Narasi Kiamat Menurut Ajaran Islam
Hari kiamat atau hari akhir adalah sebuah konsep yang tidak asing dalam ajaran agama-agama, khususnya Islam. Hari kiamat bahkan menjadi salah satu pilar keimanan pemeluknya. Meyakini dan mempercayai datangnya hari kiamat hukumnya wajib. Mengingkari hari akhir termasuk penyebab kekafiran. Salah satu ciri orang kafir pada masa awal dakwah Nabi Muhammad SAW adalah tidak beriman kepada hari akhir.
Kiamat digambarkan sebagai sebuah masa kehancuran seluruh alam semesta. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang mencoba menggambarkan apa yang terjadi pada hari kiamat nanti. Misalnya apabila langit terbelah, dan bintang-bintang berjatuhan. Apabila langit digulung dan laut mendidih. Saat bumi diguncangkan dengan sangat dahsyat, lalu bumi mengeluarkan apa yang ada dalam perutnya.
Hari kiamat pun menjadi nama surat-surat dalam Al-Qur’an. Baik dengan nama hari kiamat langsung, misalnya Al Qiyamah. Maupun yang merujuk kepada fenomena kejadian pada hari kiamat. Misalnya Al Insyiqaq, Al Infithar, dan At Takwir. Surat-surat tersebut berisi gambaran kiamat sekaligus peringatan kepada manusia agar siap menghadapinya.
Hari kiamat secara etimologis artinya hari kebangkitan, bisa juga disebut yaum al ba’ts. Nama ini diambil dari salah satu fase rangkaian perjalanan ke akhirat. Setelah kiamat seluruh manusia yang telah meninggal akan kembali dibangkitkan untuk dikumpulkan di padang Mahsyar. Adapun hari kiamat dalam pengertian hancurnya alam semesta sering kali disebut As Saa’ah.
Dalam hadis populer mengenai iman, Islam, dan ihsan, Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang waktu datangnya As Saa’ah. Nabi Muhammad SAW menjawab bahwa yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Artinya seorang Nabi saja tidak diberi bocoran oleh Allah SWT tentang waktu terjadinya hari akhir. Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa hanya di sisi Allah lah pengetahuan tentang waktu datangnya hari akhir.
Narasi Kiamat Menurut Saintis
Berbeda dengan narasi dalam ajaran agama, para saintis punya narasi sendiri mengenai hari kiamat. Bumi diprediksi oleh para ilmuwan akan hancur sekitar 6.5 miliar tahun lagi. Pada masa itu, matahari akan membengkak menjadi benda yang ukurannya 200 kali lipat dari sekarang. Suhu bumi akan meninggi secara ekstrem membunuh kehidupan di dalamnya. Walaupun bumi tidak hancur, bumi akan menjadi sekeping batu tanpa ada kehidupan di dalamnya.
Narasi di atas menerangkan kehancuran bumi dan matahari sebagai pusat tata surya. Usia alam semesta mungkin lebih lama lagi. Belum ada yang tahu pastinya. Namun para ilmuwan memperkirakan jika awal dari alam semesta adalah sebuah peristiwa yang disebut dentuman besar (big bang), maka akan ada masanya semesta kembali menyusut ke sebuah titik seperti saat awal terbentuknya. Usia bumi diperkirakan 4,5 miliar tahun, sementara alam semesta 13.8 miliar tahun.
Diakui atau tidak, walaupun telah banyak upaya-upaya integrasi antara ajaran yang bersumber dari wahyu dengan sains yang berbasis metode positivistik, selalu saja ada gap yang menganga antara keduanya. Contoh yang mudah kita temui misalnya polemik teori evolusi. Soal hari kiamat, saintis dengan metodenya berani memprediksi kapan bumi dan matahari hancur. Adapun dalam ajaran agama dijelaskan bahwa hanya Allah yang Tahu kapan pastinya kehancuran bumi dan alam semesta.
Datangnya Kiamat: Sudah Dekat Atau Masih Lama?
Pada tahun 2003, Deddy Mizwar seorang sineas film di Indonesia membuat sebuah film berjudul Kiamat Sudah Dekat. Kiamat Sudah Dekat menjadi salah satu film religi yang diminati oleh masyarakat. Penulis tidak akan membahas lebih jauh terkait film ini, namun narasi kiamat sudah dekat cukup akrab di telinga masyarakat khususnya umat Islam. Terkadang narasi ini dibunyikan dengan bunyi lain, yakni tentang akhir zaman.
Tema-tema akhir zaman cukup diminati oleh umat. Buku Armagedon karangan Wisnu Sasongko cukup laris di pasaran. Buku tersebut berisi pemaparan tentang gambaran perang di akhir zaman. Penulisnya mengambil referensi dari kitab-kitab suci agama samawi dan hadis Nabi Muhammad SAW. Narasi akhir zaman dikuatkan dengan dekadensi moral yang terjadi di sekeliling kita. Akhir zaman menjadi sebuah argumen untuk menerangkan kenapa terjadi banyak dekadensi moral.
Narasi akhir zaman semakin diperkuat dengan munculnya ustaz yang fokus dengan kajian akhir zaman. Bukan hanya membahas mengenai dalil Al-Qur’an dan hadis, bahkan ada yang sudah berani memprediksi kapan terjadi kiamat. Baru-baru ini beredar rekaman Ustaz Rahmat Baequni bahwa pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 05.00 usai subuh sebuah asteroid akan menghantam bumi. 8 Mei bertepatan dengan tanggal 15 Ramadhan.
Ustaz Rahmat Baequni mengutip dalil sebuah hadis yang menerangkan bahwa apabila kalian mendengar suara yang dahsyat pada waktu subuh 15 Ramadhan, maka itu petanda kiamat segera datang. Benarkah pendapat Ustaz Rahmat Baequni tersebut?
Agus Purwanto seorang akademisi dalam ilmu fisika berpendapat bahwa jika memang akan ada meteor yang mendekati bumi, maka badan-badan yang mempunyai otoritas seperti LAPAN seharusnya sudah memberikan peringatan. Sampai saat ini belum ada peringatan apapun baik dari NASA ataupun LAPAN.
Bagaimana jika kita mengikuti pendapat ilmuwan alam bahwa kiamat masih lama? Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa prediksi ilmuwan bumi akan hancur dalam waktu miliaran tahun lagi. Tentu saja pada masa itu kita pasti sudah tiada. Bahkan kita tidak tahu apakah spesies manusia masih eksis atau tidak.
***
Jika usia bumi diperkirakan masih lama sekali, kita tidak tahu dengan usia spesies manusia. Para futurolog berpandangan kemungkinan manusia mengkolonisasi planet lain. Film fiksi ilmiah sudah ada yang menggambarkannya seperti film Interstellar. Adanya pemikiran ke arah kolonisasi planet dikarenakan bumi yang semakin rusak oleh ulah manusia sendiri.
Kita tidak tahu pasti kapan kiamat terjadi karena semua pendapat masih berupa prediksi. Namun penulis tidak sepakat dengan peringatan yang berlebihan bahwa kiamat sudah dekat. Bahkan kesannya bukan lagi sebagai peringatan, namun menjadi menakut-nakuti umat. Penulis lebih sepakat kalau kiamat dalam arti hancurnya bumi masih lama seperti prediksi para ilmuwan.
Yang perlu lebih banyak diingatkan kepada umat adalah kiamat-kiamat kecil yang terkadang karena ulah kita sendiri. Baik karena dosa-dosa kita kepada diri sendiri, sesama manusia maupun kepada alam sekitar. Sudah banyak kiamat-kiamat kecil yang terjadi yang menyebabkan bencana alam maupun bencana sosial.
Misalnya saat masyarakat memilih pemimpin yang korup dan tidak kompeten maka akan timbul banyak masyarakat yang terzalimi. Ini bentuk kiamat kecil. Saat pemimpin dan masyarakat tidak peduli akan kelestarian alam dan hanya mengutamakan pembangunan, maka datanglah bencana banjir. Pada akhirnya kiamat dalam konteks tersebut itu kembali kepada kita yang menentukan cepat atau lambatnya.
Membahas kiamat Kubro dalam artian kehancuran bumi rasanya kurang bermanfaat. Apalagi jika didasarkan pada spekulasi semata. Lebih penting membahas kiamat sosial dan kiamat lingkungan yang lebih potensial menimpa kita bahkan menimpa orang yang tak berdosa.