Perspektif

Kiat-kiat Agar Long Distance Learning Tetap Terukur

4 Mins read

Tidak disangka sama sekali, virus Corona akan memporakporandakan kehidupan sosial di sekolah dan kampus. Anak-anak pada awalnya selalu riang gembira belajar dan bermain di sekolah. Mereka bisa bersenda gurau dengan teman-temannya, menuntut ilmu untuk masa depannya. Tetapi kini, mereka harus libur untuk sementara waktu.

Sedih memang melihat realitas sekolah saat ini. Kondisinya menjadi sepi, tidak ada lagi tawa ria anak. Tidak ada lagi anak berkejar-kejaran di halaman sekolah. Tidak ada lagi antar jemput orang tua. Tidak ada proses pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti dalam bentuk jabat tangan di gerbang sekolah. Aktivitas belajar bersifat lebih mendiri, belajar jarak jauh, dan sangat tergantung pada kedisiplinan siswa dan orang tua dalam mengawasi, membimbing, dan mengarahkan.

Peran Orang Tua

Dalam suasana yang sangat tidak kondusif lagi untuk bersekolah dalam bentuk klasikal, proses belajar mandiri di rumah menjadi sebuah pilihan. Partisipasi orang tua dalam pendampingan, pengawasan, dan peningkatan motivasi belajar anak menjadi sangat penting. Pertama, anak harus selalu diingatkan untuk tetap belajar dari pagi hingga siang, termasuk sore dan malam. Tidak cukup rasanya hanya dengan mengingatkan tetapi perlu pendampingan dengan penuh kasih sayang.

Kedua, ketika anak sedang belajar, televisi harus dimatikan. Khususnya pada pukul 07.00-12.00, pukul 16.00-18.00, dan pukul 17.00-21.00. Pada jam-jam belajar tersebut, orang tua tidak boleh menonton sinetron, mengobrol dengan suara keras, atau malah bermain Handphone. Hal itu akan memancing anak untuk meniru menonton sinetron, bermain HP, atau ikut mengobrol. Andaikan tidak bisa memberi tahu berbagai kesulitan belajar anak, orang tua dapat mengarahkan untuk mendampingi dengan cara membuka internet sebagai sumber belajar.

Orang tua harus memberi contoh dengan lebih banyak berada di dalam rumah daripada mengerumpi di tempat tetangga. Lebih berbahaya lagi, apabila saat main di tempat tetangga membawa anak kecil yang jauh lebih rentan tertular oleh berbagai virus termasuk virus Corona. Di sinilah perlunya kesadaran orang tua dalam mendampingi anak belajar dan merawat kesehatan anak, saat tidak masuk sekolah. Bukan dibiarkan bermain. Sesungguhnya, beban orang tua ketika anak dipindahkan belajarnya di rumah menjadi lebih berat bukan sebaliknya, lebih ringan.

Baca Juga  Tadbir Al-Mutawahhid: Pesimisme Ibn Bajjah Terhadap Negara

Ketiga, orang tua harus selalu memberi berbagai asupan makanan yang cukup, sehingga anak tetap mempunyai ketahanan dalam belajar. Pagi hari setelah mandi pagi, berilah anak makan pagi, susu, dan berbagai makanan tambahan lainnya. Begitu juga makan siang dan malam harus tetap disiapkan orang tua. Anak pada saat belajar jangan disuruh membantu berbagai kesibukan orang tua,  tetapi biarkanlah mereka tetap belajar. Berilah mereka multi vitamin, buah-buahan segar, dan berbagai makanan kesukaan anak. Orang tua jangan lupa selalu menyiapkan minuman, air putih, air teh, susu atau minuman manis lain yang dapat meningkatkan stamina anak dalam belajar.

Keempat, beri kesempatan anak untuk bermain di dalam rumah dan jangan dibiarkan banyak bermain di luar rumah, karena akan sangat berpotensi tertular virus Corona dari tempat permainan. Beri juga kesempatan istirahat yang cukup, dan jangan diganggu pada saat anak sedang tidur. Siapkan berbagai makanan dan minuman yang cukup, sehingga ketika bangun tidur, dapat makan dan minum serta melanjutkan belajarnya.

Kelima, masyarakat yang melihat anak keluyuran di luar rumah terutama pada saat jam sekolah dan jam belajar harus menegor, sehingga suasana belajar anak tetap kondusif. Ketika banyak anak bermain di luar rumah terutama pada saat jam sekolah dan jam belajar, maka akan memancing anak lainnya untuk ikut bermain di luar rumah juga. Kondisi seperti itulah yang akan mengurangi mutu proses dan hasil belajar di rumah.

Tempat permainan umum seperti warnet dan game online harus tutup untuk menghindari penyebaran virus Corona. Para pemilik warnet dan game online harus sadar, bukan hanya kepentingan bisnis pribadi yang dikedepankan tetapi nasib kesehatan dan masa depan anak harus dinomorsatukan. Ketua RT/RW, Lurah, dan satuan polisi pamong praja (Satpol PP) dapat menertibkan tempat penyewaan game online itu, ketika masih membandel membuka tempat penyewaannya.

