Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah, kampung Kauman dikenal sebagai kampung santri terdapat 5 langgar (mushalla) yang dipimpin oleh kiai-kiai terpandang. Tetapi, hanya Langgar Kidul yang mengajarkan pengajian tafsir al-Quran, tradisi yang dianggap tabu pada masanya. Kiai Ahmad Dahlan yang mengenalkan paham Islam reformis dituduh sebagai ”kiai palsu” dan gerakannya yang berbasis di Langgar Kidul disebut ”Kristen alus.”
5 Langgar
Sumber Ahmad Adaby Darban (2010) mengungkap banyak hal tentang langgar-langgar di kampung Kauman pada awal abad ke-20. Pada waktu itu, kampung Kauman sebagai kampung santri banyak mempunyai ulama yang berpengaruh di kalangan masyarakat Yogyakarta. Sebagian besar ulama di kampung Kauman mempunyai lembaga pendidikan sendiri semacam pesantren kecil. Pendidikan tersebut berpusat di langgar-langgar yang dipimpin oleh kiai dengan sistem sorogan.
Adapun 5 langgar di kampung Kauman pada waktu itu adalah: pertama, Langgar Lor yang dipimpin oleh Kiai Haji Muhammad Noer yang kemudian dipimpin oleh KH Humam, dengan nama Jam’iyyah Nuriyyah (Djam’ijjah Noerijjah). Kedua, Langgar Wetan yang dipimpin oleh KH Abdurrahman. Ketiga, Langgar Faqih yang dipimpin oleh Ketib Faqih. Keempat, Langgar Kidul yang dipimpin oleh Ketib Amin atau KH Ahmad Dahlan. Kelima, Langgar Duwur (Langgar Kulon) yang dipimpin oleh KH Muhsen dan diberi nama Jam’iyyah Matla’ul Anwar (Djam’ijjah Matla’oel Anwar).
Materi pelajarannya ialah kitab-kitab fikih Madzhab Syafi’iyah, tasawuf Ihya’ Ulumuddin dari Imam Ghazali, dan sebagainya. Pada waktu itu, untuk al-Qur’an hanya diajarkan bacaannya saja, sedangkan terjemah dan tafsirnya masih menjadi tabu untuk dipelajari. Antara langgar yang satu dengan yang lain sering terjadi persaingan, sehingga sering terlontar kata-kata ejekan yang saling merendahkan.
Langgar Reformis, Gerakan ”Kristen Alus”
Di antara langgar-langgar tersebut hanya Langgar Kidul yang mengajarkan paham reformasi Islam. Sebelum Muhammadiyah lahir, gerakan reformasi Islam berpusat di Langgar Kidul, digerakkan oleh KH Ahmad Dahlan dan KH Ibrahim. Suatu kali, KH Ahmad Dahlan mengundang para ulama Kauman untuk menghadiri Tahlilan di rumah Kiai Saleh di dekat Langgar Kidul. Tahlilan tersebut dilaksanakan selama tujuh hari dan di dalamnya kemudian diisi dengan pengajian tafsir al-Qur’an dan as-sunnah serta penjelasan tentang pemurnian Islam.
Di dalam acara Tahlilan tersebut terjadi perdebatan yang ramai antara para ulama yang masih mempertahankan paham Islam yang lama dengan sebagian kecil ulama yang berpihak kepada reformasi Islam. Para ulama yang tidak sependapat dengan ajaran reformasi Islam kemudian memboikot dan meninggalkan pertemuan. Para ulama itu mengecam paham reformasi dengan berbagai macam cara.
Adapun para ulama yang berpihak kepada paham reformasi minta supaya acara Tahlilan dihentikan, sebab menurut mereka tidak ada dasar hukumnya dalam Islam. Sejak saat itulah timbul reaksi yang cukup keras dari pihak ulama yang mempertahankan paham lama. KH Ahmad Dahlan sampai dituduh sebagai ”kiai palsu” dan gerakan reformasi Islam dikatakan ”Kristen alus.”
Sumber: Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah karya Ahmad Adaby Darban.
Editor: Arif