Mesir di bawah pemerintahan Muhammad Ali Pasha, mengalami kemajuan yang pesat dari bidang pertahanan, hingga gerakan Konstitusioner. Gerakan Konstitusioner, suatu kegiatan peterjemahan buku-buku berkaitan non eksaks, dan peterjemahan buku-buku riwayat hidup para pemimpin bangsa barat, maupun buku-buku sejarah revolusi Perancis, yang dipimpin oleh Rafi Rifa’ah. Dari gerakan Konstitusioner yang dipelopori Rafi Rifa’ah inilah, menghantarkan Mesir menjadi negara Mesir modern.
Muhammad Ali Pasha bukan asli Mesir, meski bukan orang Mesir asli, kontribusinya membangun Mesir tidak diragukan lagi. Ia berasal dari keluarga Turki, yang menetap di Mesir. Pada masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha, ia menjadikan Mesir sekelas negeri Paris di Timur Tengah. Modernisasi sistem, dan adminitrasi negara yang digalakannya menjadikan Mesir, sebagai negara maju yang disegani dunia luar.
Riwayat Hidup Muhammad Ali Pasha
Muhammad Ali Pasha Al-Mas’ud ibn Agha keturunan Turki, yang lahir di Kawala, Macedona, Yunani 4 Maret 1769. Ia berasal dari keluarga tidak mampu yang orang tuanya bekerja penjual rokok. Masa kecilnya dihabiskan bekerja membantu orang tua, sehingga pendidikan pun ia tidak mendapatkannya dan. Akibatnya Pasha tidak pandai menulis. Menginjak dewasa waktunya dihabiskan sebagai pemungut pajak bagi Utsmani.
Ia dikirimkan pemerintah Utsmani memberi pelajaran penduduk desa yang terlambat membayar pajak pada pemerintah. Sejak ia bekerja sebagai pemungut pajak, hal ini membuat perilaku sikapnya keras, dan kasar. Merampas, merampok harta rakyat sudah biasa dilakukan, dan timbullah kericuhan memaksa orang membayar uang yang dituntut, meski memberatkan mereka.
Sifatnya yang keras dan arogan saat bertugas menjadi pemungut pajak, ia dianggap mempunyai kecakapan dalam pekerjaan ini. Ia akhirnya diangkat menjadi pembantu gubernur dalam perpajakan, dan dimasukan dinas militer. Di dunia militer, ia juga memiliki bakat, minat, dan kecerdasannya yang tampak terlihat karirnya kian sukses. Dari mulai tingkat Tamtama, perwira, wakil komandan, kolonel, hingga menjadi orang penting dalam politik.
Peristiwa perebutan Mesir oleh pasukan Muhammad Ali Pasha terjadi, ketika Napoleon menguasai Mesir. Sebelum ke medan perang, ia mengadakan pendekatan kepada rakyat Mesir, yang akhirnya menimbulkan rasa benci terhadap orang Mamluk dan pemerintah Utsmani. Di samping itu, di dalam tubuh pasukan Muhammad Ali terdiri, dari orang Turk, dan Albania membuat pasukannya menjadi kuat merebut Mesir dari tentara Napoleon. Semenjak itu, Muhammad Ali Pasha mengangkat dirinya sebagai Pasha baru di Mesir, kemudian diakui oleh Sultan Utsmani tahun 1803.
Memimpin Mesir Bersifat Diktaktor
Sejak Muhammad Ali Pasha berkuasa penuh di Mesir yang memiliki pemerintah pusat Kesultanan Utsmani. Masyarakat muslim dan rakyat Mesir tidak memiliki organisasi, untuk menyampaikan aspirasi, atau kritikan terhadap pemerintah atas tingkah laku para pejabat akhirnya ia bersikap diktaktor.
Muhammad Ali Pasha dalam mengendalikan pemerintahannya, meski ia memiliki pembantu, dan penasehat bidang politik, tetapi keputusan terakhir hanya ada di tangannya. Indikasi Ia diktaktor, terlihat dari mahasiswa yang dikirim ke Eropa, dilarang mempelajari politik, dan kembali ke Mesir diwajibkan menerjemahkan buku-buku militer.
Indikasi lain, membuktikannya sebagai diktator, juga terlihat dari sikapnya terhadap sistem politik modern. Ia melarang penterjemahan buku Machiavelli, yang membahas tentang pasang surutnya negara, Dari disinilah, dapat diketahui keinginan Muhammad Ali Pasha, untuk mempercepat terwujudnya program pemerintah demi kestabilan pemerintahannya.
Menumpas Pemberontakan Kaum Wahabi
Semenjak Muhammad Ali Pasha diangkat menjadi Gubernur jendral kawasan Timur Tengah, yang berkedudukan di Mesir. Gerakan Wahabi terus melakukan gerakan dipelbagai wilayah di Mesir. Selama 8 tahun sudah Mesir di bawah kekuasaan Wahabi, yang mendorong Ali Pasha berusaha melakukan serangan mengusir Wahabi dengan mengirim pasukan.
Pasukan ini ditugaskan membebaskan tanah Hejaz, yaitu: Mekah, Madinah,dari tangan Wahabi. Pasukan Muhammad Ali Pasha ketika itu berhasil melakukan serangan terhadap Wahabi terjadi pada tahun 1879-1804 M, atau 7 tahun lamanya yang tidak sedikit memakan korban manusia, dan harta benda. Akhirnya pasukan yang dipimpin oleh Ali Pasha, berhasil memukul mundur kelompok Wahabi.
Pada saat itu, pasukan Ali Pasha menangkap Muhammad, salah satu cucu Muhammad Abdul Wahab. Hal ini bukan berarti Gerakan ini mati, tiada aktivitas melainkan, gerakan makin leluasa melakukan aksinya apalagi, setelah dijadikan paham resmi negara Arab Saudi membuat Wahabi makin garang dan keras.
Bahasa Arab menjadi Bahasa Nasional Mesir
Bahasa Arab merupakan bahasa pengantar negara, lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan dari tingkat atas, sampai sekolah tinggi. Penetapan bahasa Arab, sebagai: bahasa Nasional. Adalah melestarikan budaya muslim Mesir, hingga pengembangan ilmu pengetahuan.
Usaha mewujudkan hal tersebut pemerintahan Muhammad Ali mendirikan percetakan-percetakan bahasa Arab disebarkan ke seluruh daerah dari lembaga pendidikan sampai lapisan masyarakat. Selain itu, pemerintah mengirimkan para pelajar Mesir melanjutkan studynya sesuai jurusan ke Turki hingga Inggris. Di Mesir dibangun rumah dan asrama menampung para pelajar dan pengawasnya.
Meniru Sistem Pemerintahan Perancis
Muhammad Ali Pasha, dalam menjalankan pemerintahannya meniru sistem pemerintahan Perancis. Hal ini terlihat dari perubahan status dari provinsi seberang Kesultanan Turki menjadi sebuah negara yang berdiri sendiri. Perubahan yang tampak adanya pembaharuan adminitrasi perpajakan, perluasan pelabuhan, pertanian, transportasi, hingga cara mendirikan industri sebagian besar mengikuti Perancis.
Sejak Muhammad Ali Pasha menjadi pasha baru di Mesir, Ia melakukan gebrakan pembaharuan tidak lain supaya programnya terealisasi. Oleh karena itu, setiap pelajar yang dikirim ke luar negeri diawasi secara ketat, agar tidak memiliki ilmu yang menimbulkan, akibat ketidakstabilan pemerintahannya.
Namun, di antara mereka yang terusir ke Eropa menguasai bahasa Eropa, dan ilmu pengetahuan. Dari sinilah, kemudian mereka pemikirannya menjadi maju dan berpikir realitis mempelajari ilmu politik, ketatanegaraan yang ditulis Voltaire, Ruseau, dan lainnya. Dari tulisan yang berasal dari Eropa, kemudian timbul ide-ide politik, paham pemerintahan republik, demokrasi parlemen, konstitusi, dan kebebasan berpikir.
Dari ide-ide dasar pemikiran tersebut, kemudian Muhammad Ali Pasha mengadakan percontohan paham demokrasi yang dilakukan Napeleon terhadap masyarakat Mesir, Pelajar Mesir yang pulang dari Eropa telah menguasai bahasa barat kemudian disebarluaskan secara langsung kepada tokoh masyarakat, dan rakyat dengan cara rahasia. Kembangkan peterjemahan buku-buku ilmu ketatanegaraan serta ilmu politik ke dalam bahasa Arab.
Gerakan Konstitusional
Sekolah penterjemah, disebut salah satu usaha mewujudkan gerakan Konstitusi yang mereka bangun sejak tahun 1836. Selain itu, didirikan pula sekolah modern, yang berbeda sekolah tradisional seperti sekolah militer, teknik, kedokteran hingga, sekolah pertanian.
Sementara itu, pelaksanaan peterjemahan dilakukan oleh dewan peterjemah yang diawasi langsung oleh staf ahli Muhammad Ali. Mahasiswa yang telah menamatkan studinya di Eropa tugas pertama kali menerjemahkan buku-buku keperluan sekolah, dari bahasa Perancis ke bahasa Arab.
Hal ini terjadi akibat hasil peterjemahan dari dewan penerjemah disebut tidak memuaskan, karena mereka tidak memiliki disiplin ilmu yang dikemukakan dalam buku hasil yang diterjemahkan, dan dianggap pekerjaan sambilan, atau mungkin sikap diktaktor pemerintah Muhammad Ali.
Menurut Harun Nasution dalam bukunya “Pembaharuan Dalam Islam”, tahun 1982, menyebutkan mahasiswa yang telah menyelesaikan studi, dan kembali ke Mesir, semuanya dikunci di sebuah benteng dekat istana Muhammad Ali. Mereka, kemudian diberi buku yang harus diterjemahkan dari bahasa Perancis ke bahasa Arab.
Sekolah peterjemah yang telah didirikan selanjutnya dipimpin oleh Rifa’ah Badawi Rafi’. Rifa’ah, kemudian mengatifkan peterjemahan buku-buku non eksaks mulai, dari filsafat, logika sejarah, hingga ilmu bumi yang dilaksanakan bagian sastra. Tidak hanya menerjemahkan berkaitan non eksaks, melainkan juga peterjemahan buku-buku riwayat hidup para pemimpin bangsa barat dan sejarah revolusi Perancis.
Buku ini berisi pemikiran mengenai taktik strategi, dan program pemerintah absolut digantikan pemerintahan republik, dan demokrasi. Ide-ide dalam buku itu disebarkan ke seluruh pelosok. Dari sinilah akhirnya, bangkitlah tokoh-tokoh Muslim Mesir menuju pembaharuan, dan dari diktaktor menuju pemerintahan republik, hingga muncullah Gerakan Konstitusional.
Model gerakan semacam inilah, secara perlahan meletakan dasar yang kuat, dan, akhirnya pula menumbangkan dan, menggulingkan pemerintahan diktaktor. Buku semacam inilah, yang dilakukan Rifa’ah Badawi Rafi’, dalam upaya penyuluhan bangsa Mesir, yang secara tidak langsung menumbangkan pemerintahan Muhammad Ali Pasha.