Feature

Kisah Seorang Buruh Setrika yang Ketiban Rezeki Saat Muktamar Muhammadiyah ke-48

3 Mins read

Gelaran Muktamar Muhammadiyah ke-48 memang sudah usai. Musyawarah tertinggi di Muhammadiyah tersebut, sudah ditutup oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, bertempat di Edutorium Universitas Muhamamdiyah Surakarta, Minggu malam (20/11) lalu.

Muktamar Muhammadiyah kali ini pun dihadiri jutaan penggembira dari seluruh pelosok tanah air. Muktamar tersebut menghasilkan keputusan duet maut Haedar Nashir dan Abdul Mu’ti kembali terpilih menjadi Ketua dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027.

Akan tetapi, siapa sangka di balik gegap gempita, pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Manahan Solo yang dihadiri Pakdhe Jokowi dan seluruh pejabat tinggi negara tersebut, terdapat satu kisah menarik yang datang dari dapur umum Muktamar. Sebuah fasilitas yang disediakan oleh panitia untuk membagikan konsumsi secara cuma-cuma bagi penggembira Muktamar.

Kisah tersebut diabadikan melalui sebuah postingan thread Twitter viral di jagad medsos. Thread Twitter dengan akun bernama @astronutt_ yang pemiliknya juga merupakan relawan dapur umum Muktamar tersebut, diserbu netizen sesaat telah mengudara di aplikasi milik Elon Musk itu. Hingga tulisan ini ditulis pun, thread Ilham, pemilik akun @astronutt_, sudah di retweet sebanyak 1,998 kali dan disukai sebanyak 8.343. Sebuah angka yang fantastis dari sebuah akun yang hanya memiliki kurang dari 300 follower.

Karena saya merasa bahwa thread twitter tersebut layak untuk lebih banyak diketahui oleh khalayak umum, maka saya memutuskan untuk menuliskannya pada kesempatan kali ini. Tentunya sudah seizin sang pemilik akun Twitter tersebut.

“Cerita dari dapur umum @Muktamar48 malam tadi,” tulisnya sebagai judul.

Ia menceritakan bahwa Jum’at malam (18/11), ada seorang wanita paruh baya bersama anaknya datang di dapur umum Muktamar di Sukoharjo. Kedatangan ibu bersama anaknya tersebut, bertujuan untuk makan malam disana.

Baca Juga  PBNU Putuskan Muktamar NU Digelar 23-25 Desember 2021

“Sekitar jam 11 malam, ada ibu yg setengah basah bersama anaknya mendatangi saya, beliau bertanya, “Mas, apa boleh saya dan anak-anak saya makan di sini?” tulis Ilham.

***

Tentu sebagai relawan, Ilham langsung bergegas mempersilahkannya untuk duduk terlebih dahulu. Sayangnya malam itu dapur umum sudah tutup. Sehingga Ilham memutar otak untuk mencarikan solusi agar ibu dan anaknya tersebut bisa melahap nasi malam itu juga.

“Boleh, Bu… Sangat boleh… Tapi karena ini jam makannya sudah selesai, Ibu sama adek-adek saya antar ke dapur yang masih beroperasi mawon, njih… Sepertinya dapur Sragen, Sukoharjo, dan Wonogiri masih stand by…,” tutur Ilham dalam Thread Twitternya.

Tak berselang lama, ibu tersebut mendapatkan nasi serta lauk pauk yang tersedia di dapur umum yang masih buka malam itu.

Pada thread berikutnya, Ilham menuliskan jika ibu yang tadi makan bersama anaknya, menghampirinya seraya berkata, “Mas, matur nuwun sanget… Saya sama anak-anak jd bisa makan enak malam ini. Biasanya kami cuma bisa makan daging kalau lebaran, Mas hehe.”

Setelah membaca thread bagian tersebut, air mata pun tak bisa dibendung lagi. Bagaimana tidak, lha wong saya bertugas bersama teman-teman Trending Topic Muktamar. Dalam kurun waktu tiga hari, menu makannya ayam dan daging. Kita pun nyaris tidak pernah merasa kelaparan selama menjalankan tugas. Bahkan, nasinya sering turah-turah (baca: sisa).

Bagian thread yang membuat saya tambah trenyuh (baca: terharu), ialah tatkala saya membaca thread bagian yang mengisahkan jika ia menawarkan ke ibu tersebut. Jika ingin kembali makan di dapur umum, sangat dipersilahkan hingga hari Ahad. Bahkan, jika hendak mengajak sanak keluarga sekalipun.

Baca Juga  Genap Setahun, Inilah 15 Tuduhan Kepada IBTimes yang Bikin Ngenes
***

“Wah alhamdulillah, Bu… Ibu rumahnya mana?”

“Saya (tinggal di) Banyuanyar, Mas.”    

“Wah… dekat, Bu. Besok ke sini lagi kalau ada waktu njih, Bu… Ini acaranya sampai Munggu. Kalau mau ajak keluarga yang lain boleh juga, Bu…”

“Lhoo beneran, Mas, boleh ajak yang lain?”

“Pasti boleh, Bu…”

“Ya Allah… Mas… alhamdulillah saya bisa istirahat dulu besok, karena saya sama anak-anak bisa makan di sini. Besok saya ajak tetangga saya juga ya, Mas…”

Demikian percakapan antara Ilham dengan sang ibu yang datang bersama anaknya ke dapur umum tadi. Air mata saya pun semakin menetes, karena tak bisa menahan suasana haru ketika membaca thread tersebut. Ibu tersebut sangat sumringah. Seperti mendapatkan rejeki nomplok dari Muhammadiyah.

Di akhir thread-nya Ilham, ia menyampaikan jika setelah ia ngobrol ngalor-ngidul dengan ibu tadi, ia mendapatkan informasi, bilamana sang ibu tersebut adalah seorang single parent. Ia harus menghidupi kedua buah hatinya dengan berprofesi menjadi buruh cuci setrika.

Ibu tersebut harus berjibaku melawan kerasnya hidup untuk memastikan kedua buah hatinya bisa makan sehari-hari. Pada thread Ilham, Ilham mendapat informasi mengenai ibu tersebut, jika saking tidak ada uangnya, ia rela makan hanya dengan nasi sambal pecel. Nasinya pun ia beli dengan harga seribu-an, itupun tambahan lauknya hanya kerupuk.

***

Akan tetapi, Muhammadiyah telah membuat ibu ini tersenyum lebar. Ibu ini sampai menyampaikan, jika dirinya merasa telah lebaran dua kali karena Muhammadiyah.

“Mas, Muhammadiyah ini baik banget, ya. Masak sebanyak ini, enak-enak, dibagi-bagi gratis. Saya jadi lebaran 2 kali tahun ini. Besok saya ke sini lagi sama tetangga saya, pasti mereka senang.”

Baca Juga  Islam Berkemajuan Enteng-Entengan

Ilham menutup thread-nya dengan mengatakan bahwa, Muktamar ke-48 Muhammadiyah tidak hanya menjadi “pesta” bagi para kader dan warga simpatisannya. Namun, bisa menjadi momen lebaran untuk banyak orang.

“Nyatanya, @Muktamar48 bukan hanya jd “pesta” para kader & simpatisan, namun juga jd “lebaran” utk banyak orang.”

“Banyak keluarga yg secara lgsg terbantu dgn adanya Muktamar. Banyak pedagang yg jualannya laris manis berkat Muktamar. Banyak bapak yg panen besar berkat Muktamar,” pungkas Ilham.

Editor: Yahya

Faiz Arwi Assalimi
15 posts

About author
Anggota Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Mahasiswa Magister Administrasi Publik Fisipol UGM
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds