Tafsir

Kisah Maryam Hingga Kelahiran Nabi Isa AS dalam Al-Qur’an dan Hadits

9 Mins read

Segala bentuk kebesaran dan keagungan hanyalah milik Allah Swt, sebagaimana yang tergambar dalam penciptaan Nabi Isa As dalam Al-Qur’an berikut ini:

(60 ) إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (59) الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْت َرِينَ

59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.

60. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu. Karena itu, janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (QS. Ali Imran: 59-60)

Allah mengingatkan bahwa Dirinya mampu menciptakan Nabi Isa As tanpa melalui seorang ayah. Dengan satu firman (كُنْ فَيَكُونُ  )  “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. Itulah yang benar, maka Allah menyarankan agar iman kita tidak menjadi ragu-ragu karena pengaruh pendapat yang tidak jelas. Allah Swt memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk melakukan mubahalah terhadap orang yang ingkar kepada kebenaran tentang Isa sesudah adanya keterangan,

Maryam, Ibunda Nabi Isa AS adalah Wanita Shalihah

Maryam, yang merupakan putri dari pasangan Imran seorang tokoh Ulama Bani Israel dan seorang perempuan yang tak lain adalah saudara ipar Nabi Zakaria As (Hannah). Ibunya bernama Hannah binti Faqudz.

Maryam lahir dalam keadaan yatim. Maryam adalah seorang wanita yang begitu sabar, tulus dan tawakal dalam beribadah kepada Allah SWT. Bahkan nama Maryam diabadikan Allah sebagai nama surah dalam Alqur’an.

Maryam adalah seorang wanita yang begitu suci dan ia adalah wanita pilihan Allah. Allah berfirman dalam Alqur’an:

وَإِذْ قَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)”. (QS. Ali-Imran: 42)

Ada empat wanita ahli surga paling utama, salah satunya adalah Maryam, ibunya Nabi Isa As.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يُونُسُ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ، عَنْ عِلْباء، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: خَطّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأَرْضِ أَرْبَعَةَ خُطُوطٍ، وَقَالَ: “أَتُدْرُونَ مَا هَذَا؟ ” قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَفْضَلُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ: خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ مُحَمَّدٍ، وَمَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ، وَآسِيَةُ بِنْتُ مُزَاحِمٍ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ”

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abul Furat, dari Alba, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw membuat suatu garis di tanah sebanyak empat garis, lalu bertanya;

“Tahukah kalian apakah ini?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw. bersabda: (ini menggambarkan) wanita-wanita ahli surga yang paling utama. (yaitu) Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiah binti Muzahim bekas istri Fir’aun. (dalam Tafsir Ibnu Katsir)

Kelebihan Maryam binti Ali Imran

  1. Maryam terlahir dari silsilah keluarga yang mulia dan mendapat didikan dari Nabi Zakaria yang kebetulan pamannya sendiri (QS. Ali Imran: 33)
  2. Maryam adalah perempuan yang sangat menjaga kesucian dirinya. Maryam sama sekali tidak pernah tergoda dan menggoda laki-laki mana pun. Ia mendirikan Mihrab (rumah ibadah) tersendiri. Di Baitul Maqdis  (QS. Ali Imran: 37).
  3. Maryam adalah wanita beriman yang rajin beribadah dan perpuasa dan rajin beramal shaleh
  4. Maryam rajin berdoa kepada Allah (QS. Maryam: 18)
  5. Maryam sering mendapat rezqi yang berbeda dengan lainnya, tidak terduga, dan laduni dari Allah. (QS. Ali Imran: 37).
  6. Dalam QS. Al-Tahrim ayat 12 disebutkan bahwa Maryam termasuk min al-qanitin. “Qanit” berarti ketaatan spiritual dan agama, juga bermakna keteguhan dan ketenangan (QS. Al-Nisa: 34). Bentuk lain dari kata “qanit”, yaitu “qanata” memiliki makna hanya taat kepada Allah, bukan pada manusia (QS. Al-Baqarah: 116).

Tak pelak lagi jika Maryam dipilih lagi untuk menjadi wanita mulia yang mampu mengandungkan Nabi Isa As dan membesarkannya.

Dialog Maryam dengan Malaikat Jibril dalam Surah Maryam: 16-21

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Maryam ayat 16-21:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مَرْيَمَ إِذِ انْتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيًّا (16) فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا (17) قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا (18) قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لأهَبَ لَكِ غُلامًا زَكِيًّا (19) قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (20) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (21)

Baca Juga  Sayyid Qutb: Sastrawan Penulis Kitab Tafsir

16. Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,

17. maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

18. Maryam berkata, “Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.”

19. Ia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.”

20. Maryam berkata, “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!”

21. Jibril berkata, “Demikianlah; Tuhanmu berfirman, ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan’.” (QS. Maryam: 16-21)

Dialog Maryam dengan Malaikat Jibril dalam Ayat yang Lain

Allah menceritakan kepada Rasulullah Muhammad Saw kisah Maryam dan penciptaan putranya (yaitu Nabi Isa As) tanpa melalui proses seorang ayah. Tugas Rasulullah selanjutnya adalah menjadi memberi peringatan (مِنَ الْمُنْذِرِينَ). (Asy-Syu’ara: 193-194).

Makna dari lafadz (مَكَانًا شَرْقِيًّا  ) yaitu Baitul Maqdis. Maryam membuat suatu rumah untuk tempat ibadahnya. Maryam membuat hijab (حِجَابًا) menutupi dirinya dan bersembunyi dari pandangan/ pergaulan mereka (orang awam Bani Israil mereka).

Allah mengutus Malaikat Jibril berganti rupa menjadi manusia yang sempurna (بَشَرًا سَوِيًّا ) untuk menyampaikan wahyu.

Maryam merasa takut kepada Jibril, ia menduga bahwa yang datang itu manusia biasa (بَشَرًا سَوِيًّا)  hendak berbuat tidak senonoh terhadap dirinya. Dengan bahasa yang sangat halus Maryam memyampaikan perasaannya, “Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.”

Kemudian Jibril memperkenalkan dirinya bahwa ia bukan manusia biasa, melainkan adalah Jibril, utusan Allah. Jibril pun menyampaikan misinya bahwa ia diutus Allah untuk menyampaikan kabar gembira, jika Allah akan mengkaruniakan kepadanya seorang anak bayi laki-laki yang suci (غُلامًا زَكِيًّا). Bahkan Allah sudah menentukan namanya sekalian yaitu Isa bin Mayam. (QS. Ali-Imran: 45-46)

Tercenganglah Maryam mendengarkan perkataan Malaikat itu. Maryam merasa heran dengan berita tersebut, “sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina”. (Maryam: 20), Maryam percaya apa yang dia katakan, yaitu bahwa dia adalah utusan Allah. Sebab itu tidaklah dia akan berdusta.

***

Apalagi Maryam sendiri sebagai telah kita ketahui riwayat hidupnya sejak dari kecilnya, adalah seorang anak perempuan yang sangat shalih. Dan jika utusan Allah itu mengatakan pula bahwa dia akan menyampaikan anugerah Tuhan, yaitu anak laki-laki, Maryam pun percaya. Tetapi dia tidak mengerti bagaimana dia seorang anak perawan akan diberi anak:

Maka Malaikat itu berkata kepadanya dalam menjawab pertanyaannya, bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman, “Sesungguhnya Dia akan menciptakan darimu seorang anak laki-laki, sekalipun kamu tidak punya suami dan kamu tidak pernah melakukan perbuatan lacur.” Karena sesungguhnya Dia Maha Kuasa terhadap semua apa yang dikehendaki­Nya. ‘Hal itu adalah mudah bagi-Ku”

Allah menjadikan kelahiran Nabi  Isa dengan cara tidak wajar ini adalah merupakan satu ayat/tanda kebesaran Allah, dan menjadi rahmat bagiumat manusi. dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami (ayat 1`)

Keistimewaan Kelahiran Nabi Isa AS

  1. Kelahirannya merupakan ayat keagungan Allah, bahwa Allah mampu dan kuasa untuk berbuat sesuai dengan kemauan (iradah-Nya) yang berbeda dengan yang lain. Sedangkan menjadikan seluruh isi Alam ini, baik di langit ataupun di bumi, daripada tidak ada lalu diadakan, mudah saja bagi Allah. Sedangkan Matahari yang selalu menerangi bumi ini, telah berjuta-juta tahun masih menyala dan belum padam-padam apinya. Padahal besarya berjuta kali besarnya bumi, sampai sekarang, sampai kelak masih bernyala; semuanya itu mudah saja bagi Allah. Apalagi kalau hanya akan menciptakan seorang anak laki-laki dilahirkan oleh seorang anak perawan yang masih suci.
  2. Kelahiran Nabi Isa As adalah rahmah Allah begi seleuruh manusia. Lahirya seorang anak laki-laki suci dari anak perawan suci Maryam itu kelak, bukanlah semata-mata tanda atau ayat guna menunjukkan Kemaha-kuasaan Allah, bahkan juga Rahmat. Sebab lahirya itu kelak ialah membawa tugas, menjadi Rasul Allah.

Kisah Kelahiran Nabi Isa AS dalam Al-Qur’an dan Tafsir Ibnu Katsir

Maka mengandunglah Maryam sesuai dengan keputusan Allah dengan takdir-Nya. Kian lama kian terasa kandungannya itu. Sebagai seorang anak perawan yang shalih dan tekun kepada llahi, dari keluarga yang teguh percaya kepada Allah, kehamilannya itu diterimanya sebagai suatu bagian dari Iman.

Baca Juga  Nabi Muhammad & Nabi Isa, Siapakah yang Lebih Mulia?

Tentu orang akan bertanya-tanya, siapa gerangan yang telah merusakkannya. Maka untuk menyelamatkan anak yang dalam kandungan itu dan menyelamatkan dirinya daripada tuduhan-tuduhan yang hina.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, terdapat seorang lelaki saleh dari kalangan kerabatnya, yang juga ikut berkhidmat mengurusi masjid Baitul Muqaddas; ia dikenal dengan nama Yusuf An-Najjar. Maka ketika Yusuf melihat perut Maryam semakin besar ia tidak mempercayai hal tersebut, karena sepanjang pengetahuannya Maryam adalah wanita yang bersih suci lagi rajin beribadah dan kuat agamanya. Ia pun memberanikan diri bertanya kepada Maryam.

Yusuf berkata, “Apakah ada pohon tanpa biji, dan apakah ada tanaman tanpa benih, dan apakah ada seorang anak tanpa ayah?” Maryam menjawab, “Ya.” Maryam memahami apa yang dimaksud oleh Yusuf dalam kata sindirannya itu.

***

Maryam melanjutkan perkataannya, “Adapun tentang pertanyaanmu yang mengatakan bahwa bisakah ada pohon tanpa biji, tanaman tanpa benih? Sesungguhnya Allah menciptakan pepohonan dan tanam-tanaman pada pertama kalinya tanpa biji dan tanpa benih. Dan mengenai pertanyaanmu, bisakah lahir anak tanpa ayah? Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan Adam tanpa melalui ayah juga ibu.” Akhirnya Yusuf percaya kepada kesucian Maryam dan memaklumi keadaannya.

Berita kehamilannya telah tersiar di kalangan kaum Bani Israil. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya yang menghamilinya tiada lain adalah si Yusuf. Mereka mengatakan demikian karena di dalam gereja itu tiada yang bersama dengan Maryam selain Yusuf. Akhirnya Maryam bersembunyi dari orang banyak dan membuat hijab penghalang bagi dirinya, sehingga orang-orang tidak dapat melihatnya dan dia pun tidak dapat melihat mereka. Demikian Ibnu Katsir.