Baca Juga  Agama Menuntun Manusia Agar Menggunakan Teknologi dengan Bijak

Dengan kondisi tersebut, pendidikan bukan lagi tanggung jawab sekolah secara mutlak, dibutuhkan partisipasi aktif orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

Peran Guru dalam Long Distance Learning

Dalam proses belajar online dari rumah, peran guru sangat dibutuhkan. Guru dalam setiap harinya harus, pertama, menjamin bahwa siswanya mengerjakan seluruh tugas yang diberikan. Anak harus mengumpulkan tugasnya melalui berbagai sarana media sosial yang ada. Guru meskipun tidak mengajar, tidak boleh seharian main HP sendiri tanpa memperhatikan komunikasi aktif dengan siswa-siswanya. Bentuk komunikasi dua arah harus tetap dilestarikan oleh guru dan siswa sehingga proses belajar secara merdeka akan terbentuk dengan sendirinya.

Kedua, guru harus tetap memberikan motivasi kepada siswa. Dalam setiap komunikasi, guru harus selalu memberikan dorongan semangat belajar kepada siswa, serta selalu mengingatkan untuk tetap belajar, jangan bermain di luar rumah, dan jangan banyak main HP, menonton Televisi atau, bergurau di rumah.

Ketiga, guru harus tetap memberikan penilaian kepada seluruh tugas yang diberikan melalui media sosial yang ada. Dengan demikian, hasil proses belajar mengajar melalui metode long distance learning tetap terukur.

Keempat, guru harus selalu berkomunikasi dengan orang tua siswa, untuk menanyakan berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi siswa saat belajar di rumah. Orang tua siswa pun bisa menanyakan berbagai kesulitan yang dialami anaknya. Dengan jalinan komunikasi yang tetap intensif antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya, maupun guru dan orang tua, mampu memberikan hasil belajar yang maksimal, tidak kalah hasilnya dibandingkan dengan proses pembelajaran melalui tatap muka langsung.

Kelima, guru harus tetap mengingatkan kepada siswa untuk tetap menabung meskipun tidak masuk sekolah. Guru harus mampu memberikan penyadaran kepada siswa akan arti penting penabung dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi ekonomi, seiring dengan masifnya penyebaran virus Corona, yang berpelung menyebabkan terjadinya resesi ekonomi dunia.

Baca Juga  Sains dan Agama dalam Menghadapi Corona: Bersinergi atau Bertentangan?

Keenam, guru harus tetap memberikan laporan secara rutin kepada orang tua dan kepala sekolah, mengenai perkembangan anak didik. Selain itu, guru juga dapat menyampaikan berbagai kesulitan yang dihadapi kepada kepala sekolah atau pengawas, serta menanyakan jalan keluar yang harus ditempuh.

Dengan seluruh peran itu, diharapkan proses pembelajaran dari rumah, tetap memberikan makna yang tidak kalah terkesan dibandingkan pembelajaran secara klasikal.

Karena Corona Tempat Les dan Mengaji Sepi

Guru les, juga harus meliburkan anak-anak didiknya, sehingga anak-anak tidak bersatu dalam jumlah yang banyak. Lembaga penyelenggara les harus mampu memberikan layanan dalam bentuk inovasi long distance learning yang mampu meningkatkan motivasi, proses, dan hasil belajar anak.

Guru mengaji pada Tempat Pendidikan Al-Quran (TPA) harus juga meliburkan para santrinya. Hal itu tentu ditujukan untuk mengurangi penyebaran virus Corona. Tempat bermain anak-anak yang menyebabkan anak berkumpul dalam jumlah banyak, termasuk lapangan sepak bola anak, tempat futsal, dan berbagai jenis permainan dan olahraga yang menyebabkan terjadinya persinggungan antarbadan secara langsung harus di-lockdown terlebih dahulu.

Semoga, lockdown sekolah yang dijadwalkan berlangsung dua minggu, diharapkan tidak berlanjut. Andaikan saja Corona bisa mendengar derita anak-anak, tentu saja ia tidak akan tega melihat anak-anak tidak boleh masuk sekolah, tidak boleh bermain, dan tidak boleh berinteraksi langsung dengan teman-temannya.

Hai Corono, aku mau sekolah lagi… Tolonglah mereda, jangan mewabah seperti sekarang ini. Pergilah kau hai Corona, karena kehadiranmu telah menyedihkan aku, orang tuaku, teman-temanku, guru-guruku, dan semua teman mengajiku.

Editor: Arif  

Avatar
13 posts

About author
Pegiat Ekonomi Syariah, alumni PPs UIN Raden Intan Lampung, Pesma Baitul Hikmah Surabaya, S3 Ilmu Sosial Unair, & S3 Manajemen SDM UPI YAI Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds