Mungkin umat Islam dibuat bingung dengan lafaz al-kitab dalam Al-Qur’an. Alasannya sederhana, apakah keduanya mempunyai arti yang sama? Jika sama, mengapa Al-Qur’an menyebut bahwa Ahli Kitab itu adalah Yahudi dan Nasrani? Bukan umat muslim yang Ahl Al-Qur’an?
Kalamullah yang diberi nama Al-Qur’an memang kaya akan keindahan bahasa, makna, dan kosa katanya. Meskipun lafaznya sama, namun ketika dalam ayat yang berbeda memiliki makna dan tafsiran sendiri. Tak heran jika Bahasa Arab merupakan Bahasa yang memiliki kosa kata terbesar di dunia.
Dalam kaidah kebahasaan, sudah pasti terdapat istilah sinonim kata. Dalam Bahasa Arab, sinonim (al-mutaradif) biasanya terjadi pada ism (kata benda) atau fi’il (kata kerja). Menurut kajian yang dilakukan, walupun Al-Qur’an menggunakan Bahasa Arab dengan sinonim-sinonim yang sudah pasti ada di kamus, pada hakikatnya ia memiliki konotasi-konotasi tersendiri yang berbeda-beda pada setiap ayat. Termasuk lafaz Al- Qu’ran dan al-kitab yang masing-masing memiliki maksud tersendiri, terutama dalam kaidah semantik.
Identifikasi pertama Al-Qur’an mengistilahkan dirinya dengan nama al-kitab ada dalam Surat Shad: 29.
كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”
Surat ini diturunkan dengan maksud menyinggung peribadatan orang Quraisy. Sebagai akibatnya, terjadi konfrontasi besar antara umat Islam dan orang Quraisy. Dari yang awalnya hanya melakukan tekanan verbal, mereka mulai melakukan tekanan fisik.
Selanjutnya, istilah al-kitab kembali digunakan dalam surah al-A’raf: 2
كِتٰبٌ اُنْزِلَ اِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِيْ صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنْذِرَ بِهٖ وَذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Artinya: “(Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman.”
Dalam ayat ini, Lafaz كِتٰبٌ yang diturunkan kepada Nabi Muhammad tentu saja adalah Al-Qur’an. Jika demikian, baik pada surat Sad maupun surat Al-A’raf, memperlihatkan bahwa Al-Qur’an secara penuh menamai dirinya dengan sebutan al-kitab.
Itu berarti Al-Qur’an sedang mewacanakan dirinya dalam bentuk yang baru. Bukan lagi sebagai sesuatu yang serupa tapi tidak sama dengan syair jahiliyah. Akan tetapi, sebagai sebuah kitab sebagaimana yang telah dikenal oleh masyarakat Arab, yaitu sebagai sebuah kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi Ahli Kitab.
Perbedaan Lafaz Al-Qur’an dan Al-Kitab dalam Al-Qur’an
Perbedaan lafaz al-kitab dan Al-Qur’an telah diteliti oleh Syahrur melalui rujukan
surah al-Hijr ayat 1:
الۤرٰ ۗتِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ وَقُرْاٰنٍ مُّبِيْنٍ
Artinya: “Alif Lam Ra. (Surah) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat Kitab (yang sempurna) yaitu (ayat-ayat) Al-Qur’an yang memberi penjelasan.”
Lafaz Al-Qur’an dalam ayat di atas telah di-’ataf-kan dengan lafaz al-kitab. ‘Ataf menurut kaidah bahasa mempunyai dua maksud, yaitu:
Pertama, menunjukkan bahwa lafaz al-kitab dan Al-Qur’an ini mempunyai perbedaan tersendiri. Artinya, huruf ‘ataf yang pertama berfungsi sebagai (li al-taghayur).
Kedua, menunjukkan lafaz yang umum dan khusus. Artinya, huruf ‘ataf yang kedua berarti Al-Qur’an merupakan salah satu dari al-kitab.
Berdasarkan perbedaan makna di atas, dapat kita pahami bahwa lafaz al-kitab ini
mempunyai maksud tersendiri melalui kaidah semantiknya. Berikut merupakan contoh-contoh ayat dan makna bagi lafaz al-kitab di dalam Al-Qur’an:
Contoh Ayat
Pertama, lafaz al-kitab yang membawa maksud Al-Qur’an itu sendiri:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ
Artinya:“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
Lafaz al-kitab pada ayat ini bermaksud Al-Qur’an kerana ia menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang memiliki kesempurnaan dan tidak terdapat sebarang keraguan padanya.
Kedua, Kumpulan catatan amal
وَوُضِعَ ٱلْكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلْكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Artinya: “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun.”
Lafaz al-kitab dalam ayat ini bermaksud catatan amalan kerana konteksnya berkaitan dengan hari kebangkitan yang mana Allah SWT memberikan kitab yang menulis segala perbuatan manusia di atas muka bumi.
Ketiga, Lauh al-Mahfuz
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ
Artinya : Dan tidak ada seekor binatangpun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatupun yang Kami luputkan di dalam kitab (Lauh al-Mahfudz), kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan. (Surah al-Anam, ayat 38)
Dalam ayat ini pula, kebanyakan mufassir berpendapat bahwa kata al-kitab ini bermaksud Lauh al-Mahfuz. Hal ini kerana, ia merujuk kepada kitab yang tidak ternampak secara zahirnya dan mengandungi segala perkara yang telah ditetapkan Allah keatas makhluk-makhluknya.
***
Keempat, Merujuk kepada kitab-kitab suci terdahulu seperti kitab Taurat, kitab Injil dan kitab Zabur.
وَلَمَّا جَآءَهُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمۡ نَبَذَ فَرِيۡقٌ مِّنَ الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَۙ کِتٰبَ اللّٰهِ وَرَآءَ ظُهُوۡرِهِمۡ كَاَنَّهُمۡ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
Artinya: “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).”
Kebanyakan ayat al-kitab yang memberi maksud kitab-kitab suci terdahulu ini berkaitan dengan kata ‘orang-orang yang telah diberi al-kitab’.
Ia menunjukkan bahwa orang-orang terdahulu juga pernah diberikan kitab seperti umat Nabi Muhammad SAW ini, yang telah diberikan kitab Al-Qur’an sebagai panduan dalam kehidupan.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa lafaz Al-Qur’an dan al-kitab ini secara umumnya merujuk kepada perkara yang sama yaitu Al-Qur’an.
Namun hakikatnya, menurut kaidah semantik dan konteks bahasa dalam Al-Qur’an, lafaz-lafaz ini sebenarnya merujuk kepada makna yang berbeda-beda.
Misalnya, lafaz Al-Qur’an yang disandarkan kepada kata yang lain seperti قُرۡاٰنَ الۡفَجۡرِ bukanlah bermaksud Al-Qur’an itu sendiri secara keseluruhannya tetapi bermaksud bacaan Al-Qur’an yang dibacakan pada waktu Fajr.
Selain itu, bagi lafaz al-kitab pula, terdapat banyak maksud yang diperoleh mengikut konteks ayat yang dibicarakan.
Akhirnya, semoga kajian berkaitan makna dibalik lafaz Al-Qur’an dan al-kitab ini, akan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang keindahan di balik setiap lafaz yang terdapat di dalam Al-Qur’an serta menjadi permulaan bagi kajian-kajian yang akan datang.
Editor: Yahya FR