Perspektif

Jenazah Korban COVID-19 Ditolak: Jika (Keluarga) Kamu Jadi Korbannya, Gimana?

3 Mins read

Di beberapa wilayah, ternyata banyak yang melakukan penolakan terhadap jenazah pasien COVID19. Hal ini dikarenakan mereka yang menolak mungkin takut akan tertular wabah tersebut. Namun, hal tersebut harusnya tidak dilakukan, karena sudah seharusnya sebagai seorang muslim mempunyai kewajiban untuk mengurus jenazah.

Sebagaimana dalam Islam, mengurus jenazah seorang muslim adalah suatu kewajiban bagi yang hidup, di antaranya memandikan, mengafani, menyolati, dan menguburkan. Lalu bagaimana dengan jenazah yang meninggal akibat COVID-19?

Bagaimana Kalau Nanti Kamu Terkena dan Jenazahmu Ditolak?

Tentunya kita selain mengutamakan kepentingan dan menjaga diri, juga masih memperhatikan sisi kemanusiaan. Penolakan terhadap jenazah pasien COVID-19 adalah hal yang menyakitkan bagi diri jenazah dan juga keluarganya, harusnya kita membayangkan bagaimana kalau penolakan itu terjadi pada diri atau keluarga kita.

Kita semua pastinya tidak menginginkan terserang virus COVID-19, namun yang harus kita sadari, bahwa terpapar atau terkena virus corona bukanlah suatu aib. Justru kita harus mendukung pasien yang terpapar wabah tersebut agar memiliki semangat untuk sembuh, karena mereka juga saudara kita.

Mereka yang meninggal akibat corona juga berhak dimakamkan di mana pun di tanah air tercinta ini, sikap berlebihan dalam menghadapi masalah ini sehingga akan menghalangi seseorang untuk mendapat haknya merupakan hal yanh tidak berbudi luhur dan tidak berperi kemanusiaan.

Menolak pejuang medis yang berada di garis depan melawan COVID-19 kembali ke rumah, menolak jenazah pasien COVID-19, merupakan hal yang sebaiknya tidak kita lakukan. Kita harus berempati, dan juga bisa berandai ketika kita berada di posisi mereka.

Secara pedoman, sudah ada Fatwa MUI Nomor 14 dan 18 Tahun 2020 yang berkaitan dengan tata cara merawat jenazah pasien COVID-19, dan orang yang terkena wabah virus itu bukan merupakan aib yang harus kita kucilkan atau hindari. Justru kita harus memberikan support pada mereka, agar semangat hidup mereka tetap tumbuh.

Baca Juga  Perdebatan Akar Rumput Versus Elite Muhammadiyah dalam Penanganan Covid-19

Bayangkan saja kalau ada keluarga kita atau bahkan diri kita sendiri yang terkena virus corona kemudian meninggal, lalu jenazah keluarga kita atau diri kita ditolak oleh seluruh warga. Pastinya diri kita akan merasa sedih karena mendapat penolakan, dan harusnya kita berempati bukan malah menolak jenazah pasien COVID-19 atau para tim medis yang berjuang demi kesembuhan negeri ini dari pandemi corona.

Bijaklah Dalam Menghadapi Jenazah COVID-19

Baiknya kita bijak dalam menyikapi adanya jenazah dari pasien yang terjangkit corona, bukankah kita masih memiliki rasa kemanusiaan dan hati nurani. Jenazah yang pulang ke kampung halamannya, harusnya kita perlakukan sebagaimana tuntunan agama. Tentunya dengan arahan dan protokol serta arahan dari tim medis yang ahli dalam hal ini.

Mereka manusia yang berhak mendapatkan perlakuan yang manusiawi, kematian karena virus corona bukanlah menjadi pilihan mereka meski Tuhan telah menakdirkannya. Memanusiakan manusia adalah wujud dari sikap kita menghargai orang lain dengan tetap berpegang kepada apa yang Allah gariskan.

Jangan dengan menolak jenazah pasien corona membuat kita merasa hebat dan terhindar dari wabah ini, dengan atau tanpa menerima jenazah kita masih rentan dengan pandemi virus. Kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang lain, nanti ketika kita meninggal pun juga membutuhkan orang lain untuk merawat jenazah kita.

Kita tidak bisa request meninggal dalam keadaan apa dan karena apa, maka dari itu kita selagi masih bisa memanusiakan manusia, mari kita lakukan sebelum kita tak di manusiakan oleh orang lain.

Mencegah COVID-19 haruslah dengan usaha yang dimulai dari diri sendiri, tak usah terlalu panik hingga semuanya bagaikan kiamat. Pasien positif corona dapat disembuhkan, bahkan dapat sembuh dengan sendirinya melalui arahan dengan mengonsumsi vitamin dan lainnya. Jangan sesekali kita menganggap mereka yang menjadi suspect corona, pasien atau pun masih berstatus orang dalam pemantauan merupakan sebuah aib bagi lingkungan kita.

Baca Juga  Edward Said, Orientalisme, dan Palestina

Mereka adalah saudara kita dalam Islam, ataupun dalam kemanusiaan. Mari kita support mereka secara psikis maupun medis (bantuan APD, dan lain-lain), perlakukan mereka dengan baik, baik dilingkungan maupun ketika ada dari mereka yang gagal berjuang melawan virus tersebut dengan menerima jenazahnya.

***

Mengingat quote dari Albert Einstein “Dunia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami, bukan karena orang- orangnya jahat, tapi karena orang-orangnya tak perduli.” Maka mari kita lebih peduli, dan juga berempati serta lebih bijak dalam menyikapi pandemi COVID-19 ini.

Merawat jenazah merupakan kewajiban bagi yang masih hidup, tidak sepatutnya kita menolak dan memperlakukannya secara tidak manusiawi. Jenazah pasien yang terjangkit corona sudah melalui protokol, proses pemandian hingga pemakaman pun pastinya sudah mengikuti SOP yang ada. Hingga 3 April 2020 terdapat 1.018.845 Kasus di 204 negara, ada 213.542 pasien yang sembuh, serta 53.292 yang meninggal dunia.

Di Indonesia sendiri, virus corona sudah menjangkiti manusia jika ditotal akumulatif sudah ada 1.986 kasus dengan 181 orang meninggal dan 134 orang yang sembuh. Bukan hanya di kota, virus corona juga sudah merambah ke daerah bahkan desa. Tentunya kita wajib meningkatkan kewaspadaan, mulai dari diri sendiri dan juga lingkungan kita dengan rajin cuci tangan, memakai masker serta menjaga jarak ketika harus keluar rumah.

Semoga hal ini tidak terjadi lagi, dan masyarakat tidak paranoid serta kehidupan kembali normal. Mari kita memberi semangat kepada mereka yang sedang berjuang melawan virus corona, dan mari kita menjaga diri agar tidak terkena pandemi ini. Semoga virus corona segera berhenti menjangkiti manusia seiring datangnya bulan suci Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, dan semoga kita semua terhindar dari perbuatan buruk. Aamiin.

Editor: Yahya FR
Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *