Pada hari Minggu, 16 Februari 2020, Diomedia mengadakan Workshop Menyunting Naskah di Hotel Sarila, Solo. Workshop ini diisi langsung oleh Ngadiyo, CEO Diomedia, dan dihadiri oleh lebih dari 30 peserta. Beberapa peserta adalah editor dan penulis buku.
Ngadiyo membuka workshop dengan menunjukkan betapa pentingnya editor bagi sebuah buku. “Di balik sukses seorang penulis dan penerbit besar, ada penyunting/editor genius.” Ujar Ngadiyo. Penyunting atau editor penyunting naskah adalah garda depan nasib sebuah naskah, reputasi penulis, dan buku.
Menyunting adalah mengolah naskah dari yang sebelumnya kurang enak dibaca, menjadi lebih enak untuk dibaca. Naskah yang perlu di sunting adalah naskah yang masih mengandung kalimat-kalimat yang rancu, susah dipahami, tidak sistematis, dan lain-lain. Di sinilah peran penting penyunting untuk menyajikan naskah yang baik kepada pembaca.
Langkah-langkah Menjadi Editor Naskah Profesional
Ada beberapa langkah agar seseorang menjadi penyunting /editor naskah professional. Pertama, editor harus menguasai ejaan bahasa. Jika ia menyunting naskah berbahasa Indonesia, maka ia harus memahami tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Termasuk tanda baca, susunan kalimat, dan seterusnya.
Selain itu, penyunting professional harus menguasai tata bahasa. Ketika menyunting naskah berbahasa Indonesia, ia harus menguasai tata bahasa Indonesia sesuai kaedah resmi. Ia juga harus bersahabat dengan kamus, memiliki kepekaan bahasa, memiliki pengetahuan luas, memiliki ketelitian dan kesabaran, memiliki kepekaan terhadap SARA dan pornografi, memiliki keluwesan, memiliki kemampuan menulis, menguasai bidang disiplin ilmu tertentu, memahami bahasa asing, dan memahami kode etik penyuntingan naskah.
Seorang penyunting harus bisa menulis. Bagaimana ia memperbaiki tulisan orang lain jika ia sendiri tidak memiliki skill menulis? Seseorang yang terbiasa menulis akan memiliki insting terhadap nikmat atau tidaknya sebuah naskah ketika dibaca.
Kode etik penyuntingan juga penting untuk dipahami. Dengan hal itu penyunting akan tahu batasan-batasan apa saja yang tidak boleh ia edit, dan bagian mana saja yang merupakan otoritas penyunting. Keduanya harus seimbang, tidak boleh berat sebelah.
Peran Besar Penyunting Naskah
Hal-hal di atas harus dikuasai oleh seorang penyunting, karena penyunting adalah orang terakhir yang menyajikan naskah ke pembaca. Penyunting turut berperan besar dalam buku-buku yang laris besar, seperti buku-buku Andrea Hirata dan Fiersa Besari.
Bahkan, naskah Laskar Pelangi sempat dibuang ke tong sampah oleh redaktur penerbitan Bentang. Naskah itu kemudian ditemukan oleh salah seorang editor penerbitan Bentang, kemudian naskah itu disunting dan di terbitkan. Akhirnya, kita dapat melihat betapa Laskar Pelangi adalah salah satu novel paling populer di Indonesia, dan sudah diterjemahkan ke puluhan bahasa di seluruh dunia.
Penyunting dapat menemukan dan mengakuisisi naskah melalui beberapa hal, seperti blogger, youtuber, selebgram, kegiatan-kegiatan buku, dan influencer yang ketika menulis akan banyak pembelinya. Penyunting tidak hanya menunggu naskah datang dari penulis. Ia juga harus aktif untuk mencari naskah di berbagai tempat, sambil membantu penulis agar mampu menerbitkan tulisannya.