Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read

“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari Herry Trijoko kepada dirinya.

Herry Trijoko merupakan pegiat lingkungan hidup. Ia aktif berkeliling untuk mengkampanyekan pengelolaan sampah yang benar. Belakangan, Herry mendirikan Yayasan Cipta Abdi Bangsa. Rumahnya di Cianjur, Jawa Barat.

Suatu waktu, ia ditegur oleh putranya sendiri. Aktif mengedukasi, namun tidak berpikir kondisi kampungya sendiri. Tertampar oleh realita, Herry kemudian bergerak.

Herry, dibantu oleh Lazismu, membuat reaktor biogas di Cipanas, Cianjur. Reaktor biogas ini memiliki beberapa manfaat. Pertama, reaktor dapat mengurangi volume sampah organik yang terus menumpuk. Kedua, sampah organik tersebut dapat diubah menjadi sumber energi alternatif berupa gas dan pupuk cair. Hal tersebut memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi warga sekitar Cipanas.

Lazismu: Lembaga Filantropi Ekologi

Lazismu memang merupakan salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu ekologi. Herry yang merupakan warga Muhammadiyah merasa senang bisa bekerja sama dengan Lazismu. Belakangan, isu ekologi memang menjadi pembicaraan masyarakat Indonesia.

Dalam riset bertajuk Yang Muda Yang Beraksi yang dirilis oleh Lazismu PP Muhammadiyah, diketahui bahwa 28,7% generasi Z yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 memilih berderma dalam program pendidikan. Sementara 35,1% generasi milenial yang lahir dalam rentang tahun 1981-1996 memilih berderma dalam program yang sama.

Menariknya, isu ekologi, selain isu pendidikan, begitu diminati oleh generasi Z dan generasi milenial, kendati angkanya masih relatif rendah. Hanya 4% generasi baby boomers yang tertarik untuk berderma untuk program-program ekologi. Sementara ada 7,1% generasi milenial dan 12,4% generasi Z yang tertarik untuk berderma dalam program-program ekologi. Hal ini menjadi gambaran bahwa semakin muda seseorang, semakin besar kemungkinan ia terpapar dengan isu ekologi.

Baca Juga  1 Triliun Muhammadiyah, Nggak Pake Pasir!

Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil penelitian IDN Research yang juga dikutip menjadi bagian dalam hasil penelitian Lazismu, bahwa generasi Z meyakini bahwa perubahan iklim merupakan isu penting dan bersedia untuk terlibat dalam aksi nyata. Sementara itu, 80% generasi milenial peduli dengan dampak perubahan iklim bagi generasi ke depan. Mayoritas bersedia mengeluarkan lebih banyak uang untuk produk ramah lingkungan.

Hal ini dapat menjadi panduan bagi lembaga filantropi yang ingin melakukan fundraising di kalangan anak muda. Tanpa panduan yang tepat, kampanye untuk menyerap donasi, khususnya dalam hal zakat akan sangat rendah. Kendati Indonesia menjadi negara yang paling dermawan di dunia sebagaimana publikasi World Giving Index 2022, namun gap antara potensi zakat nasional dengan hasil penghimpunan masih terlampau jauh.

Potensi zakat di Indonesia tahun 2022 sebesar Rp. 327 triliun. Sementara realisasi penghimpunan ZIS/DSKL hanya sebesar Rp. 21,3 triliun. Realisasi penghimpunan hanya mencapai angka 6%. Dilansir dari riset Lazismu di atas, gap besar tersebut bisa disebabkan banyak faktor. Di antaranya pemahaman tentang zakat, regulasi yang belum mengikat dan faktor kepercayaan pada lembaga zakat.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku berzakat masyarakat adalah tingkat pengetahuan zakat. Indeks Literasi Zakat (ILZ) nasional masyarakat muslim Indonesia ada di angka 75,26. ILZ adalah adalah alat ukur untuk melihat seberapa jauh masyarakat memahami pengetahuan tentang zakat, baik pengetahuan dasar maupun lanjutan. Ada pertanyaan mengenai asnaf, objek zakat, regulasi, termasuk digital payment. Sementara itu, nilai rata-rata ILZ anak muda Muhammadiyah sedikit di atas angka nasional, yaitu 77,37.

Peluang ini harus ditangkap oleh Lazismu sebagai lembaga filantropi di lingkungan Muhammadiyah. Bahwa anak muda Muhammadiyah memiliki tingkat literasi zakat yang relatif baik dibanding rata-rata masyarakat muslim Indonesia. Hal ini penting setidaknya karena dua alasan. Pertama, Muktamar Muhammadiyah ke-48 telah mengamanatkan pada segenap unsur pembantu pimpinan untuk fokus pada dakwah milenial. Kedua, menurut data BPS 2020, mayoritas penduduk Indonesia berada di range usia 10 – 25 tahun atau Gen Z sebesar 27,94% dan usia 26 – 41 tahun atau generasi Milenial sebesar 25,87% yang berpotensi menjadi bonus demografi di tahun 2030.

Baca Juga  Kuntowijoyo: Mengilmukan Islam, Menghidupkan Peradaban

Kita semua tentu berharap Lazismu, sebagai lembaga filantropi yang peduli dengan isu ekologi, semakin dipercaya masyarakat luas. Sebagaimana Lazismu di tahun 2022 mampu meraih Sustainable Development Goals (SDGs) Action Awards dari Pemerintah RI atas aksi nyata memberikan kontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Hal ini merupakan hasil dari kerja-kerja cerdas dan ikhlas, dan menggunakan strategi yang tepat berdasarkan data yang akurat.

Avatar
113 posts

About author
Mahasiswa Dual Degree Universitas Islam Internasional Indonesia - University of Edinburgh
Articles
Related posts
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Pengorbanan Ismail, Kelahiran Ishaq, dan Kisah Kaum Sodom-Gomoroh

4 Mins read
Nabi Ibrahim as. yang tinggal Hebron mendapat berusaha menjenguk putra satu-satunya. Sebab pada waktu itu, Sarah sudah uzur dan belum juga hamil….
Riset

Ritual Sa'i dan Penemuan Mata Air Zam-zam

5 Mins read
Tuhan telah menjanjikan kepada Ibrahim akan keturunannya yang banyak sekali. Keturunannya kemudian bakal melahirkan banyak suku bangsa di tanah Arab. Hajar, budak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds