Perspektif

Kiat Menulis Skripsi (2): Memperinci Outline dan Mulai Penelitian

3 Mins read

Outline Skripsi | Bagian inti dari pengerjaan skripsi adalah proses riset itu sendiri. Riset itu artinya mencari jawaban akan pertanyaan (rumusan masalah) yang kita ajukan.

Ingat, dalam skripsi selalu ada tiga bagian penting: pertama adalah pendahuluan yang berisi tentang pertanyaan riset. Kedua adalah kesimpulan yang berisi jawabannya. Sementara itu, di antara keduanya adalah yang ketiga, yakni isi atau pembahasan. Isinya tentang proses menjawab atau argumentasi atau berbagai alasan. Mengapa jawaban yang dikehendaki demikian.

Jadi secara singkat, skripsi kita terbagi menjadi tiga bagian: pertanyaan, jawaban, dan proses menjawabnya. Outline yang akan dibahas pada tulisan ini, menyangkut persoalan yang terakhir disebutkan; proses menjawab.

Contoh

Misalnya pertanyaan yang kita ajukan, “Manakah yang lebih baik, apakah apel atau jeruk?” Kita tidak bisa langsung menjawab, “Tentu apel lebih baik,” atau sebaliknya. Kita harus menemukan dulu berbagai alasan yang mendukung. Kemudian, alasan tersebut akan kita analisis terlebih dahulu, apakah mengarah kepada apel ataukah jeruk.

Kita bisa memulai dari menginventarisasi argumentasi. Pertama, apel lebih mahal dibandingkan jeruk. Kedua, apel lebih manis dan mengandung gula dibandingkan jeruk. Ketiga, meskipun jeruk sangat popular dengan kandungan Vitamin C-nya, apel juga mengandung gizi yang diperlukan tubuh.

Data atau bukti (evidence) pertama, bisa mengarahkan kepada argumentasi bahwa jeruk memiliki nilai lebih. Karena lebih ekonomis dibandingkan apel. Kedua, jeruk mengandung gula yang lebih sedikit (less sugar). Jadi, cocok dikonsumsi oleh siapa saja yang sedang diet.

Ketiga, baik jeruk maupun apel, sama-sama mengandung gizi yang diperlukan tubuh. Artinya, sama-sama sehat jika dikonsumsi (kecuali bagi mereka yang punya penyakit diabetes, maka disarankan menikmati jeruk).

Penguatan Data

Pada ketiga argumentasi yang dihasilkan dari analisis terhadap data, kita juga bisa memperkuatnya dengan data-data yang berasal dari hasil riset sebelumnya, pendapat ahli, statistika, survey, dan observasi, serta model data lainnya. Semua itu berfungsi untuk bukan sekedar menjustifikasi argumentasi yang sudah ditetapkan, namun juga barangkali ada data yang menjelaskan sebaliknya (counter argument).

Dalam membaca berbagai data referensi tersebut, kita tidak boleh langsung serba percaya terhadap kesimpulan yang disajikannya. Kita harus melihat terlebih dahulu bagaimana tesis, argumentasi, dan bukti ilmiah yang digunakannya.

Baca Juga  Salah Paham dengan Islam

Juga penting melihat bagaimana metode risetnya (bagaimana cara menjawab pertanyaan risetnya). Apakah cukup objektif atau mengandung bias tertentu. Lalu, kita bisa menganalisis apa kelebihan, kelemahan, dan relevansinya dengan riset yang kita lakukan.

Ketika bagian argumentasi ini selesai, maka bagian jawaban bisa dirumuskan dengan mudah. Dalam kasus “apel vs jeruk”, kita bisa menulis bahwa “Jeruk dan apel sama-sama merupakan buah yang manis dan bergizi. Namun, jeruk mengandung gula yang lebih sedikit dan lebih murah.”

Untuk menggarisbawahi keistimewaan riset yang kita miliki, bisa menyampaikan pula refleksi intelektual maupun implikasi konseptual berdasarkan pada kesimpulan yang didapatkan. Hal ini bisa berupa saran atau rekomendasi, berkaitan dengan riset yang dikerjakan.

Misalnya, “Membeli dan mengonsumsi jeruk, menguntungkan dari segi kesehatan maupun ekonomi.” Atau, “Ketika selama ini banyak orang yang menganggap bahwa memakan apel sangat menguntungkan, karena sehat dan murah, ternyata menikmati jeruk jauh lebih menguntungkan.”

Memperinci Outline

Dengan melihat contoh sederhana di atas, ternyata “memperinci outline” sangat berkaitan dengan bagaimana kita menyusun argumentasi. Ingat struktur “pertanyaan-argumentasi-jawaban”, hal itu sangat ditentukan oleh bagian argumentasi.

Jika argumentasi adalah alasan-alasan ilmiah yang mendukung jawaban riset, maka argumentasi tersebut harus disusun dengan baik. Artinya kuat, tak terbantahkan, dan meyakinkan atau persuasif ketika disajikan kepada para pembaca.

Untuk mendapatkan argumentasi yang baik, harus disusun berdasarkan analisis terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan, kredibel, dan jelas. Dengan demikian, bukti-bukti ilmiah ini harus diperlakukan secara analitis dan kritis.

Apa itu Bukti Ilmiah?

Apa itu bukti ilmiah? Data yang teranalisis. Sementara, data adalah bahan-bahan yang digunakan untuk merumuskan jawaban riset. Bahan-bahan ini berupa informasi yang mengandung kuantitas maupun kualitas tertentu.

Baca Juga  Belajar Ilmu Agama itu Sangat Penting!

Informasi yang dijadikan bahan dalam konteks ini, bisa didapatkan dari berbagai literatur (buku-buku, jurnal, majalah, makalah, atau bahan kepustakaan penting lainnya). Bisa juga dari observasi, wawancara, dan lain sebagainya.

Ada bahan-bahan lainnya, namun bukan dikategorikan sebagai bukti ilmiah. Ada berbagai referensi yang fungsinya adalah memperkaya analisis dan pemahaman kita terhadap bukti ilmiah tersebut.

Juga sebagai rujukan dalam menafsirkan berbagai hasil analisis yang dicapai. Jenis bahan ini, disebut sebagai referensi untuk analisis dan interpretasi. Semacam bahan perbandingan dari berpikir kritis yang kita upayakan.

Outline Argumentasi

Kembali ke perkara pokok penyusunan outline dan secara spesifik, outline argumentasi. Hal ini bisa dimulai dari pertanyaan: apa saja alasan-alasan yang masuk akal yang kita ajukan, sehingga kita punya kecenderungan akan jawaban riset tertentu?  Nah, alasan-alasan ini bisa kita tulis terlebih dahulu.

Kemudian, kita bisa melanjutkan dengan pertanyaan: mengapa alasannya demikian dan bagaimana penjelasannya? Lalu secara lebih spesifik, mengarah kepada pertanyaan: apa bukti-bukti ilmiah yang mendukung dan membuktikan kebenaran alasan dan penjelasan itu? Bagaimana pula penjelasan mengenai bukti-bukti yang kita ajukan?

Membuat outline argumentasi, berarti berorientasi menjawab berbagai pertanyaan tersebut secara kritis, analitis, dan sistematis. Ketika kita mengerjakan skripsi dan dimulai dari pembuatan outline, lalu melakukan riset terlebih dahulu sebelum menulis secara sempurna, maka draft skripsi kita akan jauh lebih mudah diselesaikan.

Setiap outline yang ada, harus dilengkapi dengan timeline/deadline; kapan kita harus menyelesaikannya. Ingat, kita mesti disiplin dalam mengerjakan skripsi kita, sesuai dengan jadwal yang sudah kita tentukan sendiri.

Editor: Yahya FR

Avatar
89 posts

About author
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Direktur Riset RBC Institute A Malik Fadjar.
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *