IBTimes.id, Jakarta – Perilaku hidup sehat sangat menentukan kesehatan seseorang dan lingkungannya. Masalah kesehatan dapat berupa timbulnya penyakit dalam suatu pemukiman tertentu di tengah masyarakat. Salah satu penyakit yang sering ditemui adalah penyakit kulit, khususnya skabies.
Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ishlah di bilangan Warung Buncit, Jakarta Selatan, diketahui santrinya mengalami penyakit kulit yang perlu segera mendapat penanganan. Persoalan ini menjadi hal yang biasa di pesantren. Namun jika tidak diberantas akan sangat menggangu para santri dan kualitas belajarnya selama di Ponpes.
Mengingat para santri ponpes berisiko tinggi terpapar penyakit kulit, maka Lazismu bersama Departemen FKUI menggelar aksi pengobatan, pemberantasan dan pencegahan di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ishlah pada Sabtu (22/6). Diawali dengan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat, sebanyak 183 santri antusias mengikuti penyuluhan.
Pengasuh Ponpes Darul Ishlah, Ustadz Fajar, mengatakan sangat berterima kasih kepada Lazismu dan Departemen Parasitologi FKUI. “Seluruh santri dan pengasuh ponpes mendapat informasi yang penting tentang hidup bersih,” katanya.
Fajar mengatakan, “Yang namanya santri kalau belum kudisan belum jadi santri. Bagi santri yang sudah mengalaminya ini baru santri, katanya sambil tersenyum. Kita tahu bagaimana kehidupan di pesantren, kadang-kadang perilaku hidup bersih santri masih ada yang perlu diedukasi lagi meski ditanamkan hidup sehat.”
Misalnya pinjam pakaian sesama santri karena alasan tertentu yang tidak disadari berisiko kena penyakit kulit. “Ada lagi penyebabnya kasur yang tidak dijemur sehingga badan menjadi gatal” pungkasnya.
Ponpes Darul Ishlah mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang dilakukan Lazismu dan Departemen Parasitologi FKUI untuk mengobati para santri. Pihaknya tentu berharap persoalan kesehatan di pesantren dapat teratasi yang dihadapi santri.
Merespons soal penyakit kulit yang mewabah di kalangan santri ini. Ahli Parasitologi Departemen Parasitologi FKUI Saleha Sungkar mengungkapkan, jenis penyakit ini disebut Skabies. Kemunculannya disebabkan oleh tungau, semacam kutu kecil.
Menurutnya faktor risiko tinggi skabies di pesantren karena kepadatan penghuni dan perilaku kebersihan. “Kenyataannya tingkat kebersihan di pesantren umumnya masih rendah dan santri masih ada yang menderita skabies,” jelas Saleha. Karenanya, ungkapan “belum jadi santri jika belum mengalami kudisan” perlu dimaknai kembali.
Ia menilai skabies jika dibiarkan akan kronik hingga bisa menimbulkan komplikasi berupa infeksi dan bakteri. Saleha pun menambahkan penderita skabies juga bisa menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya. Sehingga harus diobati. Pesantren harus segera memberantasnya. “Karena itu pemberantasannya tidak bisa parsial atau individual namun harus serentak dan menyeluruh,” tegasnya.
Sementara itu, Manager Program Lazismu, Falhan Nian Akbar, mengatakan kegiatan ini didukung oleh layanan program Indonesia Mobile Clinic. “Saat ini dokter yang tersedia sebanyak 13 dokter dari Departemen Parasitologi FKUI yang didukung oleh perawat,” pungkasnya.
Falhan menambahkan obat-obatan untuk mengobatinya juga disediakan. Ia pun berharap program ini dapat berjalan sukses, dan dapat dilaksanakan dalam waktu yang akan datang secara nasional sesuai dengan visi dan misi Lazismu sebagai lembaga filantropi Islam. (Author/nabhan)