Untuk menghindari pergunjingan tersebut, “Lalu dia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (ujung ayat 22)  Tempat yang beliau pilih ialah desa Baitlaham (Bethlehem), yang jauhnya sekira-kira 8 Mil dari Baitul Maqdis. “Maka rasa sakit akan melahirkan memaksanya bersandar ke pangkal pokok korma.” (ayat 23). Ini menunjukkan betapa jauh terpencilnya Maryam menyisihkan diri. Dan di situlah dia mencari tempat yang sunyi dan teduh. Maryam melahirkan anaknya tercinta, yaitu Nabi Isa bin Mayam As.

***

Ibnu Katsir menambahkan, dalam hadis isra melalui riwayat Imam Nasai dari Anas dan riwayat Imam Baihaqi dari Syaddad ibnu Aus telah disebutkan bahwa hal itu terjadi di Baitul Lahm (tempat penyembelihan hewan alias pejagalan). Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.

Pendapat inilah yang terkenal dikalangan orang banyak dan diterima oleh mereka. Kalangan kaum Nasrani pun tidak meragukan bahwa Isa dilahirkan di desa/ kota Baitul Lahm (Bethelhem); pendapat ini diterima di kalangan mereka, yang dipopulerkan dengan kandang domba di tengah domba-domba tersesat.

Dalam hal yang demikian fikiran berjalan juga, anak akan lahir, bapanya tidak ada. Dia sendiri percaya bahwa ini kehendak Tuhan. Tetapi apakah kaumnya akan percaya? Siapa yang akan percaya? Padahal selama ini tidaklah pernah perawan mengandung tanpa laki dan anak lahir tidak terang siapa ayahnya? “Seraya berkata: “Wahai alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini,” yaitu sebelum hal yang ganjil ini terjadi: “Dan jadilah aku seorang yang tidak berarti, lagi dilupakan.” (ujung ayat 23). Tidak ada orang yang tahu, tidak ada orang yang mengenal dan tidak sampai menjadi buah mulut orang.

Kian dekat dengan detik-detik kelahiran, kian terasalah bagi Maryam akan sakit dan derita itu. Maka atas perintah Allah, Malaikat Jibril menghiburnya, (أَلا تَحْزَنِي  ) Janganlah engkau bersedih karena proses kelahiran ini. (ayat 24). Allah telah menyediakan fasilitas di dekatnya. Ada pohon kurma (النَّخْلَةِ ) yang lebat dan buahnya sudah masak. Goyangkan saja pohon kurma itu, maka buahnya akan berjatuhan, dan Maryam bisa menikmatinya. Tak jauh dari situ ada sungai (سَرِيًّا) yang bersih dan jernih airnya, sehingga Maryam bisa minum, mandi dan sekaligus memandikan anaknya.

***

Di situ Maryam bisa bersenang-senang dengan anaknya. (وَقَرِّي عَيْنًا  ) “Wa Qarrii ‘ainan”; kita artikan tenangkanlah hatimu. Kalau menurut arti harfiyahnya ialah tenangkanlah matamu!. Allah berfirman, jika nanti ketemu dengan orang lain, katakan saja, ““Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (ayat 26).

Baca Juga  Metode Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Abdur Rahman ibnu Zaid mengatakan bahwa ketika Isa berkata kepada Maryam, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya (menurut tafsir ulama yang mengatakan bahwa orang yang menyerunya adalah Isa): Janganlah kamu bersedih hati. (Maryam: 24) Maryam menjawab, “Bagaimana saya tidak sedih, sedangkan kamu ada bersama dengan saya tanpa suami, juga bukan sebagai budak wanita (yang dinikahi tuannya).

Maka dengan alasan apakah saya berhujah kepada orang-orang? Aduhai, sekiranya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan.” Isa berkata kepadanya, “Sayalah yang akan menjawab mereka, kamu tidak usah bicara lagi.” Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, “Sesungguh­nya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.” (Maryam: 26) Ini merupakan perkataan Isa kepada ibunya. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Wahb. (Tafsir Ibnu Katsir)

Maryam Memperkenalkan Anaknya kepada Bani Israil

Setelah Maryam merasa dirinya segar dan kuat, didukungnyalah anak itu dan dia kembali ke tempat asalnya di Baitul Maqdis. Allah Swt berfirman, memerintahkan Maryam berpuasa pada hari itu, yaitu hendaknya dia tidak berbicara kepada seorang manusia pun; karena dengan puasa, maka keadaan dirinya yang sebenarnya tidak kelihatan dan puasa menjadi alasan baginya untuk tidak berbicara. Maryam berserah diri kepada perintah Allah Swt dan pasrah kepada keputusan-Nya. Lalu Maryam menggendong putranya dan membawanya kepada kaumnya di Baitul Maqdis.

Ketika kaumnya melihat Maryam membawa bayinya, mereka sangat kaget dan mengecamnya dengan kecaman yang berat. Seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt, yang menyitir kata-kata kaumnya:

يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا

Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. (Maryam: 27) Yakni suatu perkara yang besar dosanya. Demikianlah menurut pendapat Mujahid, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Dia Maryam tidak bisa menjawab dan tidaklah ada faedahnya jika dia sendiri yang menjawab. Lebih baik dia berdiam diri disertai puasa.

Setelah didesak dengan bermacam-macam pertanyaan itu, sesuai dengan wahyu yang dia terima, Maryam pun mengisyaratkan tangannya kepada anak yang sedang didukungnya itu, yang berarti: “Tanyakan sajalah kepadanya!”

Maka mereka merasa terkejut mendapat jawaban demikian seraya mengatakan, “Apakah kamu menyuruh kami berbicara dengan anak yang masih dalam usia ayunan? (الْمَهْدِ صَبِيًّا )”  Ketika Maryam berlaku demikian, mereka marah dan mengatakan, “Sungguh ini merupakan ejekan dia terhadap kami, yang lebih parah daripada perbuatan zina yang dilakukannya, karena dia menyuruh kita berbicara dengan bayi ini.”(QS. Maryam: 29)

Tiba-tiba: “Dia berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah!” (pangkal ayat 30). Isa Al Masih yang dalam buaian, dalam gendongan atau ayunan itu sendiri berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah”!

Kesaksian Bayi Isa bin Maryam As

  1. Memperkenalkan diri bahwa dia bukan siapa-siapa melainkan sebagai hamba Allah. Beliau juga memperkenalkan diri sebagai seorang nabi. Dan Allah telah memberinya Kitab Injil. (QS. Maryam: 30). Sejak kecil beliau tidak mengaku dirinya sebagai salah satu Tuhan yang wajib disembah.
  2. Berkewajiban mengerjakan shalat, zakat, selama hidupnya seperti Rasul Muhammad Saw. Tentu saja caranya berbeda karena tiap nabi/rasul mempunyai syariat sendiri. (QS. Maryam: 31)
  3. Wajib berbakti kepada ibunya (birul walidaini) , tidak boleh sombong, dan celaka (QS. Maryam: 32)
  4. Dia adalah orang yang selalu diberi keselamatan oleh Allah ketika hidup di dunia sampai akhirat (QS. Maryam: 31)
  5. Memberikan kabar gembira bahwa kelak akan datang seorang nabi pamungkas bernama Ahmat (Muhammad Saw. (QS. Shaf: 6)
  6. Menjadi Rasul al-Azmi dengan berbagai mukziyat seizin Allah yang luar biasa seperti mencipta burung dari tanah (QS. Maryam 49), menghidupkan orang sudah meninggal, menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku.” (Al-Maidah: 110), menurunkan hidangan dari langit (Al-Maidah: 112) 

Hikmah yang Bisa diambil

Diharapkan kita bisa meluruskan iman kita kepada para nabi dan Rasul Allah secara benar sesuai sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits shahih, jangan sesat lagi menyesatkan. Janganlah ragu tentang kebenaran firman Allah.

Mari sama sama membaca doa ini:

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Artinya: “Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkaulah yang akan mengumpulkan manusia pada hari yang tidak diragukan lagi padanya. Sesungguhnya Allah tidaklah menyalahi janji.” (QS. Ali Imran: 8)

Editor: Soleh

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds