Perspektif

Belajar Ilmu Agama itu Sangat Penting!

4 Mins read

Motivasi Mempelajari Ilmu Agama

Ilmu Agama – Salah satu kitab fikih kontemporer yang santri sangat mudah mempejarinya adalah kitab Taqrirotus Sadidah fil Masa’il Mufidah. Pengarang kitab ini adalah Syekh Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaff. Sedangkan Muhaqqiq kitab ini adalah Habib Zein bin Ibrahim bin Smit.

Pada pembukaan kitab, Habib Zein menulis tentang artikel yang membahas tentang motivasi mempelajari dan mendalami ilmu agama. Pada kesempatan kali ini, saya coba mengulas dan menarasikan motivasi dan pesan-pesan yang ingin disampaikan Habib Zein melalui artikel singkat ini.

Ketahuilah! Bahwasanya Allah menciptakan makhluk supaya megetahui dan mengabdi kepada-Nya. Kunci pengetahuan dan pengabdian kepada Allah adalah ilmu. Seseorang tidak akan bisa memperoleh ilmu kecuali dengan belajar.

Ada sebuah syair sebagaimana berikut :

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمًا       #       وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هَوَ جَاهِلٌ

وَإِنَّ كَبِيْرَ الْقَوْمِ لَا عِلْمَ عْنْدُهُ       #       صَغِيْرٌ إِذَا الْتَفَّتْ عَلِيْهِ الْمَحَافِلُ

Artinya : Belajarlah! Karena tidaklah seorang pun lahir dalam keadaan alim. Tidaklah sama orang yang memiliki pengetahuan dengan orang bodoh. Sesungguhnya pembesar kaum bila tidak memiliki ilmu itu merupakan (sebagai orang) kecil apabila ia berkumpul dengan orang-orang.

Estafet Pengajaran Ilmu Agama Islam

Begitupula dengan kehidupan manusia sebelum adanya Islam. Mereka adalah orang-orang yang bodoh (dalam bidang akidah) yang mana mereka menyembah kepada berhala. Mereka memakan makanan yang haram, memutus silaturahim, berbuat dosa-dosa besar.

Kemudian Allah mengutus rasul kepada mereka sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan dengan ada syariat Islam. Mereka menyampaikan wahyu serta membimbing umat manusia.

Para ulama yang ‘amilun, para dai yang menasehati (ad-Du’atun Nashihun). Merekalah para pengganti rasul dan risalah kenabian kemudian meneruskan perjuangan. Sehingga ajaran-ajaran agama masih tetap ada. Melewati proses begitu panjang, hingga sampai kepada kita berkat perantara para ulama itu.

Baca Juga  How To Technology In 10 Minutes And Still Look Your Best

Kemudian, agama kita adalah agama Islam yang tegak atas dasar ilmu atau pengetahuan. Maka, sangat tidak ada anjuran sekali bagi seorang Muslim itu jauh dari cahaya ilmu. Akan tetapi seharusnya kita mengambil bagian dari estafet dakwah kenabian.

Karena para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, para nabi hanya mewariskan ilmu. Ilmu adalah hidupnya hati dari orang yang buta, lentera pengelihatan dari kegelapan. Sungguh agama Islam sangat menganjurkan sekali untuk mempelajari semua ilmu, lebih-lebih ilmu fikih.

***

Ilmu fikih adalah intinya Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

 قَلْ هَلْ يَسْتَوِيَ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا وَالَّذيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ

Artinya, “Katakanlah (wahai Muhammad), apakah sama antara orang yang mengetahui (ilmu agama) dan orang yang tidak mengetahui (ilmu agama) ?” (Az-Zumar ayat 09).

وَقَلْ رَبِّ زِدْنَيْ عِلْمًا

Artinya, “Katakanlah (Muhammad), tuhanku tambahkanlah ilmu kepada ku” (Thaha : 114).

Begitu pula dengan hadis sebagaimana berikut :

اُطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ فِيْ الصِّيْنِ

Artinya, “carilah ilmu sekalipun sampai ke negeri China” (HR. Al-Baihaqi).

مَنْ يُرِدِ اللهُ خيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

Artinya, “barangsiapa Allah menghendaki kebaikan kepada-Nya, maka Allah pahamkan ia dalam ilmu agama. (HR. Imam Bukhari, [nomer : 71] dan HR. Imam Muslim, [juz dua, halaman 718], hadits nomer 1037.

تَفَقَّهْ فَإِنْ الْفِقْهَ أَفْضَلُ قَائِدِ                    إِلَى الْبِرِّ وَألتُّقْوَى وَاَعْدَلُ قَاصِدِ

وَكُنْ مُسْتَفِيْدًا كُلَّ يَوْمٍ زِيَادَةً                  مِنَ الْفِقْهِ وَاسْبَحْ فِيْ بُحُوْرِ الْفَوَائِدِ

هَوَ الْعِلْمُ الْهَادِي إِلَى سُنَنِ الْهُدَى            هَوَ الْحِصْنُ مَنْ جَمِيْعِ الشّدَائِدِ

وَإِنَّ فَقَيْهًأ وَاحِدًا مُتَوَرِّعًا                    أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدِ

Artinya :

Belajar ilmu fikih karena ilmu fikih itu sebaik-baik penuntun kepada kebaikan dan ketakwaan serta paling adilnya sesuatu yang menyampaikan tujuan. Jadilah orang yang selalu bertambah keilmuan fikihnya setiap hari. Menyelamlah dalam lautan faidah ilmu fikih. Ilmu fikih adalah ilmu yang memberikan petunjuk kepada sunah-sunah Allah. Ilmu fikih adalah benteng dari seluruh kejelekan. Sesungguhnya satu orang ahli fikih dan yang warak itu lebih berat oleh syetan (untuk menggodanya) dari pada seribu orang ahli ibadah (tapi tidak ahli fikih).

Memperdalam Ilmu Agama itu Sangat Penting!

Ketahuilah! bahwasanya mendalami ilmu agama itu lebih penting daripada memperbanyak wirid dan zikir. Mempelajari ilmu fikih itu hukumnya fardhu ‘ain karena sahnya ibadah, muamalah, munakahat, itu bergantung padanya.

Baca Juga  Mana yang Lebih Penting, Ibadah atau Akhlak?

Mempelajari ilmu fikih itu berubah hukumnya menjadi fardhu kifayah bila kita hendak berfatwa atau memutuskan suatu hukum dalam ilmu agama. Tentunya persoalan yang perlu kita pelajari tidak sekadar persoalan ibadah, muamalah, dan munakahat saja.

Mempelajari fikih itu sunah hukumnya bila kita memang hendak menyelami ilmu fikih. Perbuatan ini adalah paling utamanya ketaatan serta sebagai bentuk infaq (sedekah) pada nafas kehidupan yang telah Allah berikan.

Dalam sebuah hadits ada sebuah riwayat :

لَكُلِّ شيْئٍ عِمَأدٌ وَعِمَادُ هَذَا الدِّيْنِ اَلْفِقْهُ

Artinya, “segala sesuatu itu memiliki pondasi. Sedangkan pondasi agama (Islam) ini adalah fikih”. (HR. Ad-Daruquthni)

مَا عُبِدَ اللهُ بِشَيْئٍ أَفْضَلُ مِنْ فَقْهٍ فِيْ الدِّيْنِ

Artinya, “tidaklah ada sesuatu yang menyembah kepada Allah lebih utama dengan daripada (berdasarkan) fikih dalam agama”. (HR. Al-Baihaqi)

خِيَارُكُمْ فِيْ الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِيْ الْاِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوْا

Artinya, “sebaik-baik kalian psfs masa jahiliyah adalah sebaik-baik kalian ketika datang Islam apabila mereka mendalami ilmu fikih” (HR. Bukhari).

Maksudnya mereka menjadi orang yang mengetahui hukum-hukum syariat.

Posisi Ilmu Fikih

Dengan adanya penjelasan ini, ilmu fikih menempati posisi yang tinggi. Karena dengan ilmu fikih umat Islam bisa menjaga kehidupan mereka, baik urusan agama maupun duniawi. Dengan ilmu fikih, umat Islam dapat membedakan mana itu ibadah dan mana itu adat.

Sesungguhnya orang-orang Islam itu paling tinggi derajatnya daripada seluruh umat, baik dunia ini maupun setelah kematian nanti. Penjelasan ini sebagaimana kabar yang ada dalam firman Allah SWT. :

وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ

Artinya, “janganlah kamu (merasa) lemah, janganlah kamu (merasa) sedih. Sesunggunya kalian itu derajatnya paling tinggi jika kalian beriman”. (Ali Imran ayat 139)

Baca Juga  Mana yang Lebih Tepat, "Disabilitas" atau "Difabel"?

Maka sesungguhnya orang-orang Islam tidak mendominasi dan tidak didominasi kecuali dengan mendalami ilmu agama sebagaimana penjelasan tentang pentingnya belajar ilmu agama tadi.

Maka wajib bagi pemuda-pemuda Islam untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencari ilmu yang mulia dan mendalami ilmu agama. Hingga mereka menjadi sebaik-sebaik generasi modern (kholaf) karena ikut pada generasi orang-orang sholih zaman dahulu (salaf).

Maka kita memohon kepada Allah SWT. supaya Ia memperlihatkan kebenaran kepada kita serta memberi taufiq kepada kita supaya dapat mengikuti kebenaran itu. Serta semoga Allah menampakkan kebatilan kepada kita dan memberika taufiq supaya kita dapat menjauhinya.

Semoga keinginan kita selalu mengikuti kepada apa-apa yang oleh nabi Muhammad SAW. ajarkan, baik secara dzahir dan batin. Dalam keadaan sehat serta selamat.

Editor: Yahya FR

Alfin Haidar Ali
3 posts

About author
Suka menulis sejak sekolah di Madrasah Aliyah Nurul Jadid. Saat ini kuliah di Ma’had Aly Nurul Jadid, Paiton-Probolinggo, Jawa Timur. Mengelola media sosial di lembaga pendidikannya. Senang menulis di buku tulis maupun media sosial.
Articles
Related posts
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *