Akhlak merupakan suatu karakter yang diajarkan oleh umat Islam dan wajib hukumnya dimiliki oleh setiap individu umat muslim dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan menjadi suatu hubungan erat dengan Tuhan maupun antar umat manusia itu sendiri. Akhlak dapat mempengaruhi kualitas kepribadian seseorang yang menyatukan pola pikir, sikap, perbuatan, minat falsafah hidup dan keberagamannya. Berikut dijelaskan salah satu tokoh pemikir Islam tentang akhlak yaitu al-Ghazali
Definisi Akhlak menurut al-Ghazali
Arti akhlak secara terminologi merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu dalam diri seseorang. Dari sifat tersebutlah menunjukkan sikap dan tingkah laku seseorang serta perbuatannya. Seperti di antaranya adalah sabar, kasih sayang, atapun sebaliknya. Yaitu pembenci, pemarah, pendendam, iri, dengki, dan pernuatan tercela lainnya yang dapat memutuskan tali silaturahim antar sesama.
Dalam Islam, kajian akhlak berlandaskan dalam Al-Quran dan as-sunnah, al-Ghazali juga menjelaskan pemikirannya tentang akhlak dapat kita temukan dalam karyanya yang fenomenal yaitu Ihya Ulumuddin. Tokoh muslim ini sangat berperan penting dan berjasa dalam membangun dan mengembangkan akhlak dalam Islam.
Akhlak dalam ajaran al-Ghazali juga tentu saja juga berdasarkan Al-Quran dan as-sunnah yang telah melewati perenungan rasional terhadap kedua pedoman tersebut dan karya-karya moral pada saat itu. Hasilnya adalah praktek-praktek nyata pada masanya yang ditunjukkan oleh al-Ghazali sendiri dalam kehidupannya. Dengan kata lain, ajaran akhlak al-Ghazali bukan saja bersifat religius-rasional, namun juga bersifat praktis dan realistis.
Itulah sebabnya mengapa ajaran akhlak pada pola pemikiran al-Ghazali menjadi pokok-pokok dan tekanan-tekanan utama yang dijadikan landasan atau acuan dalam pengembangan Islam sebagaimana yang telah diharapkan. Menjujung tinggi nilai akhlak hingga mencapai akhlakul karimah juga merupakan salah satu tujuan dalam suatu pendidikan. Akhlak yang mulia yaitu tercermin dari sikap dan tingkah laku individu, hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan sesama makhluk Allah lainnya serta dalam lingkungan.
Konsep Akhlak al-Ghazali: Menekankan pada Nilai Spiritual
Konsep pendidikan akhlak al-Ghazali lebih menekankan pada upaya mendidik anak dengan cara mendekatkan anak kepada Allah SWT. Sehingga dalam apapun bentuk kegiatan anak mengarah pada pengenalan dan pendekatan dengan sang pencipta. Maka prinsip belajar yang ditanamkan oleh al-Ghazali untuk memperkokoh agama. Demikian proses membentuk akhlak pada anak yang diterapkan al-Ghazali atas dasar Aqidah dan Iman kepada Allah SWT.
Selanjutnya, dalam mempelajari pengetahuan akhlak, al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan utamanya yaitu untuk mencapai kesempurnaan dan keutamaan. Kesempurnaan dan keutamaan yang dimaksud adalah ada pada bidang dalam kehidupan dunia untuk mencapai kehidupan akhirat.
Konsep akhlak yang diterapkan oleh al-Ghazali lebih menekankan pada nilai-nilai spiritual, seperti bersyukur, bertaubat, tawakal, dan sebagainya tentang suatu hal yang bersifat perilaku terpuji dan berhubungan dengan Tuhan juga mengarahkan pada pencapaian ma,rifatullah dan kebahagian dunia akhirat. Tentu saja konsep akhlak yang diterapkan oleh al-Ghazali berlandaskan pada Al-Quran dan as-sunnah.
Dari deskrispsi tersebut dapat dilihat bahwa konsepsi akhlak yang dimiliki al-Ghazali memiliki corak religius, rasional, dan sufistik-intuitif. Al-Ghazali mengisyaratkan pula bahwa sandaran baik dan buruknya akhlak adalah syariat dan akal. Al-Ghazali juga berpendapat bahwa baik buruknya akhlak tak hanya sekedar dari sebuah perbuatan. Juga bukan hanya dari sebuah pengetahuan.
Namun, akhlak harus menggabungkan dirinya dengan situasi jiwa yang menimbulkan suatu pebuatan-perbuatan, dan situasi tersebut harus melekat pada diri sendiri. Sehingga timbulah sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
Al-Ghazali menempatkan akhlak bukan bagian dari sebagai tujuan dari kehidupan manusia. Melainkan, akhlak merupakan alat untuk mendukung fungsi tertinggi dari kebenaran jiwa untuk mencapai ma’rifat Allah yang di dalamnya terdapat para manusia menikmati kebahagiannnya. Adapun kebahagiaan yang diharapkan oleh jiwa manusia adalah melekatnya dan timbulnya hakikat-hakikat ketuhanan dalam jiwa manusia itu sendiri.
Al-Ghazali juga menjelaskan bahwa adanya perubahan akhlak pada diri manusia itu mungkin terjadinya. Salah satu contohnya ialah, seperti manusia yang awalnya tak berperasaan kemudian berubah menjadi lembut karena melihat belas kasihan dari orang lain. Dari ungkapan tersebut ia membenarkan adanya perubahan pada sesuatu yang diciptakan Allah. Kecuali perubahan pada sesuatu yang diciptakan oleh ketetapan seperti langit, bintang-bintang, dan sebagainya.
Tawaran Alternatif Mengontrol Diri
Namun dalam keadaan lain, seperti menghilangkan nafsu dan kemarahan di muka bumi ini merupakan hal yang tak dapat mungkin dilakukan. Akan tetapi kita dapat mengontrol kedua sifat tersebut. Salah satu cara yang dapat kita gunakan untuk mengontrol atau meminimalisirkannya dengan cara melalui jalan rohani. Kemudian, apabila akhlak juga tidak dapat mengalami perubahan, jalan lainnya dapat dilakukan dengan cara melalui wasiat ataupun nasehat.
Dalam kitab-kitab yang ditulis oleh al-Ghazali sebagian besar isinya mengandung perihal akhlak dan pembentukan budi pekerti manusia. Selain itu, tokoh ini juga dikenal sebagai pakar ilmu akhlak dan penggerak moral yang berlandaskan pada ajaran wahyu. Yakni Al-Quran dan as-sunnah. Kitab-kitab yang ditulis oleh al-Ghazali bersandar pada metode penelitian, pengamatan, pengalaman yang mendalam, dan uji coba terhadap kehidupan daan manusia dalam bermasyarakat. Maka tak heran pandangan dan konsep akhlak yang dimiliki al-Ghazali sangatlah luas.
Editor: RF Wuland