Perspektif

Learning From Home (1): Revolusi Pendidikan dari Rumah

3 Mins read

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah merubah wajah peradaban manusia. Jauh sebelum era revolusi industri, manusia melakukan segala sesuatunya secara manual tanpa bantuan mesin.

Revolusi Pendidikan

Hingga pada abad ke-17 sampai 18 awal, Revolusi Industri pertama (1.0) mulai dikembangkannya mesin uap oleh James Watt. Kemudian Revolusi Industri kedua (2.0) dikenal juga sebagai Revolusi Teknologi, ditandai dengan hadirnya tenaga listrik pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Revolusi Industri ketiga (3.0) mulai terjadi ledakan informasi digital. Berawal dari gagasan Nikola Tesla tentang “sistem nirkabel dunia” dan disempurnakan oleh Licklider dan Leonard Kleinrock pada tahun 1960 dengan melahirkan blok bangunan utama internet. Lalu sistem ini berkembang menjadi World Wide Web (www).

Bill Gates founder perusahaan teknologi raksasa Microsoft pernah menerbitkan sebuah buku berjudul Business at the Speed of Thought pada 1999 silam. Dalam bukunya, Bill Gates memprediksi munculnya suatu teknologi yang tidak pernah terbayang sebelumnya.

Saat Bill Gates menulis pada 1999, apa yang ditulisnya belum jadi sesuatu yang nyata. Namun, apa yang ditulis Bill Gates tersebut, jika dibaca hari ini, serupa dengan kehadiran machine learning, robot pintar, artificial intelligence, biotechnology, blockchain, internet of things (IoT), serta driverless vehicle.

Kemunculan hal-hal baru dalam dunia digital tersebut merupakan tanda masuknya Revolusi Industri keempat (4.0). Revolusi Industri 4.0 berkaitan erat dengan bidang pendidikan karena dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan inovasi pembelajaran guna menghasilkan peserta didik yang kreatif, unggul, dan berdaya saing.

Pandemi dan Akselerasi Revolusi Pendidikan

Aktivitas pendidikan formal di seluruh belahan dunia tiba tiba berhenti sejenak, tak terkecuali Indonesia. Alasannya tak lain karena munculnya Covid-19 yang lebih populer dengan nama virus Corona, jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia dan ditemukan pertama kali di Wuhan, China.

Baca Juga  Muhammadiyah & Politik (2): Muamalah, Ibadah, atau Akidah?

Dalam waktu singkat penyebaran virus mematikan tersebut meluas ke seluruh belahan bumi dengan sangat cepat. Sejak diumumkan dua pasien suspect corona di Indonesia oleh Presiden Joko Widodo, pemerintah mengambil kebijakan meliburkan segala aktivitas pembelajaran di sekolah.

Provinsi pertama yang mengambil kebijakan libur dan belajar di rumah adalah DKI Jakarta. Wajar karena Jakarta adalah episentrum penyebaran Covid 19 di Indonesia untuk saat ini. Sejak Senin 16 Maret 2020 lalu, aktivitas pendidikan di Sekolah libur total diganti dengan School From Home (SFH) atau Learning From Home (LFH).

Revolusi Industri 4.0 bagi dunia pendidikan yang selama ini dianggap “ghaib” dan tidak ada bentuknya bagi sebagian pendidik kita tiba-tiba menemukan wujudnya. Para guru kita baik di kota maupun di desa, sekolah maju hingga biasa saja, sekolah negeri maupun swasta secara tergopoh-gopoh memutar otak dan menguras keringat untuk menterjemahkan Learning From Home supaya bisa dilakukan dengan maksimal bagi siswa-siswi yang terpaksa harus tinggal di rumah.

Teknologi Pendidikan menjadi sesuatu yang sangat relevan dan sangat penting di gunakan saat ini. Segala cara ditempuh, mulai dari penugasan via WhatsApp dan email berupa dokumen, voice note, foto atau video. Kelas perkuliahan tatap muka tiba-tiba bermigrasi besar-besaran menjadi kelas-kelas WhatsApp, Google Classroom, Google Meet, Duo, Skype, ZOOM, Webex, dan sebagainya.

Aplikasi pembelajaran online seperti EduMu (Edukasi Digital Muhammadiyah), Rumah Belajarku, Ruangguru, Zenius, e-learning dan buku-buku digital menjadi sangat digandrungi. Pemerintah dan swasta bergotong-royong memberikan layanan belajar jarak jauh (distance Education).

Tak kalah bernas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengoptimalkan implementasi kebijakan belajar dari rumah. Kebijakan ini diwujudkan lewat tayangan pendidikan melalui TVRI. Menyusul TVMu, kanal televisi kebanggan warga persyarikatan yang turut mendukung program belajar dari rumah melalui tayangan Pendidikan.

Baca Juga  Belajar untuk Eksistensi Hidup

Meski awalnya terpaksa, kini berbagai teknologi pembelajaran perlahan akrab menjadi bagian dari pendidikan kita. Perubahan dalam periode waktu sangat singkat ini merupakan gelombang besar ketiga Revolusi Teknologi dan komunikasi. Hal ini pernah diramal oleh futurolog Alvin Toffler (1970) dalam karyanya “future shock” dan menjadi bagian dari Revolusi Pendidikan.

Hikmah Learning From Home

Ada hikmah dalam setiap peristiwa. Dalam situasi pandemi seperti ini learning from home menjadi satu satunya pilihan yang harus dilakukan, di antara hikmahnya adalah; pertama, metode dan media pembelajaran kedepan akan menjadi semakin variatif dan inovatif.

Pembelajaran yang ideal tentu pembelajaran yang memadukan antara tatap muka (face to face) dengan daring. Dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah blanded learning. Thorne (2013) menyebut blended learning sebagai kolaborasi dari teknologi e-learning dan multimedia, seperti video streaming, virtual class, animasi, teks online, dan sejenisnya yang dikombinasikan dengan bentuk-bentuk tradisional pelatihan di kelas.

Dengan ditiadakannya tatap muka dalam waktu yang panjang, para guru dituntut untuk kreatif menyusun pembelajaran dan penilaian yang kreatif secara daring dalam bentuk penugasan, lembar kerja siswa (LKS), discovery, inquiry hingga problem based learning di rumah siswa masing-masing. Pengalaman ini akan bermakna jika nanti kelas dibuka kembali secara normal.

Kedua, fungsi tri pusat Pendidikan bisa dimaksimalkan, selama ini sekolah menjadi tulang punggung Pendidikan. Baik buruk seorang siswa sering di alamatkan pada keberhasilan atau kegagalan sekolah mendidik anak.

Relasi dan Kolaborasi

Padahal selain sekolah sebagaimana tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, keluarga dan masyarakat menjadi bagian penting dari proses tercapainya tujuan Pendidikan.

Ketiga, relasi antar keluarga semakin hangat. Apalagi bagi orang tua karir yang sehari-hari menghabiskan waktu untuk pekerjaan. Learning From Home menjadi momentum penting bagi orang tua menjadi uswah dan guru sesungguhnya bagi anak. Bercengkrama bersama, belajar bersama, beribadah bersama sehingga pendidikan karakter yang holistik integratif tidak hanya terjadi di sekolah saja.

Baca Juga  Prancis vs Islam: Fakta Eksklusivisme di Balik Pertikaian

Keempat, kolaborasi pemerintah, sekolah dan swasta dalam memajukan Pendidikan semakin kuat. Misal dalam penggunaan media, teknologi belajar hingga inovasi-inovasi pembelajaran mutakhir.

Kelima, UN ditiadakan tanpa polemik. Sebagai salah satu aktivis IPM dan Pendidikan yang sejak lama mengkampanyekan hapus UN, tentu ini kabar gembira. Mas Menteri Nadiem menghapus UN bahkan tanpa ada polemik yang berkepanjangan. Setelah UN dihapus maka muncul harapan baru assesment terhadap hasil akhir capain pembelajaran yang lebih adil, humanis, dan menggambarkan secara jujur potensi siswa. (Bersambung)

Editor: Nabhan

Avatar
5 posts

About author
Pegiat Pendidikan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds