Perspektif

Kiprah Al-Bantani dan Keadaan Literasi di Banten

4 Mins read

Oleh: Finka Setiana Adiwisastra*

Banten memiliki tokoh inspiratif yang reputasi dan jasanya senantiasa dikenang oleh zaman, ialah Syekh Nawawi Al-Bantani. Seorang ulama hebat yang punya pengaruh besar bagi Indonesia terutama masyarakat Banten melalui karya-karya agungnya berupa ratusan kitab dengan berbagai pemikiran dan perspektif Islam yang menjadi rujukan sangat penting.

Berdasarkan pengalaman dan perkembangan intelektualnya, ia lebih banyak berada di Arab. Namun karyanya tetap membumi di Indonesia. Kemudian menjadi bahan ajar bagi pesantren dan madrasah, salah satunya di Banten, pada masa lampau hingga masa kini. Dirinya juga seorang intelektual sejati dan produktif dalam berkarya dengan kurang lebih 115 kitab yang beliau tulis banyak diterjemahkan dalam bahasa Melayu maupun bahasa asing.

Ini membuktikan bahwa pada saat itu Al-Bantani sudah mulai mengukir sejarah gemilang melalui dimensi literasi. Hal ini semestinya menjadi teladan dan sumber motivasi bagi perkembangan dimensi literasi yang berada di Banten.

Perlunya Baca-tulis

Literasi sebagai bentuk riil dari curahan pemikiran, gagasan dan argumen yang berkolaborasi dengan ilmu pengetahuan sehingga dapat menorehkan sejarah. Dalam perkembangannya sejarah ditandai oleh peranan aktif seseorang dalam membaca dan menulis untuk memberikan perubahan yang signifikan. Seseorang dapat mempunyai peranan penting dalam mengaktualisasikan dirinya dalam dimensi kreatifnya.

Aktivitas membaca dan menulis merupakan aktualisasi mencipta, menyatu dengan lingkungan, dan pengalaman penting yang kemudian menggiring seseorang untuk memasuki dimensi sejarah dan budaya. Oleh sebab itu, perkembangan zaman senantiasa memiliki pernak-pernik literasi dalam bentuk prasasti maupun karya budaya. Keduanya dapat membuat seseorang paham runtutan peristiwa dan eksistensi kebudayaan di masyarakat.

Literasi melalui aktivitas baca dan tulis sebagai tanda budaya yang membuat seseorang mengenal, memahami, dan mengaktualisasi pesan budaya dalam kehidupannya. Kebiasaan baca dan tulis senantiasa membersamai zaman, karena itu kegiatan ini tidak luput dari dinamika kehidupan manusia.

Baca Juga  Emansipasi Wanita untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah

Pengembangan Literasi di Banten

Baca dan tulis menjadi bagian dari kompleksitas gagasan atau perasaan yang berupaya membuat seseorang paham. Maka tidak aneh jika peradaban Islam menganjurkan umat Islam untuk mempelajari syariat Islam melalui perantara literasi Al-Qur’an dan As-Sunnah agar umatnya paham semua ajaran yang terkandung di dalamnya.

Perkembangan tradisi baca dan tulis sebagai ekspresi dahsyatnya intelektual dan moral yang punya peranan penting dalam character building masyarakat, menampilkan energi positif masyarakat dalam gagasan dan potensinya, serta memberanikan masyarakat untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsanya.

Pengembangan dimensi literasi menjadi upaya untuk mencerdaskan masyarakat dengan memaksimalkan potensi yang dikarunai Tuhan. Banten dikenal dengan SDM yang maju di antaranya mereka ada yang menjadi ulama, pemimpin, dan tokoh intelektual. Selain SDM, Banten juga memiliki SDA, seni, tradisi, dan nilai-nilai kebudayaan yang masih terawat dengan baik.

Maka keunggulan-keunggulan ini perlu dioptimalkan dengan sebaik mungkin demi sosial, ekonomi, politik, budaya, serta ilmu pengetahuan yang progresif.

Pengembangan Dimensi Literasi

Adapun pengembangan dimensi literasi menurut Miller dan McKenna (2016) terdapat empat faktor yang mempengaruhi aktivitas literasi diantaranya: 1) Proficiency atau kecakapan yang menjadi syarat awal seseorang untuk mengakses sumber literasi. Melek aksara misalnya menjadi salah satu syarat kecakapan yang perlu dimiliki seseorang untuk memahami teks tertulis.

2) Access merupakan sarana pendukung bagi seseorang untuk memanfaatkan sumber informasi seperti toko buku, perpustakaan, dan media massa.

3) Alternatives sebagai perangkat teknologi informasi dan hiburan yang menjadi alat bantu seseorang dalam mengakses sumber informasi.

4) Culture atau budaya sebagai pembentuk kebiasaan literasi dari keluarga, komunitas, dan lingkungan dalam mempengaruhi aktivitas literasi dengan mentransfer nilai, norma, atau gagasan.

Empat kerangka berpikir di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas literasi memunculkan dimensi-dimensi literasi. Dimensi tersebut terdiri dari Dimensi Kecakapan (Proficiency), Dimensi Akses (Access), Dimensi Alternatif (Alternatives), dan Dimensi Budaya (Culture). Semuanya berperan penting dan berkaitan satu sama lain dalam merealisasikan aktivitas literasi. Jika salah satu faktor saja tak berfungsi maka akan mempengaruhi faktor yang lain sehingga akan mungkin terjadi ketidakseimbangan.

Baca Juga  Shalat Tarawih Lambat, Sedang, Cepat, Mana yang Paling Diminati?

Kecakapan membaca dapat mempengaruhi seseorang dalam mengakses bahan bacaan atau sumber informasi secara optimal. Begitupun kecakapan mengakses informasi dengan perangkat teknologi informasi akan mempengaruhi bagaimana seseorang dapat menggunakan teknologi tersebut untuk mengakses informasi.

Upaya Meningkatkan Indeks Literasi

Pemerintah provinsi atau kabupaten/kota di Banten sudah saatnya membantu daerah-daerah di Banten yang rendah dalam indeks literasi dan peka dalam peningkatan dimensi literasi pada masyarakat di daerah tertinggal. Hal ini akan berpengaruh pada peningkatan kualitas SDM yang akhirnya akan memicu akselerasi pembangunan Banten. Mengingat smart city dapat terealisasi dengan adanya SDM yang berkualitas.

Pemerintah provinsi atau kabupaten/kota di Banten perlu meningkatkan dimensi akses di Banten yang menurut Puslitjakdikbud (2019) masih berada pada tingkatan persentase yang rendah sebesar 27,66 % menuju tingkatan persentase yang sangat tinggi dengan meningkatkan akses terhadap sumber literasi di sekolah maupun masyarakat.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah ekspansi akses literasi di masyarakat dengan merealisasikan satu desa satu perpustakaan melalui dana desa. Permendes Nomor 22 tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa menyebutkan bahwa pemanfaatan dana desa salah satunya diprioritaskan untuk pembangunan di bidang pendidikan yang diantaranya untuk membangun sarana PAUD dan perpustakaan desa.

Sedangkan ekspansi literasi di sekolah perlu dilakukan dengan meningkatkan akses literasi di sekolah dengan terpenuhinya standar sarana dan prasarana sekolah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah.

Peran Pemerintah

Pemerintah provinsi atau kabupaten/kota di Banten perlu meningkatkan dimensi budaya di Banten yang menurut Puslitjakdikbud (2019) masih berada pada tingkatan persentase yang rendah (sebesar 25,97%). Dengan demikian, upaya pembiasaan membaca kepada pelajar melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang perlu diseimbangkan dengan upaya pembiasaan membaca di rumah. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota perlu menerapkan kebijakan “Jam Membaca” atau “Jam Belajar Masyarakat” pada momen-momen berkumpul bersama keluarga, sebagaimana yang sudah diterapkan di sejumlah daerah.

Baca Juga  PSBB Ujian Kesabaran Melawan Corona

Upaya sosialisasi mengenai kegemaran membaca melalui perpustakaan dan komunitas literasi serta pelaksanaan festival buku (book fair) merupakan upaya efektif untuk meningkatkan kegemaran membaca di kalangan masyarakat. Pemerintah perlu memberikan apresiasi kepada daerah yang sudah menggalakkan aktivitas literasi di daerahnya. Agar kegiatan semacam ini menjadi teladan yang dapat ditiru oleh daerah lain.

Begitupun pemerintah perlu memberikan apresiasi kepada komunitas atau pegiat literasi yang sudah memperjuangkan aktivitas literasi. Supaya mereka lebih termotivasi lagi dalam menggaungkan aktivitas literasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Peran Swasta dan Masyarakat

Dunia usaha atau pihak swasta perlu mendukung pemenuhan akses terhadap bahan literasi dengan tanggungjawab dana sosial dengan membangun perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, dan perpustakaan komunitas. Tidak ketinggalan mendukung eksistensi perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah dalam penambahan koleksi buku atau sarana literasi lainnya. Juga mendukung adanya pelatihan atau pengembangan SDM bagi pegiat literasi atau petugas pengelola perpustakaan.

Masyarakat atau pegiat literasi terlibat dalam meningkatkan aktivitas literasi di lingkungannya yang diantaranya memiliki perpustakaan mini di rumah sebagai the center of knowledge. Keterlibatan juga dapat dilaksanakan dalam pelaksanaan kebiasaan membaca secara rutin bersama keluarga.

Selain itu, masyarakat perlu mendukung eksistensi komunitas literasi di wilayah tertentu atau menjadi donatur bantuan buku bagi pengembangan aktivitas literasi lewat sekolah maupun komunitas literasi.

*) Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Universitas Lampung

Editor: Nabhan

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Tiga Tipologi Aktualisasi Diri Anak Muda: Tentang Aktivisme dan Pendidikan

4 Mins read
Menjadi aktivis Muhammadiyah yang kuliah di kampus Muhammadiyah itu rasanya menyenangkan. Apalagi mendapatkan beasiswa penuh dari Muhammadiyah. Ditambah dengan bantuan dana ketika…
Perspektif

Indonesia Berkemakmuran, Kemakmuran untuk Semua

4 Mins read
Menyongsong Milad ke-112 tahun ini, Muhammadiyah mengambil tajuk “Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua”, tema yang sama juga akan digunakan sebagai identitas acara Tanwir…
Perspektif

Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah: Sudahkah Dakwah Muhammadiyah Wujudkan Kemakmuran?

3 Mins read
Beberapa hari yang lalu, ketika ibadah Jumat, saya kembali menerima Buletin Jumat Kaffah. Hal ini membawa saya pada kenangan belasan tahun silam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds