Review

Nûn: Tafsir Gerakan Al-Qalam

7 Mins read

Buku ini hadir tepat dalam pusaran budaya pragmatisme yang memproduksi pemikiran dan perilaku permissif, manipu-latif, koruptif, reduktif, mini-malis, dan korup. Pragmatisme telah menggerus kalangan elit agama, akademisi, birokrat, penegak hukum, profesional, kebanyakan politis dan kalangan bisnis. Saya ngeri,nyeri dan semakin miris betapa konspirasi unsur-unsur di atas bisa terjalin sistemik, rapih dan sekaligus ganas dalam aksi “gerakan korupsi struktural” di negeri ber-Pancasila ini.

Siapa memerlukan informasi apa sasaran korupsi, modus, strategi, dalil-dalil reliji berkorupsi, berapa ribu triliun rupiah maupun social cost corruption, jenis korupsi dan para aktor, model korupsi yang “hard hingga soft“, partai pemeran hingga “budaya rumah tangga koruptor” maupun prediksi masih tersisa berapa dekade lagi negara ini tergadaikan secara utuh finansial dan SDM-nya, “ini sederet pertanyaan” untuk mengetahui sejauh mana “paradigma menulis” begitu mende-sak sebagaimana dituliskan Azaki Khoirudin kader IPM ini. Setidaknya melakukan riset dan menuliskannya tentang “ensiklopedi korupsi politik”.

Betapa Allah bersumpah “demi pena”, mengandung makna aksiologis “epistemologi gerakan budaya menulis” bagi hadirnya generasi penulis pasca hasil pemilu tahun 2014 untuk saatnya bersiap segera mengganti elit birokrasi  yang gagal memimpin negeri dalam tradisi penguatan budaya menulis tentang “Ideologi ke-Indonesiaan”. Hadirnya “korupsi struktural” niscaya akan terulang ketika elit politisi dan birokrasi berada ditangan mereka yang fakir dalam memaknai dan menghargai kekuatan budaya menulis tentang Indonesia yang otentik, maupun politisi, birokrasi, pemuka agama, akademisi, penegak hukum, akademisi dan profesional yang jujur maupun yang melacur.

Melalui karya riset dan tulis, generasi penyelamat bangsa memiliki dokumen sejarah masing-masing rezim hasil pemilu dan terselamatkan dari efek budaya lisan yang kurang berbudaya.Tentu bangsa ini memerlukan tulisan dengan kualitas kejujuran, kecerdasan, visioner dan kandungan kemanusiaan otentik, bukan dalam kualitas bahwa sosial media yang bercorak fanatisme politik yang rendah nilai budaya penulisannya.

––Dr. M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum.Ketua PP IPM 1975-1979, Mantan Ketua Komisi Pemberantas Korupsi ke-3 2010-2011, dan penulis buku Hegemoni Rezim Intelijen

Setiap ideologi idealnya harus mampu memadukan tiga unsur; keyakinan, pengetahuan, dan tin-dakan. Pertama, ideologi mengan-dung seperangkat keyakinan berisi tuntunan-tuntunan normatif-per-spektif yang menjadi pedoman hidup. Kedua, ideologi mengandung semacam paradigma penge-tahuan berisi seperangkat prinsip, doktrin, dan teori, yang menyediakan kerangka interpretasi dalam memahami realitas. Ketiga, ideologi mengandung dimensi tindakan yang mengandung level operasional dari keyakinan  dan pengetahuan dalam realitas kongret. Azaki Khoirudin berhasil menyajikan buku Nûn-Tafsir Gerakan Al-Qalam sebagai bacaan ideologis gerakan IPM. Buku ini ditulis secara sistematis, filosofis, kreatif, imajinatif, dan kontemplatif, sehingga mudah dicerna tanpa kehilangan bobot intelektualitasnya.

––Yudi Latif, MA. Ph.D. Ketua Harian Pusat Studi Pancasila Universitas Pancasila Jakarta, Direktur Eksekutif Reform Institute, Penulis buku Negara Paripurna

Buku ini membuktikan Azaki Khoirudin sebagai aktivis yang peduli dengan  ideologi IPM. Ketika para aktivis dan kader IPM yang “agak lupa” dengan spirit gerakannya pada semboyan Nûn Walqalami Wamâ Yasthurûn, ia menerbitkan buku tentang kehebatan “Nun”. Saya apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kehadiran buku ini. Filosofi “Nûn” ini perlu dikaji oleh seluruh kader IPM supaya tidak terjadi kesenjangan ideologi IPM. Spirit “Nûn” mengisyaratkan tradisi membaca. Oleh karena itu, keder IPM membaca tidak hanya dilakukan di sekolah, dalam forum-forum rapat IPM juga harus dibiasakan memulai dengan arisan buku. Kebiasaan membaca sejak dini di mulai di rapat-rapat akan memacu motivasi keingintahuan terhadap sesuatu dengan pembacaan secara mendalam.

Baca Juga  Memotret Ragam Ekspresi Kesalehan Perempuan di Ruang Digital

––Dr. Khoiruddin Bashori, M.Si.Ketua Umum PP IPM 1986-1989, Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah 2000-2005, Mantan Rektor UMY,Penulis buku Psikologi Keluarga Sakinah

Memulai dari “Nûn” yang mungkin dapat dimaknai sebagai “Nûr” atau cahaya, Tuhan menisbahkan “al-Qalam” (pena) sebagai media untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman, untuk pencerah-an akal dan nurani (tanwir al-‘uqul wa al-qulub). Maka sudah selayaknya pena tajam menggores, meng-hujam, menera, bahkan menembus ruang dan waktu per-adaban manusia. Semoga melalui buku ini, Azaki Khoirudin dapat menghadirkan spirit dan cahaya literasi yang menjadi pendorong kebangkitan peradaban Islam dan tajdid Muhammadiyah yang mulai “layu” lekang oleh waktu.

––Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. (Rektor IAIN Salatiga)

Di tengah derasnya tarikan arus untuk aktif di dunia politik bagi kalangan muda, buku ini adalah simbol bahwa dunia akademik tidaklah mati atau ditinggalkan oleh angkatan muda Muhammadiyah, terutama di IPM. Dengan mengambil judul Nun–Tafsir Gerakan Al-Qalambuku ini ingin menunjukkan bahwa dunia keilmuan-akademik dan pendidikan-kepelajaranlah yang justru dapat secara cepat mengubah Indonesia ke arah kemajuan yang lebih baik, bukan politik.Disaat langkanya aktivis gerakan yang sekaligus menjadi pemikir, Azaki Khoirudin adalah satu model aktivis yang sekaligus menjadi akademisi dan ideolog.

Dengan melihat CV-nya, pembaca akan yakin bahwa Azaki adalah aktivis tulen di IPM, IMM, dan Muhammadiyah. Dengan memperhatikan baris-baris buku ini, pembaca tak akan ragu lagi untuk menyatakan bahwa Azaki adalah akademisi yang serius. Kekuatan utama dari buku ini adalah terletak dalam upayanya memperkokoh ideolog dari IPM. Buku ini menjadi semacam tafsir dari manifesto gerakan IPM. Karena itu, buku ini wajib dibaca oleh peserta berbagai pelatihan dan perkaderan yang diadakan oleh IPM. Selain itu, buku ini juga harus menjadi referensi yang tak boleh ditinggalkan bagi siapapun yang ingin mengkaji tentang persoalan pendidikan di Muhammadiyah.

––Prof. Ahmad Najib Burhani, M.A., Ph.D. Profesor Riset LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Penulis buku Muhammadiyah Jawa

“Nûn-Tafsir Gerakan Al-Qalam” yang ditulis oleh Azaki Khoirudin merupakan perenungan serius tentang ideologi gerakan IPM. Ketika kader-kader IPM memiliki semangat Nûn Walqalami Wamâ Yasthurûn, sebagaimana ia tulis, saya yakin mereka akan membawa Muhammadiyah dan bangsa menuju masa depan peradaban gemilang.

––dr. H. Agus Sukaca, M.Kes.Ketua I PP IPM 1986-1989, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah 2010-2015, Penulis buku The 9 Golden Habits

Setiap semboyan mengandung makna. Bagi kebanyakan pengikut sebuah kelompok, semboyan seringkali berhenti di semboyan. Cukup dihafal-kan, dilafalkan dibibir, sebagai penanda identitas kelompok, tetapi buku ini tidak. Sementara kebanyakan aktivis IPM hanya bangga melantunkan semboyan sebatas lisan, penulis buku ini masuk lebih dalam ke dasar kesadaran pemaknaan semboyan itu. Ya, Nûn Walqalami Wamâ Yasthurûn, sebuah semboyan yang kaya makna. Azaki Khoirudin telah berhasil membentangkan makna yang selama ini terabaikan.Setiap aktivis IPM wajib membaca buku ini, demi pemahaman yang mendalam akan salah satu elemen paling dasar organisasi mereka.

Baca Juga  Perspektif Zaitunah Subhan terhadap Konsep Gender

Telah lama kita dibuai dalam aktivitas keorganisasian yang meskipun penting, juga berpotensi menumpulkan mata pisau fikir. Zaki hendak mengingatkan kepada kita, melalui buku ini, bahwa aktivitas organisasi jangan melenakan kita pada kegiatan refleksi keilmuan. Sebab, tanpa itu, organisasi hanya akan menjadi rangka mesin mekanis, dan tanpa ruh yang menghidupkan. Dengan sendirinya, buku ini merupakan perwujudan dari semboyan Nun itu. Ya, karena hanya dengan menulis maka jejak sejarah gagasan manusia akan abadi. Itulah Scripta Manen Verba Volant, menulis itu abadi, bicara itu fana. Demikian pepatah bijak Yunani Kuno mengingatkan.

––Pradana Boy ZTF Dosen UMM, Presidium JIMM Jawa Timur, penulis buku Fiqih Jalan Tengah

Nun merupakan sumber pengetahuan dan interkoneksi pengetahuan dengan sum-bernya yaitu Allah swt. Penelitian pustaka yang dilakukan penulis menguatkan tentang inte-grasi agama dengan pengetahuan. Namun yang diungkapkan bukan itu saja, adanya gerakan progresif untuk melakukan pence-rahan berdasarkan nilai-nilai Illahiah, khu-sunya pada IPM sebagai organisasinya sehing-ga memberikan tawaran gerakan khususnya pelajar.

Gerakan keilmuan yang ditawarkan dalam buku ini merupakan salah satu penerapan ideologi Islam berkemajuan sebagaimana yang dikemukakan oleh KH Ahmad Dahlan. Islam berkemajuan yang diterapkan mampu berfikir dan bertindak di luar kotak, sehingga dapat berkontribusi menyelesaikan perso-alan bangsa ini. Karya Azaki  Khoirudin merupakan buku wajib pegangan kader IPM karena bersifat ideologis dan tawaran penerapan gerakan IPM untuk pencerahan.

––Muhammad Abdul Halim Sani Korps Instruktur Nasional DPP IMM dan Penulis Manifesto Gerakan Intelektual Profetik

IPM merupakan pintu pertama dan utama pengaderan lepas Muham-madiyah. Pertama, karena inilah fase kaderisasi paling awal dan berkesan. Utama, karena individu yang dikader secara umum masih polos, belum mempunyai warna dan kepentingan tertentu. Dengan demikian, IPM lah ortom yang memungkinkan lahirnya kader tulen dan loyal. Tetapi pada saat yang sama, kaderisasi IPM (SMA, SMK, MA) mempunyai rentang waktu terpendek. Di sinilah tantangan-nya.Sistem nilai IPM harus dijabarkan seterang mungkin dan dapat ditanamkan dalam waktu yang singkat tersebut. Masalah yang sering diabaikan oleh para penggagas adalah asumsi bahwa konsumen yang akan mencerna gagasannya telah dewasa dan mempunyai pemahaman memadai tentang berbagai hal.

Baca Juga  Film Malena: Sebuah Kritik Atas Nilai Cinta Manusia yang Salah Kaprah

Nah, anggota IPM itu adalah kader persyarikatan di lingkup pelajar yang masih harus berbenah pada pemahaman-pemahaman dasar ilmu alat seperti bahasa dan matematika serta ilmu alam maupun ilmu sosial. Artinya, semua rumusan tentang ideologi dan materi pengaderan IPM harus disampaikan dengan pendekatan yang sesuai daya dan pola pikir pelajar atau ABG, bukan mahasiswa atau orang dewasa umumnya. Dalam konteks inilah Tafsir NUN ipmawan Azaki Khoirudin menemukan bentuk dan urgensinya.Tafsir Nun memberi ruh dan jiwa bagi moto IPM, Nun wal qolami wa maa yasthuruun. Pena dan tulisannya adalah simbol ilmu. IPM harus akrab dengan ilmu baik tentang dan yang terdapat di masyarakat, alam dan al-Quran.

Tahapan pengu-asaan ilmu di IPM adalah menguasai imu alat seperti matematika dan bahasa Arab. Setelah mengurai kaitan antar cabang ilmu versi jejaring laba-laba dan pohon ilmu yang cukup sulit dipahami para pelajar, tafsir NUN mengajak turun ke gerakan ilmu ala nalar ayat-ayat semesta yakni melakukan analisis sederhana atas teks al-Quran kemudian dikaitkan dengan fenomena dan teori alam yang mungkin. Nalar yang sangat mungkin dilakukan oleh IPM. Artinya, tafsir NUN mengajak IPM kembali pada al-Quran dan sains sesuai dengan levelnya.

––Agus Purwanto, D.Sc. (Doctor of Science)Kepala Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA) ITS, Penulis buku Ayat-Ayat Semesta dan Penggagas TrenSain

Lewat pengalaman dan pergerakan dak-wah yang mas Azaki Khoirudin miliki, buku ini menjadi lebih dari sekedar tulisan, namun ilmu yang bermanfaat, terterapkan dan bernas. Buku Nun ini kaya akan ilmu ulama salaf dan khalaf.

––Felix Y SiauwPenulis buku Beyond The Inspiration

Remaja itu unik, sebuah bagian masyarakat dengan daya kreativitas dan rasa ingin tahu yang luar biasa. Lembaga IPM, sebagai wadah untuk para remaja adalah solusi yang tepat guna menciptakan kehidupan masa remaja yang penuh manfaat. Dalam buku ini, penulis mengingatkan bahwa semboyan yang sering dikumandangkan para kader IPM bukan hanya sekedar semboyan saja, melainkan sebuah janji Allah SWT yang dituliskan dalam Al-Qur’an sebagai penuntun hidup manusia.Remaja yang berilmu dan reiligius, itulah salah tujuan kenapa remaja,tak hanya kader IPM, perlu membaca buku ini.

Agar mereka mengetahui konsep keilmuan dari Al-Quran serta tafsir di balik salah satu ayatNya. Saya yakin, seorang remaja yang telah membaca buku ini akan lebih menghayati kembali isi Al-Qur’an dan mulai menggunakannya dalam hidup sehari- hari, dalam menuntut ilmu maupun berorganisasi.

––Triana Candraningrum Pimpinan Redaksi Majalah Kuntum

Judul  : NUN: Tafsir Gerakan Al-Qalam)Penulis : Azaki Khoirudin
Prolog : Dr. Haedar Nashir, M.Si (Ketua PP Muhammadiyah) dan Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed (Sekretaris PP Muhammadiyah)
Epilog  : Moh. Mudzakir, M.Si
Penerbit: Al-Wasat Publishing House dan Nun Pustaka
Tebal     : xi+255 hlm
Harga    : Rp. 45.000,-
Order     : Amalia (0857 4904 0451).

Download karya lengkapnya di sini

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *