Perspektif

Kiat Menulis Skripsi (3): Teliti Mengedit dan Baik pada Pembimbing

2 Mins read

Dua hal yang sangat penting yang sangat membantu kita menyelesaikan skripsi adalah teliti dalam mengedit tulisan kita dan menjalin hubungan baik dengan pembimbing. Sebaik apapun tulisan kita, jika tidak disempurnakan dalam proses editing, serta disetujui oleh pembimbing, maka tidak akan bisa diajukan untuk mengikuti ujian.

Memang dalam menulis, – tentu setelah pembuatan outline dan proses riset dilalui (sudah punya panduan yang valid) – kata Ernest Hemingway, “Write drunk, edit sober.” Menulislah sebagaimana orang mabuk, sangat lancar dan produktif, namun dalam mengedit tulisan harus sangat teliti.

Kata pepatah akademik, “Skripsi yang baik, adalah skripsi yang selesai.” Benarlah sabda itu. Namun bukan berarti boleh melewatkan satu proses penting sebelum diajukan ke dosen pembimbing atau bahkan ke dosen penguji sebelum sidang skripsi digelar. Satu proses penting itulah kesempatan kita untuk mengedit.

Ketika naskah kita sudah melewati proses ini, maka sekurang-kurangnya berbagai kekurangan, kekeliruan, dan keterbatasan yang ada pada draft awal skripsi kita, terminimalisir. Dengan draft yang sudah beberapa kali melalui proses penyuntingan ini, tentu diharapkan akan lebih menarik, lebih mudah dan lebih enak dibaca.

Pentingnya Mengedit Naskah

Lantas apa hubungan antara mengedit secara detil dengan menjalin hubungan yang baik dengan pembimbing? Sekurang-kurangnya, dengan naskah yang tidak memiliki banyak kesalahan kebahasaan, pembimbing lebih leluasa memberikan saran dan masukan.

Dengan keleluasaan yang didapat, maka mood dalam membimbing juga akan naik dan berkualitas. Dengan begitu, berbagai inspirasi untuk menghadapi naskah kita juga sangat membantu memperkuat segala aspek substantif yang ada.

Namun, masalah ini jarang sekali diperhatikan. Editing atau penyuntingan seolah-olah dianggap menjadi tugas khusus orang lain, termasuk dosen pembimbing. Padahal, proses ini adalah proses penting yang menjadi kesempatan bagi para mahasiswa agar semakin terampil dalam menulis secara akademik.

Baca Juga  Muhammadiyah Sebagai Renewable Energy Of Indonesia

Berbagai aspek yang harus diedit misalnya: (1) Apakah struktur tulisan kita sudah runtut atau sistematis; (2) Apakah antara pertanyaan riset dan jawabannya sudah masuk akal; (3) Apakah argumentasi yang disajikan benar-benar kuat; (4) Apakah data dan bukti ilmiah yang digunakan benar-benar relevan dan kredibel; (5) Apakah metode (bagaimana cara menjawab pertanyaan riset) sudah sesuai.

Aspek lain, khususnya menyangkut kebahasaan yang harus dicek secara detil adalah: (1) Apakah sudah sesuai format dan petunjuk yang diberikan oleh fakultas atau universitas; (2) Apakah antara bab dan sub bab, yang satu dengan yang lain sudah runtut, sistematis, dan berkaitan erat; (3) Apakah paragraf yang satu dengan yang lain sudah koheren (saling terkait dan berkesinambungan); (4) Apakah kalimat yang satu dengan yang lain sudah kohesif (terhubung erat).

Aspek yang jauh lebih detil lagi yang mesti diperhatikan adalah: (1) Apakah sudah tidak ada kesalahan tik (typo); (2) Apakah sudah benar cara menulis kata kerja (disambung) dan kata keterangan (dipisah); (3) Apakah sudah benar kapan harus menggunakan huruf kapital pada kata; (4) Apakah sudah benar cetak miring (Italic) yang dilakukan; (5) Apakah sudah benar penggunaan tanda bacanya, seperti persoalan titik, koma, titik koma, tanda petik dua, tanda kurung, dan lain sebagainya.

Setelah Editing Naskah

Setelah proses pengeditan dilakukan, sebaiknya memang kita mesti istirahat terlebih dahulu. Setelah merasa lebih segar, maka kita mengulangi proses ini beberapa kali. Bahkan, secara khusus, ada tips agar proses ini berjalan secara lebih akurat: dibaca dengan bersuara. Proses ini dilalui kata demi kata, lalu melalui kalimat, paragraf, sub bab, bab dan pada akhirnya selesai sudah tugas ini.

Baca Juga  Strategi Konselor Berbasis Spirituality Learning Project

Setelah urusan pengeditan ini selesai, maka kita mesti mempersiapkan diri untuk menemui pembimbing. Jika itu dilakukan secara online atau via email, kita mesti melalui proses komunikasi yang baik.

Ya, komunikasi yang baik itulah kunci kesuksesan membina hubungan dengan pembimbing. Relasi profesional pembimbing-mahasiswa penulis skripsi, juga perlu mempertimbangkan segala konteks kemanusiaan, konteks kehidupan sosial, dan konteks akademik yang ada.

Menjadi pendengar yang baik adalah tips berikutnya. Ketika banyak komentar atau catatan yang didapatkan dari pembimbing. Bila berbeda pendapat, perlu disampaikan dengan cara yang baik dan tidak menyinggung perasaan. Meskipun sebenarnya, setiap kritik berpotensi mengandung nilai yang konstruktif. Artinya, bermanfaat untuk memperbaiki diri.

Terkadang, memang kita memiliki ketidakcocokan dengan pembimbing. Tapi, itu bukan berarti bisa digunakan sebagai alasan untuk tidak berbuat baik kepada pembimbing tersebut. Ingat, kesuksesan skripsi kita ada pada relasi yang baik, konstruktif, dan profesional dengan pembimbing kita.

Selamat berskripsi ria dan semoga sukses!

Editor: Yahya FR

89 posts

About author
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Direktur Riset RBC Institute A Malik Fadjar.
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds