Seseorang perlu memiliki daya cipta yang bagus dalam menghadapi kehidupan. Daya cipta ini biasanya disepadankan dengan kreativitas. Dengan daya ini, seseorang dapat mengarungi kehidupan dengan mudah. Kreativitas berfungsi untuk sebagai aspek fundamental dari kognisi manusia dan pendorong penting dari kemajuan dan perkembangan di berbagai bidang kehidupan. Hal ini memungkinkan manusia untuk menjelajahi hal-hal yang tidak diketahui, menemukan kemungkinan baru, dan membawa perubahan positif.
Manusia diciptakan sempurna akalnya dibandingkan dengan makhluk lain. Pada sisi ini, al-Qur’an menyebutkan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya, baik dari tampilan fisik maupun psikis. (QS al-Tin: 4). Dalam hal ini, daya kognisi yang berasal dari bagian terbaik dari kehidupan manusia bukan hanya untuk menjelajah pengetahuan dan alam sekitar. Lebih lanjut, ia mewujud menjadi daya yang mampu menciptakan sesuatu sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh.
Pentingnya Kajian Kreativitas
Meskipun beberapa Cendekiawan Muslim kontemporer telah menyoroti perlunya mempelajari kreativitas dari perspektif Islam, mempelajari kreativitas dari konteks Islam belum mendapat banyak perhatian dari para cendekiawan atau penulis. Mereka telah mencoba untuk meneliti subjek ini dari dalam kerangka kerja Islam. Namun, hanya sangat sedikit yang berhasil membahas kreativitas dengan cara ilmiah yang dapat memberikan pemahaman yang jelas tentang teori kreativitas dalam pemikiran Islam.
Terkait pentingnya kajian ini, al-Karasneh dan Jubran (2021) dalam Islamic Perspective of Creativity, pernah menyebutkan bahwa tinjauan literatur menunjukkan beberapa penelitian di bidang kreativitas perspektif Islam yang membahas kreativitas dari perspektif Al-Qur’an. Hal ini untuk menyoroti bahwa kreativitas memiliki dasar-dasar yang kuat dalam Al-Qur’an. Para penulis lain melihat masalah ini dari perspektif historis. Mereka menyelidiki orang-orang Muslim yang kreatif pada tahun-tahun awal Islam. Perspektif lainnya adalah mempelajari masalah ini dari perspektif Barat tanpa memberikan membedakan fitur-fitur Islam.
Dari beberapa perspektif di atas, sesungguhnya kreativitas berada pada posisi penting dalam kehidupan manusia. Kreativitas memungkinkan individu untuk menghasilkan solusi inovatif untuk masalah yang kompleks. Hal ini memungkinkan mereka untuk berpikir di luar metode konvensional dan mempertimbangkan pendekatan alternatif. Kreativitas adalah kekuatan pendorong di balik inovasi dan kemajuan. Penemuan baru, teknologi, dan ekspresi artistik sering kali berasal dari pemikiran kreatif. Begitu pula, dalam dunia yang berubah dengan cepat, kreativitas membantu individu dan masyarakat beradaptasi dengan keadaan dan tantangan baru. Hal ini mendorong fleksibilitas dan keterbukaan pikiran.
Pandangan Cendekiawan Muslim
Pada kamus bahasa Arab Al-Mu’jam Al-Wasith (2017) ditemukan definisi kata kerja “mencipta” sebagai “membuat sesuatu menjadi ada dengan cara yang tidak ada sebelumnya”. Kreativitas adalah menghasilkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada sebelumnya atau tidak ada yang serupa dengannya. Demikian juga, American Heritage Dictionary, mencipta adalah “membuat menjadi ada; menjadikan ada; berasal dari.” Sehingga, kreativitas berarti “memiliki kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan sesuatu.”
Yousif (1999) dalam Creativity in Islamic Thought: A Comparative Analysis mendefinisikan kreativitas sebagai, “proses mewujudkan, menerapkan atau menguraikan prinsip-prinsip dan cita-cita Ilahi pada waktu atau tempat tertentu, untuk memenuhi tantangan yang muncul, dalam semua bidang kehidupan.” Kreativitas dalam konteks ini merupakan kondisi khusus, sikap atau keadaan yang mencerminkan gairah kerja, kemandirian, penetapan tujuan, orisinalitas, fleksibilitas, berbagai macam minat, kecerdasan dan motivasi yang rata-rata atau di atas rata-rata.
Yousif (1999) menambahkan seperti yang dinyatakan di atas, menekankan bahwa kreativitas harus bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip Ilahi pada semua aspek kehidupan. Dalam hal ini, kreativitas harus dipastikan bahwa karya atau penemuan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Pada saat yang sama, orang yang kreatif harus merasakan tanggung jawab untuk meningkatkan masyarakat muslim ke tingkat yang lebih tinggi, yang memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan secara kreatif dan sukses.
Pendapat ini senada dengan Al-Mazeidy (1993) dalam An Introduction to the Methodology of Creativity: An Islamic Point of View telah menambahkan dimensi baru pada definisi kreativitas. Dia mendefinisikannya sebagai “kemampuan merancang bentuk-bentuk baru yang bermanfaat bagi umat manusia dan sesuai dengan syariah dan prinsip-prinsip Islam”.
Dalam definisinya, ditekankan bahwa hal-hal yang baru diciptakan harus berguna dan bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan mereka. Hal-hal baru tersebut harus mengikuti dasar-dasar dan prinsip-prinsip Islam. Muslim yang kreatif dalam hal ini, berbeda dengan yang lain, yaitu pada sisi mengikuti petunjuk ilahi dari Allah Swt. Mereka akan mempertimbangkan persetujuan dari syariat Islam sebelum menciptakan sesuatu.
Islam Mendorong Kreativitas
Islam pada dasarnya bersifat kreatif. Islam datang dengan prinsip-prinsip baru dan unik yang menolak praktik-praktik yang berlaku di masyarakat Arab dalam hal menyembah Tuhan. Hal ini sangat berbeda dengan kepercayaan masyarakat pada saat itu. Islam datang dengan tujuan perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan yang dimaksud adalah pergeseran dari sistem yang hanya meniru dari generasi sebelumnya kepada model baru dan unik yang didasarkan pada pemikiran, kesadaran, dan pemahaman akan misi manusia di muka bumi.
Al-Qur’an sendiri mengandung ide-ide besar dan kreatif termasuk sistem yang lengkap tentang pedoman hidup, yang memungkinkan orang untuk hidup sesuai dengan dasar-dasar Islam. Al-Qur’an diwahyukan sebagai mukjizat kepada Nabi Muhammad Saw. Ia menantang semua orang untuk membuat beberapa ayat seperti Al-Qur’an, tetapi mereka gagal. Ini adalah tanda “kreativitas” Ilahi untuk mengungkapkan sebuah kitab yang tak ada bandingannya, unik, dan relevan untuk semua orang di semua tempat dan waktu. Wallahu A’lam.
Editor: Soleh