Dalam catatan sejarah, penyelenggaraan Kongres Muhammadiyah ke-15 digelar di Surabaya pada tahun 1926. Konon, pelaksanaan kongres ini hampir bubar. Sebab, banyak peserta kongres memilih pulang lebih dahulu sebelum kongres berakhir. Di tengah situasi genting, ketika panitia lokal dan Pengurus Besar Muhammadiyah sudah kehilangan akal untuk mencegah mereka, Haji Fachrodin tampil meyakinkan.
Djarnawi Hadikusuma dalam buku Matahari-matahari Muhammadiyah mengisahkan peristiwa menarik ini. Kongres Muhammadiyah yang digelar di Surabaya dilaksanakan pada tahun 1926. Disebabkan karena cuaca yang panas dan konon pelayanan dari panitia kurang memuaskan, maka banyak utusan kongres memilih untuk pulang ke tempatnya masing-masing terlebih dahulu. Padahal kongres belum berakhir.
Kondisi peserta kongres yang berantakan membuat khawatir para panitia pelaksana kongres. Dipastikan jalannya Kongres Muhammadiyah ke-15 akan terlantar. Sedangkan Pengurus Besar hampir kehilangan akal untuk mencegah para peserta kongres yang memilih pulang terlebih dahulu. Namun, di antara Pengurus Besar hanya Haji Fachrodin yang tetap bersikap tenang. Di hadapan sidang pleno, dia berpidato dan menantang:
“Kalau saudara-saudara memang berkeras hendak pulang meninggalkan kongres ini, baiklah! Marilah kita tutup dan bubarkan sekarang juga!”
Mendengar ketegasan Haji Fachrodin, para utusan yang masih hadir memutuskan tidak jadi pulang terlebih dahulu. Pengurus Besar Muhammadiyah dan panitia lokal Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya merasa lega. Kongres pun berjalan terus seperti rencana semula.
Sumber: buku Matahari-matahari Muhammadiyah karya Djarnawi Hadikusuma.
Editor: Arif