatat hal penting yang dilakukan dalam kepemimpinan Kiai Ibrahim. Dalam bidang angkatan muda, Kiai Ibrahim sangat dekat dengan kalangan pemuda. Ia membimbing sendiri dan mengawasi Aisyiyah dan Hizbul Wathon.

Kiai Ibrahim juga memimpin pengajian kaum ibu yang dikenal dengan nama Adzdzakirat. Pengajian ini banyak memberi sumbangsih penting bagi Muhammadiyah dengan membantu pencarian dana untuk Kas Muhammadiyah, Aisyiah, PKU, Tabligh dan Taman Pustaka (Yusuf, Yunan, dkk, 2005 : 159-160).

Dalam catatan Mustafa Kemal Pasha dan Chusnan Yusuf dalam bukunya Muhammadiyah sebagai  Gerakan Islam (1977) tertulis bahwa dalam kepemimpinan Kiai Ibrahim terbentuk majelis tarjih, pemuda muhammadiyah, dan nasyiatul aisyiah. Dan dibentuk pula majelis ekonomi dan wakaf.

Baca Juga  Buya Hamka dan Awka: Sedarah Namun tak Sejalan

Kiai Ibrahim juga merintis gerakan dalam bidang sosial kemasyarakatan. Dalam bidang sosial, Kiai Ibrahim merintis berdirinya Panti Asuhan Pertama. Ibrahim juga mendirikan Fonds Dahlan. Fonds  Dahlan didirikan untuk menghimpun dana untuk membiayai sekolah untuk anak-anak miskin.

Gerakan ini di abad 20 mendapat banyak pengakuan dari para kader dan juga mahasiswa Muhamadiyah yang memperoleh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pada kenyataannya, gerakan ini telah dirintis jauh oleh Kiai Ibrahim melalui Fond Dahlan.

Di tahun 1928, dalam bidang penerbitan dan juga pustaka, Kiai Ibrahim berhasil mendirikan Uitgeefster My yaitu badan usaha penerbit buku-buku sekolah Muhammadiyah yang bernaung di bawah Majelis Taman Pustaka.

Dinamika dan Tantangan

Sebagai pengganti Dahlan, Kiai Ibrahim mendapatkan beberapa ujian dalam kepemimpinannya. “Telah beberapa lama sebelum diselenggarakannya Persidangan Tahunan itu, beberapa orang yang tidak suka kepada Muhammadiyah dan Pengurus Besarnya adalah kaki tangan PEB (Politiek Economische Bond) yakni organisasi yang dibentuk oleh persatuan pabrik gula yang dimiliki Belanda.

Perkumpulan ini dibentuk untuk mengatur koordinasi dan kerjasama antara pabrik-pabrik gula di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak hanya masalah pemasaran, tapi juga ada hubungannya dalam politik ekonomi pabrik” (Hadikusuma, Jarnawi, 2010 : 17).

PB Muhammadiyah dan mubalighnya difitnah menerima dana dari PEB. Fitnah ini meluas sampai ke Jakarta hingga utusan Cabang Betawi mendapat utusan untuk memeriksa kebenaran berita tersebut. Utusan Cabang Betawi pun merasa puas karena mendapatkan penjelasan dari pengurus bahwa hal itu dilancarkan oleh orang yang tidak suka dengan Muhammadiyah.

Dipimpin oleh seorang ulama yang juga ahli ilmu, Muhammadiyah pun mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ia memimpin dengan penuh karisma, dan juga berwibawa. Kiai Ibrahim sendiri terpilih dalam sepuluh kali rapat tahunan Muhammadiyah. Rapat tahunan kemudian diganti dengan Kongres Muhammadiyah.

Baca Juga  Mengenal Al-Jili (3): Konsep Insan Kamil (Manusia Sempurna) Al-Jili

 Selepas kepemimpinan Kiai Dahlan, Muhammadiyah memang dituntut untuk berkembang dan berdakwah lebih luas. Dalam kondisi masyarakat yang belum tertata benar, Muhammadiyah juga dihadapkan pada perjuangan kemerdekaan dan memikul misi dakwah yang cukup berat. Muhammadiyah harus memberantas takhayul bidah dan khurafat yang masih mendekam dalam jiwa masyarakat di waktu itu.

Muhammadiyah Dicurigai

Kiai Haji Ibrahim telah melakukan usaha-usaha dakwah maupun dalam kepemimpinannya untuk terus berjuang dan berkhidmat pada persyarikatan Muhammadiyah. Ia dihadapkan pada tantangan kolonialisme yang mencurigai dakwah dan gerak-gerik Muhammadiyah. Selama kepemimpinannya ia juga dihadapkan pada misi perluasan gerak dakwah Muhammadiyah di seantero negeri.

Berkat kepemimpinannya itulah, Muhammadiyah menjadi kuat ke dalam dan ke luar. Kiai Haji Ibrahim mampu meneruskan perjuangan  Kiai Dahlan dalam berdakwah amar maruf nahi munkar melalui Muhammadiyah. Semasa dipimpin oleh Kiai Ibrahim, Muhammadiyah juga berkembang luas, kokoh dengan elemen organisasi otonom yang memperkuat seperti Nasyiatul Aisyiah dan Pemuda Muhammadiyah.

Kepemimpinan Kiai Haji Ibrahim telah ikut serta memperkokoh organisasi Muhammadiyah menjadi semakin kuat. Dibawah panji Muhammadiyah bersamanya, dakwah Islam bersama kaum mustadafin menjadi kian teguh dan matang. Bersama Kiai Ibrahim, cabang-cabang Muhammadiyah telah berdiri ke seluruh tanah air.

Ia tutup usia pada tanggal 14 Oktober 1932. Ia meninggal tanpa mewariskan harta benda. Namun ia telah menancapkan prinsip-prinsip dakwah Muhammadiyah yang kokoh dan teguh melintas zaman.

Editor: RF Wuland

Avatar
35 posts

About author
Pegiat Literasi
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds