Akhlak

Mencari Teman yang Ideal Versi Imam Al-Ghazali

3 Mins read

Kita sering mendengar “Jangan pilih-pilih teman, bertemanlah dengan siapa saja.” Namun pada realitanya teman adalah orang-orang yang kita pilih. Kita seakan mempunyai sebuah sensor sendiri apakah kita bisa berteman dengan seseorang atau tidak. Kita bisa menilai apakah seseorang tersebut layak untuk kita jadikan teman atau hanya sebatas kenalan saja. Coba kita telaah dulu apa yang disarankan berteman menurut Imam Al- Ghazali pada kita.

Teman amatlah berpengaruh bagi kehidupan kita, terutama jika kita masih belum memiliki prinsip yang kuat atau masih mencari jati diri. Mau belok kekanan atau kekiri kita akan mengikuti alur pergaulanya. Ironisnya, hal ini terjadi tanpa kita sadari.

Karena itu penting bagi kita untuk membuat lingkungan yang baik dengan berteman dengan teman yang ideal. Teman yang ideal yang dimaksud adalah teman yang memiliki pemikiran dan sikap yang selaras dengan tujuan kita yaitu saling mengingatkan dalam kebaikan dan dalam ketaqwaan kepada Allah SWT.

Berteman yang Ideal Menurut Al- Ghazali

Dalam kitab Bidayah al-hidayah karangan Imam al-Ghazali disebutkan ada 5 kriteria teman yang ideal yaitu:

1. Berakal Sehat

Yang dimaksud berakal sehat adalah orang yang sadar dan dapat membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Orang yang seperti ini cenderung menjauhi hal-hal yang kurang baik agar tidak terjerumus ke hal-hal yang buruk. Baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.

Menurut Imam Ibrahim al- Bajur dalam kitabnya Hasyiyah Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, beliau menjelaskan bahwa tanda pokok orang yang berakal sehat adalah sikap dan pikiranya selalu selaras dengan syari’at.

Sesuai dengan hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Mahar dari Sa’id bin Al-Musayyab:

Baca Juga  Benarkah Al-Ghazali adalah Sosok di Balik Kemunduran Sains Islam?

إِنَّمَا العَاقِلُ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَصَدَّقَ رُسُلَهُ وَعَمِلَ بِطَاعَتِهِ

“Orang yang berakal hanyalah orang yang beriman kepada Allah, membenarkan para Rasul dan taat kepadanya.”

Orang berakal juga berarti orang yang memiliki pemahaman yang benar, sesuai dengan kenyataanya, dialah Alim. Bertemanlah dengan mereka, maka kita akan mendapat banyak pelajaran yang berharga dari mereka.

2. Berbudi pekerti baik

Budi adalah kemampuan batin yang memadukan akal dan perasaan dalam menimbang baik dan buruk. Budi sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Budi juga terpengaruh oleh orang-orang disekeliling kita. Karena budi lebih mudah terpengaruh daripada mempengaruhi.

Budi bersifat abstrak dan sulit diukur. Tidak hanya dari ucapan dan perbuatan saja, budi memiliki faktor yang tidak terlihat yang juga perlu diperhatikan.

Ali bin Abi Thalib ra. Menunjukan tanda-tanda budi yang baik, beliau mengatakan:

“Budi pekerti yang mulia adalah akhlaq yang suci, akal adalah yang pertama, taat pada agama adalah yang kedua, ilmu adalah yang ketiga, kasih sayang adalah yang keempat, sifat dermawan adalah yang kelima, kebiasaan berbuat baik adalah yang keenam, berbakti adalah yang ketujuh, sabar adalah yang kedelapan, syukur adalah yang kesembilan, dan besikap halus adalah yang kesepuluh.”

3. Saleh

Saleh adalah seorang ahli ibadah yang selalu bertindak berdasarkan ilmu, tidak hanya atas dasar semangat saja. Karena amal tanpa ilmu tidak diterima oleh Allah swt.

Berteman dengan orang Saleh adalah obat mujarab untuk memulihkan hati yang gelap. Sebab di dalam hati akan muncul keinginan untuk menyamai kesholehanya atau bahkan melampauinya. Karena setiap manusia pasti ingin memiliki lebih dari orang lain.

Sebaliknya berteman dengan orang fasik akan membuat hati semakin gelap. Ironisnya, kefasikan lebih cepat menular dibanding kesalehan. Karena hanya dengan melihatnya saja seseorang sudah dapat dipengaruhi, lambat laun perbuatan buruk itu terasa biasa saja dan dianggap lumrah.

Baca Juga  Nabi Tidak Lupa Diri!

4. Tidak mabuk duniawi

Cinta dunia adalah biang dari semua hal-hal yang buruk dalam diri manusia. Ambisi terhadap harta seakan membuat seseorang menjadi kejam dan rela mengorbankan apapun untuk meraihnya. Berteman dengan mereka jauh lebih berbahaya daripada bertemu langsung dengan seorang musuh, karena bahaya musuh sudah kita sadari sedangkan bahaya dari mereka sulit kita sadari.

Rasulullah saw. bersadba:

حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ

“Cinta dunia adalah biang semua kesalahan” (H.R Al-Baihaqi)

 Sedangkan orang yang telah menepis kecintaan terhadap duniawi dalam hatinya memiliki pandangan yang sebaliknya. Beginya harta bukanlah segalanya, ada hal yang jauh lebih berharga untuk dimiliki yaitu Iman dan Taqwa. Merekalah orang yang bersifat asketis atau biasa disebut Zahid. Carilah teman seperti mereka karena akan mengubah sudut pandang kita terhadap dunia ini menjadi terasa lebih tentram dan damai.

5. Jujur

Kejujuran adalah sesuatu yang sangat berharga. Setiap orang menghargai dan menjunjung tinggi kejujuran. Sifat inilah yang menentukan harga diri seseorang di mata orang lain. Dalam pertemanan, kejujuran merupakan kunci kepercayaan. Karena jika hilang kejujuran dari satu di antara keduanya, maka akan hilang kepercayaan dan sulit untuk dibangun kembali kepercayaan itu.

Dengan teman yang jujur, kita akan terbiasa untuk berkata apa adanya sehingga tidak enggan untuk menasehati jika terjadi kekhilafan atau kesalahan.

Jika kelima keriteria ini terpenuhi maka seseorang tersebut bisa dikatakan Teman yang Ideal.

Tidak Berteman bukan Berati tidak Berbuat Baik Kepadanya.

Berteman yang ideal yang dimaksud Al- Ghazali jika kita memilih teman maka kita sekaligus memisahkan orang yang tidak kita jadikan teman. Namun bukan berati orang yang tidak dijadikan teman ini tidak kita perlakukan dengan baik atau malah memusuhinya. Meskipun mereka memberi pengaruh buruk maka kita tetap wajib berbuat baik kepada mereka selama mereka tidak mengusik kita.

Baca Juga  Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:

اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah kepada Allah di mana dan kapan saja kalian berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”

(H.R Al-Baihaqi)

Karena itu, sudah seharusnya kita sebagai orang yang beriman berteman dengan teman seiman yang baik dan membentuk lingkungan yang baik. Serta coba memberi pengaruh positif terhadap sesama, bahkan kepada yang memberi pengaruh negatif. 

Karena pada akhirnya yang berhak menentukan hidayah adalah Allah SWT. Tanpanya seseorang tidak dapat menjadi baik, kita hanya perlu mengajaknya kepada kebaikan dan mendoakanya, bahkan kita tidak boleh membencinya.

Wallahu a’lam bi shawab.

Editor: Wulan

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa
Articles
Related posts
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…
Akhlak

Hidup Sehat ala Rasulullah dengan Mengatur Pola Tidur

4 Mins read
Mengatur pola tidur adalah salah satu rahasia sehat Nabi Muhammad Saw. Sebab hidup yang berkualitas itu bukan hanya asupannya saja yang harus…
Akhlak

Jangan Biarkan Iri Hati Membelenggu Kebahagiaanmu

3 Mins read
Kebahagiaan merupakan hal penting yang menjadi tujuan semua manusia di muka bumi ini. Semua orang rela bekerja keras dan berusaha untuk mencapai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *