Perspektif

Hidayah untuk Konversi Agama, Bisa Dirasionalkan?

2 Mins read

Tentang Hidayah

Hidayah bisa berarti ajakan dan pemberian petunjuk kepada jalan kebaikan, seperti yang dilakukan Rasullulah kepada umatnya berdasarkan ketetapan Allah SWT kepadanya.

Bisa juga petunjuk “taufiq” yang membuka hati seseorang denagan nur-Nya. Sehingga dengan demikian, hati seseorang bisa hidup seperti dalam firman-Nya:

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan cahaya…….” (Q.S Al-An’am: 122).

Konversi Agama

Konversi agama bukan hanya terjadi pada Snouck Hurgrounje, seorang orientalis Belanda yang masuk Islam di hadapan hakim agama Jeddah dan dua orang saksi. Banyak orang yang memperdebatkan keislamannya.

Banyak yang menilai bahwa Snouck hanya berpura-pura masuk Islam agar dapat memasuki Kota Makkah untuk penelitiannya. Kasus tersebut hanya contoh salah satu dari banyak kasus lainnya yang memberikan perubahan mendasar pada perilaku kegamaan seseorang.

Konversi bisa berupa perpindahan seseorang dari agama satu ke agama yang lainnya atau perubahan sikap dan pemahaman keagamaan dalam satu agama. Dari anti Tuhan menjadi penganut fanatik agama atau bahkan sebaliknya. Hidayah Allah SWT bisa terjadi pada semua kasus di atas dan sejarah mencatatnya.

Konversi dari Gaya Hidup Mewah ke Sederhana

Hasan Al-Bashri, Ibrahim bin Adham, dan beberapa sufi yang lainnya merupakan contoh orang-orang muslim yang mengalami konversi dengan hidayah Allah SWT.

Dari sebelumnya cinta akan kemewahan hidup menjadi berubah sepenuhnya meninggalkan kemewahan yang dimilikinya. Dari orang yang jauh dari Allah SWT, menjadi orang yang selalu rindu dekat dengan-Nya.

Konversi Agama dari Non Muslim ke Muslim

Adapun hidayah yang dialami oleh non muslim menjadi muslim sejati pertama kali dalam sejarah dakwah Islam di zaman Nabi Muhammad SAW. Antara lain dialami oleh Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad SAW (golongan wanita), Ali bin Abi Thalib (golongan anak-anak), dan Abu Bakar As-Shiddiq (golongan remaja).

Baca Juga  Dam Haji dan Kalender Islam Global

Dari ketiga para penerima hidayah dari Allah SWT, yang lebih menarik adalah hidayah kepada seorang anak yaitu sepupu Nabi Muhammad SAW. Ketika nabi sedang sholat bersama Khadijah, tiba-tiba Ali masuk.

Setelah melihat beberapa saat kemudian, ia tertegun dan bertanya, “Kepada siapa kalian bersujud?” Kemudian Nabi menjelaskan bahwa beliau bersujud kepada Allah SWT yang mengutusnya menjadi Nabi dan memerintahkan kepada manusia untuk menyembah kepada Allah SWT.

Nabi kemudian membacakan beberapa ayat Al-Qur’an dan anak yang belum dewasa itu tiba-tiba tampak terpesona dengan keindahan ayat Al-Qur’an. Ia minta waktu untuk berunding dengan ayahnya. Tetapi pada keesokan harinya, ia langsung menyatakan masuk Islam tanpa pesetujuan ayahnya, Abu Thalib.

Beberapa tahun kemudian, hidayah Allah SWT kembali diberikan kepada Umar bin Khattab. Peristiwa masuknya Umar ke Islam mengguncangkan masyarakat Arab. Sebab, tidak ada seorangpun yang menduga bahwa musuh  Nabi yang paling ganas itu tiba-tiba secara mendadak mengikuti agama yang dibawa Nabi yang amat dibenci sebelumnya.

Tanpa hidayah tidak mungkin seseorang yang memuncak kebenciannya pada Nabi, tiba-tiba berubah menjadi pembela Nabi. Bahkan menyatakan siap mati untuknya.

Hidayah Susah Dijelaskan Secara Rasional

Hidayah agama kadang tidak bisa dijelaskan secara rasional bahkan cenderung irasional. Bahkan kadang-kadang, mereka yang menerima hidayah tidak bisa menjelaskannya secara logis.

Syekh Al-Maraghi contohnya yang mengemukakan bahwa insting, pancaindra, dan akal, tidak cukup mampu nememukan kebenaran yang mutlak sebagai pegangan hidup.

Oleh karena itu, Allah SWT mengutus para Rasul untuk memberikan berikutnya, yaitu hidayah agama dan syari’at berupa ajaran agama sebagai sumber kebenaran mutlak.

Akan tetapi, pengetahuan manusia yang bersumber dari hal di atas tidak menjamin manusia dapat menerima dan mengamalkan agama. Dibutuhkan dorongan halus dari lubuk hati yang paling dalam. Dorongan yang demikian inilah yang disebut sebagai hidayah, taufik, atau ma’unah yang menjadi hak mutlak Allah SWT.

Baca Juga  Agama Cinta dan Toleransi Menurut Fethullah Gulen

Konversi Agama karena Hidayah

Beberapa contoh kasus konversi agama di atas menunjukkan bahwa hidayah agama diberikan Allah SWT kepada siapapun tanpa mengenal etnis dan latar belakang budayanya.

Hidayah agama juga bisa diperoleh melalui perjuangan panjang seseorang untuk mencari kebenaran. Hidayah diyakini oleh setiap orang yang menggalaminya datang dari kekuatan supranatural di luar dirinya.

Editor: Rozy

Puji Khuwata
2 posts

About author
Mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds